NovelToon NovelToon
Terbelenggu Hasrat

Terbelenggu Hasrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Susi Nya Sigit

Nadira nyari saja jatuh ke lembah nista, usai diselingkuhi oleh kekasihnya. Beruntung dia dipertemukan dengan seseorang, yang ternyata menyelamatkan hidupnya dari lembah hitam itu.

Lewat perjanjian kontrak yang ditawarkan oleh lelaki itu, mempertemukan dirinya pada sosok yang selama ini dia cari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Nya Sigit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Usaha yang sia-sia

Dira melonjak kaget, mendengar suara Kevin yang sudah berdiri di belakangnya. "Mampus gua, tuh orang apa sih balik lagi?" gumamnya, memejamkan mata. Della hanya bisa melongo, melihat Kevin yang sudah di depan Dira.

Kevin menyunggingkan sebelah bibirnya. Melihat ketidakberdayaan Dira, membuatnya semakin gencar untuk menggoda gadis itu.

"Dira apa kamu tidak mendengar suaraku?" Kevin menarik ke tangan gadis itu, agar ia bisa melihat dengan jelas wajah Nadira.

"Apaan sih udah sono pergi! Katanya tadi bilang buru-buru, kok balik lagi kenapa?"

"Ada yang ketinggalan," jawab Kevin senyam senyum.

"Apa?" Tegas Nadira mantannya membulat sempurna.

"Aku lupa, kalau ternyata hatiku tertinggal di sini," goda Kevin membuat sarangheo di tangannya.

Wajah Nadira bersemu merah, menahan gejolak di dalam dadanya. Yang meronta ingin keluar. Entah mengapa Nadira merasa bahagia, dengan gombalan-gombalan kecil dari Kevin. Padahal Kevin bukan lelaki pertama, yang sering mengatakan hal itu kepadanya. Tapi kali ini rasanya beda, merasuk ke dalam jiwanya.

"Cie!!" Goda Della, tersenyum lepas.

"Apaan sih nggak jelas banget!" sanggah Dira tak ingin menunjukkan kegirangannya di depan Kevin. Wanita itu pura-pura tidak perduli dengan gombalan dari lelaki yang mengaku calon suaminya.

"Aku cuman mau ngasih kamu ini!" Kevin menyerahkan sebuah paper bag yang ia bawa, kepada Dira. Yang berisi pakaian untuk gadis itu.

"Apa ini?" Tanyanya memperhatikan benda itu.

"Kamu pakai untuk malam ini!" Seru Kevin, setelah itu beranjak pergi.

Dira penasaran dengan apa isi dari paper bag itu, pun dengan Della yang juga ikut melongok mengintip. "Buka Dira! Kayaknya baju deh!" Wanita itu menebaknya.

Dan ternyata benar, benda itu berisi gaun cantik yang sesuai dengan tubuh Dira. Gaun berwarna peach, tanpa indah dengan arsen di bagian dadanya.

"Weh mahal tuh Dira! Beruntung banget kamu dapat laki kek Mr Kevin. Orangnya loyal nggak pelit."

Dira menghembuskan nafasnya ke udara. Sejujurnya pakaian itu bukan gaya stylenya. Tetapi apa boleh buat, saat ini ia hanya bisa menuruti kemauan Kevin. Karena sebagian hidupnya ada di tangan lelaki itu.

*************

Mobil sedan berwarna putih melaju dengan sangat kencang. Senyum mengembang tak henti terlihat dari bibir seorang lelaki tampan yang mengendarainya. Tak sabar ingin segera menyampaikan kabar bahagia itu kepada gadis, pengusik hatinya.

"Aku yakin kali ini dia pasti mau. Ara pasti akan setuju, untuk tinggal bersamaku dan bunda. Kalaupun dia nggak percaya, nanti aku bakal hubungi nomor bunda dan suruh dia bicara sendiri sama bunda." Lelaki itu bergumam, membayangkan pertemuannya nanti dengan gadis pujaannya itu.

Sampailah Ia di ujung gang, mobil iya parkirkan bahu jalan. Berjalan kaki menuju ke kediaman Dira. Perasaannya harap-harap cemas, melihat pintu rumah Dira tertutup rapat. "Ada nggak ya orangnya?"

Sampai di depan pintu, Aska mengetuknya. Berharap wanita itu ada di dalam dan segera membukakan pintu. Mengingat hari sudah mulai gelap. "Assalamualaikum." Kevin mengucapkan salam. Beberapa kali hal itu ia lakukan, tetapi tidak ada yang merespon dari dalam. "Apa jangan-jangan nggak ada orangnya?" Dia terus berpikir. Ambillah tolah-toleh ke samping kanan dan kiri.

"Mau nyari siapa Mas?" Tanya seorang ibu-ibu, mendekat.

"Oh Ara ada gak Bu?" Kevin balik bertanya.

Wanita itu justru mengerutkan kening. seperti orang yang kebingungan mendengar nama yang disebutkan oleh Kevin tadi. "Ara siapa Mas?"

"Yang tinggal di rumah ini?"

Wanita itu mengangguk paham. "Yang tinggal di sini itu bukan Ara namanya. Tapi Nadira. Kalau orang sini, menggigilnya Dira. Masnya salah orang kali?" terang ibu-ibu membuat Kevin terkejut.

"Nadira?" ulangnya, masih terperangah mendengar nama yang sama dengan nama kakaknya. "Saya nggak salah orang Bu. Sebentar saya punya kok fotonya." Kevin marogos aku celananya untuk menunjukkan foto gadis yang ia cari. "Kayak gini kan orangnya?"

"Lah iya ini itu Nadira. Bukan Ara." Tulang-tulang di tubuhnya melemas seketika, mendengar kebenaran yang baru saja diucapkan oleh ibu-ibu itu. Orang yang selama ini dia cari, ternyata adalah gadis yang mengusik hati dan juga pikirannya akhir-akhir ini.

"Ya udah, Bu. Terima kasih penjelasannya!"

Usai berpamitan kepada ibu itu, Aska buru-buru pergi. Tak sabar memberitahu kabar baik itu kepada bundanya. ,"Ya Allah, Kak. Kenapa aku nggak menyadari kalau itu kamu Kak?" Aska terus meracau, menyesali yang telah terjadi kepada mereka. Jika mengingat kejadian waktu itu, Aska merasa bersalah. Nyari saja mereka melakukan hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh kakak adik. Meskipun darah mereka tidak sama.

Sesampainya di rumah, Aska turun dan langsung menemui bundanya yang sedang berada di ruang keluarga. Kebetulan juga ayahnya, Angga sudah pulang.

"Azka, kamu kenapa kok kayak orang kebingungan gitu?" tegur Angga, melihat wajah Azka yang terlihat pucat.

"Kak Nadira, Yah." Kalimatnya terpenggal, Azka mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Kak Nadira kenapa?" tanya Angga panik.

"Kak Nadira masih hidup," ucapnya lega, Azka menghembuskan napasnya ke udara.

"Apa kamu bertemu sama kakakmu?" Angga lagi-lagi bertanya. Meraup pundak Azka.

Aska menceritakan pertemuannya dengan Nadira, yang tidak terduga itu. Hanya saja tidak semua yang ia katakan kepada ayah dan bundanya. Termasuk tentang perasaan yang mengganjal jiwa.

"Ya ampun Azka, kenapa kamu nggak mengenali kakak kamu sendiri?" Angga mengusap wajahnya kasar. Emosinya tersulut, melihat penyesalan di wajah putranya.

"Apa jangan-jangan cewek yang kamu maksud tadi sore itu adalah kakakmu?" Giliran Amalia yang bersuara. Aska mengangguk pelan.

"Ya Allah, Nak." Amalia mendekat. "Terus sekarang kita harus mencari kakakmu ke mana?" tanyanya frustrasi.

"Aska tahu Yah, harus mencari kakak ke mana." Azka mengingat salah satu tempat, yang membuatnya sangat yakin bisa menemukan kakaknya.

Azka mengendarai mobilnya dengan ditemani Angga menuju ke cafe, tempat pertama kalinya bertemu dengan kakaknya.

Azka sengaja tidak memberitahu ayahnya kalau Nadira pernah bekerja sebagai wanita malam. Dan yang parahnya lagi, ia pernah memakai jasanya untuk menuntaskan hasrat pengaruh obat sialan yang menyiksanya. Biarlah itu menjadi rahasia antara mereka berdua.

Kelap-kelip lampu cafe, terlihat jelas dari jalanan. Saat mobil mereka belok ke halaman cafe, Angga mengerutkan keningnya. Lalu menatap wajah putranya.

"Kamu gak salah tempat 'kan, Azka?" tanyanya, bergejolak dalam dada lelaki itu. Bayang-bayang kehidupan malam menyeruak menghantui pikirannya.

"Gak, Yah." Azka berusaha tetap tenang.

Bahkan sekelumit pikiran buruk tertuju pada putranya. Angga tidak pernah menyangka, putranya pernah berada di tempat itu mulai tidak tenang.

"Ayah jangan salah paham dulu." Aska berusaha meredamnya. Tahu dari raut wajah ayahnya yang berubah. Ia berusaha mencari alasan yang tepat, berharap ayahnya tidak curiga. "Aska memang pernah ke sini, itu pun sama temen-temen. Tapi Aska nggak pernah aneh-aneh kok. Ayah nggak usah berpikiran negatif dulu ya?" jelasnya sebelum Angga semakin berpikiran buruk terhadapnya.

Meskipun ragu, Angga berusaha percaya. Menepis pikiran buruk di benaknya. "Terus, kamu ketemu kakak kamu di sini?" tanyanya. "Di tempat ini!" tegas lelaki itu, menghembuskan napasnya ke udara.

Pikiran Angga semakin tidak karuan. Membayangkan anak gadisnya salah pergaulan yang bebas keluar masuk ke cafe remang-remang seperti yang ada di hadapannya sekarang. "Ayah tunggu di sini aja. Gak sanggup mendengar kenyataan yang ujungnya akan menyakitkan buat ayah." Angga menghempaskan tubuhnya ke sandaran jok dengan kasar. Bayang-bayang masa lalunya, janjinya pada ibu kandung Nadira menyelinap begitu saja. Angga kerasa gagal, mengemban amanah itu.

Azka memutuskan untuk turun, segera menemui mami Felli. Orang yang bertanggung jawab atas anak buahnya. Termasuk Nadira, kakaknya.

Seperti malam itu, kedatangannya disambut oleh wanita-wanita jalang yang menganggap dirinya haus akan kepuasan. Wanita-wanita itu merayunya, menebar pesona agar dipilih olehnya.

"Hai ganteng, sama aku aja dong!" seloroh wanita berambut pirang, yang berpakaian terbuka di bagian dadanya. Memperlihatkan benda itu menyembul keluar.

"Sama aku aja, Beb." Salah satu dari temannya pun ikut menggerayangi tubuhnya. Membuat Azka merinding geli.

Azka berusaha melepaskan diri dari kedua wanita itu. Dan tetap fokus mencari Felli, agar ia mendapatkan informasi mengenai di mana kakaknya tinggal sekarang.

"Maaf, saya sedang mencari seseorang di sini. Saya harus pergi!"

Setelah berhasil terbebas dari wanita-wanita itu, Azka berjalan sedikit ke dalam. Ada sebuah ruangan yang ia tahu itu adalah tempat Felli berada sekarang. Azka langsung masuk ke dalam, dan benar wanita yang ia cari sedang berbincang dengan seseorang.

"Maaf, boleh saya bicara sebentar!" sapanya pada Felli, wanita cantik yang sedang duduk di sofa itu beranjak. Menyambut kedatangannya dengan senyum nakal.

"Wah, mami paling seneng kalau dapat pelanggan yang berondong kek gini!" Wanita itu mendekati Azka, menoel lengannya. Membuat Azka tidak nyaman.

"Maaf kedatangan saya bukan seperti yang anda kira," sanggah Azka, masih sopan. Melepaskan tangan Felli dari tubuhnya. "Tapi saya sedang mencari seseorang."

Wajah Felli berubah sinis. Wanita itu mengibas-ngibaskan kipasnya ke tubuhnya. Hawa panas, menyeruak masuk ke dalam.

"Saya mencari kakak saya, Nadira," sebut Azka, mampu membuat wanita itu melongo. Saking terkejutnya.

"Nadira?" tanyanya, mengulang nama gadis yang ia cari.

"Iya, Mami. Apa anda tahu, di mana kakak saya sekarang?"

Sesaat, Felli teringat sesuatu. Saat ia berbicara dengan salah satu langganannya. Untuk menjaga sebuah rahasia, dan tidak memberitahu kepada siapapun tentang gadis yang bernama Nadira itu.

"Tenang saja, Mami. Saya akan memberikan uang untuk informasi itu," lanjut Azka tahu jalan pikiran Felli.

Saat ini Feli sedang berperang batin. Dan mulai terpengaruh dengan tawaran dari Aska. "Emangnya berapa yang akan kamu kasih ke saya?" tanyanya untuk mempertimbangkan.

"Berapapun yang akan anda sebutkan. Saya akan membayarnya."

Felli tersenyum penuh arti. Kita itu akan mengambil keuntungan dari apa yang sedang dibutuhkan oleh Azka. "Ok, saya akan kasih tahu ke kamu di mana Nadira berada."

Transaksi itu berjalan dengan lancar. Aska memberikan sejumlah uang kepada Felly, karena memberikan informasi yang ia cari. Minta sabar memberitahu kepada ayahnya tentang kabar baik itu.

Berbekal dari alamat yang diberikan oleh Feli, Aska kembali berkuta di jalanan yang padat, malam itu. Dan ternyata alamat yang diberikan Felli, sama dengan rumah yang ia datangi tadi. "Kamu ini gimana sih, Azka. Kenapa gak kamu cek dulu, alamatnya," ujar Angga, sedikit kecewa pada putranya.

"Maaf, Yah. Azka gak tahu, kalau alamatnya sama dengan rumah yang tadi kita datangi." Raut wajahnya menyesal, karena tidak berhasil menemukan tempat tinggal kakaknya.

"Ya sudahlah, kita pergi aja dari sini. Besok, ayah yang akan mencari sendiri!" seru Angga, sedikit ketus.

Kali ini Azka menuruti perintah ayahnya untuk pulang ke rumah. Mesin mobil ia hidupkan kembali, siap untuk melaju. Namun, Azka melihat seorang gadis yang ia kenali. Gadis itu, pernah ia lihat di cafe bersama Nadira.

Tak kunjung menginjak pedal gasnya, Angga menegur Azka kembali. "Nungguin apa, Azka?"

"Em, itu Pi. Gadis itu yang pernah Azka liat sama Kakak. Siapa tahu, dia tahu di mana kakak sekarang!"

"Ya udah, ayo kita temui gadis itu!"

Mereka turun dari mobil, menemui Jelssi yang kebetulan baru saja lewat. Anehnya, gadis itu justru buru-buru pergi. Mengundang tanya di benak Azka dan Angga.

1
Apriyanti
knp harus di gantung si thor,,bikin penasaran aja,, lanjut
Apriyanti
lanjut thor
Rike
smoga nadira cpet brkumpul sama kluarga ny
Apriyanti
mudah²an ke kejar
lanjut thor
Rike
bguss
Apriyanti
kasih tau Kevin Nadira gitu
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Rike
sdih jg awal prjlnan cinta rumit
muna aprilia
lnjut
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
kelamaan kamu Dira,, bkn blg aja terus terang biar Kelvin gak marah
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
makin seru aja ni cerita nya, semoga jd nya SM Kelvin bukan adik nya Azka,, lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Susi Haryani
Ayo kasih dukungan dong buat othor, biar semangat trs update na
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lah gmn ini kan adik kakak masa iya punya hubungan terlarang,, lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
waw keren bgt cerita nya Thor👍💪💪🙏
Apriyanti: sama² thor🙏💪👍😘
Susi Haryani: MKSh kk
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!