Berhenti menjadi seorang mata-mata ilegal karena suatu insiden. Akira Nakano memutuskan bekerja sebagai bodyguard pribadi Koji Rodriguez— pemilik perusahaan tambang emas terbesar dan tersukses se-Asia sekaligus seorang mafia. Namun siapa sangka bahwa perusahaan tersebut adalah tempat yang pernah dia bobol sebelumnya saat menjalankan misinya sebagai seorang mata-mata ilegal.
Keadaan menjadi terguncang saat Koji menawarkan lamaran pernikahan kepada Akira selaku status mereka antara seorang bos dan bodyguard nya.
Dan apa jadinya jika sebuah rahasia berhasil mengejutkan mereka berdua disaat semuanya sudah terjadi!!!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AITOFU — BAB 16
SERANGAN BERTUBI-TUBI
Tak tinggal diam, Akira juga mulai membantu bos-nya ketika orang-orang asing yang sudah berani masuk ke perusahaan itu mulai berdatangan hendak menggeruduk Koji dan juga Akira. Menyerang apalagi membunuh adalah hobi Koji, pria itu nampak ringan dan santai saat membanting sekaligus menghantam musuh-musuhnya.
Saat salah satu dari mereka hendak menusukan pisau dari belakang Koji, Akira langsung mematahkan tangan pria itu dan memiting nya secara berputar ke bawah hingga berhasil menjatuhkan pria tadi dari tangga ke tangga bawah.
Koji menatap ke Akira, bodyguard wanitanya yang sangat lincah dan tak mempedulikan siapa dia dan siapa yang diserangnya. Refleks, Akira juga menatap ke arah Koji yang masih memperhatikannya dengan napas sedikit memburu hingga wanita itu berpaling.
“Saya harap Anda baik-baik saja.” Ucap Akira mencoba mencarikan suasana mereka setelah bertarung bersama.
“Hm.” Balas Koji yang langsung bergegas pergi.
Rasanya sangat canggung saat dia diperhatikan oleh seorang pria seperti Koji dikala tengah bertarung.
Koji membuka kasar pintu ruangannya dan melihat beberapa anak buahnya yang sudah berkumpul di sana. Meski sebagian para karyawan mulai khawatir dan panik akan kericuhan di ruang darurat serta lantai dasar, namun kini menjadi lebih membaik.
“Tangkap salah satu dari mereka hidup-hidup. Dan tenangkan para karyawan, tanpa ada kericuhan.” Pinta Koji kepada anak buahnya yang mengenakan kaos hitam dengan pin perak berkepala rubah yang dibuat khusus untuk kelompok anak buah Koji.
“Bagaimana dengan yang lainnya bos?”
“Kumpulkan dan bakar mereka semua.” Jawab Koji tak lagi memperdulikan kebaikan, dia sudah cukup marah saat musuhnya mulai berani menyuap ke perusahaannya.
Akira yang ada di sana menoleh ke arah Koji yang nampak marah sekali, namun di sisi lain dia terkejut mengetahui kekejaman pria itu, jika musuh sudah terperangkap maka dia tidak akan memberi ampunan. Itukah Koji Rodriguez yang sering kali Akira dengar dari banyak mulut orang-orang bajingan di luar sana.
Bersamaan dengan kedatangan Tomi, para anak buah Koji juga segera bergegas melaksanakan perintah bos mereka.
“Saya permisi.” Pamit Akira dihadapan Koji yang kembali memperhatikannya dengan kerutan di kedua alisnya yang nampak garang.
Koji jadi ingat bagaimana bodyguard nya itu melawan musuh-musuhnya dengan gerakan cepat dan lincah. Dia seakan tak percaya melihat seorang wanita mungil dengan wajah cantik natural serta keimutannya bisa segarang itu.
“Apa ada perintah lagi Tuan Koji?” Tomi sengaja memudarkan lamunan bosnya yang terus menatap ke arah perginya Akira sehingga pria berambut pirang itu langsung menggeleng dan duduk di kursinya. Kepalanya berasa pecah memikirkan kericuhan dalam satu hari ini.
“Dalam satu hari ini mereka berhasil menyerang ku secara bersamaan.” Koji menyeringai kecil namun tangannya mengepal kuat hingga uratnya nampak timbul.
“Penyerangan ini dilakukan oleh orang yang sama, yang memonopoli kita soal pertambangan para warga pagi tadi.” Jelas Tomi menyerahkan sebuah berkas yang menunjukkan kepalsuan serta beberapa bukti yang menunjukkan bahwa mereka diperintahkan oleh orang yang sama— sebuah kelompok yang memiliki lambang Shi di lengan kiri mereka.
Saat mata biru Koji bergerak membaca dengan saksama. Pria itu mulai berkerut alis, “Shi?” Gumamnya yang seakan-akan pernah mengenal nama tersebut.
Koji meremasnya kuat. “Bisa kau cari tahu kelompok Shi. Aku seperti pernah mendengarnya.” Ucap Koji yang masih mengingat keras akan nama yang tak asing.
Tomi sendiri hanya diam tak ingin ikut campur dengan urusan pribadi bosnya. Namun pria itu segera pergi melaksanakan tugasnya.
Kini ruangan kembali hening, dan Koji— pria itu berdiri dari duduknya, menatap sekilas ke arah dinding kaca, menatap ke pemandangan di depannya dengan sorot mata tajam. Seketika, dalam sekelebatan bayangan seorang wanita cantik dengan rambut panjang belah tengah tersenyum lebar (“Koji!”) panggil suara lembut itu langsung membuat Koji tersadar kembali hingga pria itu melangkah panjang sembari memakai jas hitamnya.
Akira menyandarkan kepalanya di dinding, menutup sejenak matanya sampai suara pintu membuatnya berdiri tegap kembali.
Lagi dan lagi, mereka bertemu. “Ayo.” Pinta pria itu langsung melangkah begitu saja.
Tentu saja Akira mengikutinya tanpa membantah. Ini sudah jam pulang, mereka yang sibuk bekerja mulai membereskan berkas-berkas mereka sebelum pulang.
Para karyawan wanita tak ada habisnya memberikan sapaan selamat malam kepada bos mereka, tentunya dengan senyuman menggoda. Tapi sayangnya, Koji sama sekali tak memperhatikan mereka dan terus berjalan lurus.
Saat Akira masuk ke dalam mobil, wanita itu dikejutkan oleh bos pirangnya yang duduk di kursi depan, di sampingnya.
“Tuan Koji, Anda— ”
“Jalankan saja mobilnya.” Potong Koji tanpa banyak bicara.
Akira tak berani membantah dan menurutinya, meski dia sangat gugup. Koji hanya diam disepanjang perjalanan, begitu juga dengan Akira yang fokus menyetir.
Pria itu hampir saja melupakan soal identitas bodyguard nya itu. Koji menoleh menatap Akira yang masih fokus ke jalanan.
“Dari mana kau mempelajari gaya cara bicara orang Yakuza?” Deg! Seperti pertanyaan ujian, Akira hampir tertegun dibuatnya. -‘Kenapa dia tiba-tiba bertanya?’ kesal Akira dalam hati.
Pria itu masih menunggu jawaban dari sang bodyguard, meski kini Koji kembali fokus ke depan. “Tidak ada jawaban?” suara bariton itu mengalun kembali hingga Akira menelan kasar ludahnya.
“I-itu... Aku, aku tahu dari—”
Dar!! Koji dengan sigap memegang kepala Akira dan memaksanya menunduk hingga kaca mobil pecah dan hampir saja mereka terkena tembakan dari seseorang dari arah samping.
“Kuso!" umpat Koji hingga pria itu memaksa untuk bertukar posisi. Ya! Mau tak mau Akira segera beranjak dari duduknya hingga pantatnya bersentuhan dengan milik Koji saat mereka bertukar posisi. Persetan dengan benturan tadi, saat Koji harus fokus dengan keadaan mereka sekarang.
Pria itu menginjak gas mobilnya hingga melaju lebih cepat, suara tembakan terus saja mengarah ke mobilnya yang mewah dan mahal. “Fucking people." Koji dengan bernai memutar mobilnya tak peduli meski harus melawan arus yang terpenting. Bruakkk!! Ia berhasil menabrak keras mobil musuhnya hingga asap nampak keluar dari mobil musuh yang rusak parah.
TINNN! TINNN!!! suara klakson dari para pengendara lainnya juga mulai ricuh. Hingga Koji yang tak peduli, pria itu langsung melaju cepat meninggalkan TKP.
Pria itu sama sekali tidak takut dengan hukum polisi, sementara Akira yang tegang namun terlihat tenang-tenang saja sambil berpegangan kuat.
“Apa mereka musuh yang sama?” tanya Akira.
“Bukan.” Jawab Koji hingga pria itu menghentikan mobilnya saat tepat di depan mereka ada beberapa orang menghadang jalannya.
Baik Akira maupun Koji, keduanya sama-sama menatap tajam. Sekelompok pria yang dipimpin oleh asisten Sota Akanishi. Yup! pria tua yang menginginkan bodyguard Koji hidup-hidup karena dia sudah berani membunuh salah satu pengawalnya.
“Tunggu di sini.” Pinta Koji.
“Tidak Tuan. Biarkan saya saja yang turun, mereka menginginkan saya.” Ujar Akira yang berhasil menebak dengan tepat karena pakaian yang orang-orang itu kenakan hampir sama dengan empat pria yang sempat Akira serang saat di pelabuhan.
apa sih rencana Akira... semoga dia akan baik" aj