NovelToon NovelToon
Menjadi Figuran

Menjadi Figuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Anak Genius / Romansa / Masuk ke dalam novel
Popularitas:77.5k
Nilai: 4.7
Nama Author: sayaa aull.

Tidak disangka, aku masuk ke dalam tubuh seorang figuran yang tak lama lagi akan mati tertabrak saat menyelamatkan pemeran utama. Bisakah aku mengubah takdir ini?


cerita tidak terlalu berat, karna kalo berat dilan yang nanggung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayaa aull., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Kairi berjalan cepat menuju mobil mewahnya, masih menggendong Ara dengan hati-hati. Dengan satu gerakan cekatan, dia membuka pintu penumpang depan dan dengan lembut menempatkan Ara di kursi, lalu memasangkan sabuk pengaman untuknya.

"Kau bisa pergi sendirikan," kata Kairi kepada Kia, yang terlihat sangat khawatir. Kia ingin ikut dengan Kairi dan Ara, tapi ia tahu Kairi benar, jadi dia hanya mengangguk. Kairi cepat-cepat masuk ke mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Di perjalanan, Kairi sesekali melirik ke arah Ara, yang duduk meringis menahan sakit. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia berusaha keras untuk tidak menangis.

“Kalau mau menangis, menangis saja. Jangan ditahan,” kata Kairi, sambil meraih satu tangan Ara yang tidak terluka dan mengelusnya dengan lembut.

Ara akhirnya melepaskan kendalinya. Tangisnya pecah, dan dia sesenggukan penuh kesakitan. Air mata mengalir deras di pipinya, dan rasa sakit di tangannya semakin parah. Mobil yang baru saja mulai ia kendarai dengan penuh rasa bangga kini tertinggal di sekolah, dan tangannya yang terluka membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal.

Kairi mengemudi dengan tenang namun cepat, memastikan mereka tiba di rumah sakit secepat mungkin. Sesampainya di lobi rumah sakit, Kairi segera turun dari mobil dan bergegas menuju sisi penumpang. Dengan hati-hati, ia kembali menggendong Ara dalam posisi bridal style dan masuk ke dalam rumah sakit.

“Ara, kita sudah sampai. Aku akan membawamu masuk,” bisik Kairi lembut di telinga Ara, mencoba menenangkannya meskipun tangis Ara masih terdengar.

Ara hanya bisa mengangguk lemah, air mata terus mengalir di pipinya. Kairi segera memasuki ruang tunggu rumah sakit, langkahnya tegas dan cepat. Para pasien dan staf medis menoleh, terpesona oleh sosok Kairi yang membawa Ara dengan penuh kepedulian.

Seorang perawat segera mendekat. “Apa yang terjadi?” tanya perawat itu dengan nada khawatir, matanya menyapu luka di tangan Ara yang berdarah.

“Dia terluka parah di tangannya. Butuh bantuan segera,” jawab Kairi singkat namun penuh otoritas, pandangannya tetap fokus pada Ara yang menangis di pelukannya.

Perawat itu mengangguk dan segera memanggil dokter jaga. "Ikuti saya, kita akan langsung ke ruang perawatan."

Kairi mengangguk dan mengikuti perawat ke ruang perawatan. Di sana, dia dengan hati-hati meletakkan Ara di tempat tidur perawatan, tangannya tetap memegang tangan Ara dengan erat.

Dokter yang bertugas segera datang dan memeriksa luka di tangan Ara. "Apa yang terjadi?" tanya dokter sambil mulai membersihkan luka dengan lembut.

“Kami mengalami kecelakaan di sekolah. Ada serpihan kaca yang melukai tangannya,” jelas Kairi dengan nada cemas namun tenang.

Dokter mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. “Jangan khawatir, kami akan merawat lukanya. Tapi kamu harus tetap tenang,” kata dokter dengan suara menenangkan.

Ara berusaha mengangguk, meskipun rasa sakit masih menyiksanya. "Tanganku... sakit sekali..." gumamnya dengan suara bergetar.

"Kita akan memberikan obat penghilang rasa sakit segera," jawab dokter sambil memberikan instruksi kepada perawat untuk menyiapkan perban dan obat-obatan.

Tak lama kemudian, Luke dan Marva tiba di rumah sakit dengan tergesa-gesa. Mereka langsung menuju ruang perawatan setelah bertanya kepada resepsionis. Begitu melihat Kairi di samping Ara, mereka segera mendekat dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Ara, kamu baik-baik saja?” tanya Marva dengan cemas, matanya menyapu luka di tangan Ara yang sudah dibersihkan dan diperban.

Luke menambahkan, “Kami datang secepat mungkin setelah mendengar apa yang terjadi. Ada yang bisa kami lakukan untuk membantu?”

Ara mengangguk lemah, merasa lega melihat teman-temannya datang. "Aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah datang."

Kairi menoleh kepada mereka, memberikan senyum tipis yang menenangkan. "Kalian bisa membantu dengan menemani Ara. Dia butuh dukungan sekarang."

Beberapa saat kemudian, Kia juga tiba di rumah sakit, napasnya masih terengah-engah karena berlari. Dia segera bergegas masuk ke ruang perawatan dan mendekati Ara dengan wajah penuh kekhawatiran. “Ara, kamu baik-baik saja? Aku sangat khawatir!”

Ara tersenyum tipis, meskipun rasa sakit masih menggelayut di wajahnya. "Aku akan baik-baik saja, Kia. Terima kasih sudah datang."

Dokter akhirnya selesai merawat luka Ara. "Lukanya sudah kami bersihkan dan perban. Pastikan untuk menjaga tangan tetap bersih dan hindari banyak gerakan. Kami akan memberikan obat penghilang rasa sakit."

Ara mengangguk lemah, meskipun masih ada rasa sakit yang tersisa. "Terima kasih, Dokter."

"Tidak masalah. Pastikan kamu mendapatkan istirahat yang cukup dan datang kembali untuk pemeriksaan lanjutan jika diperlukan," kata dokter dengan senyum hangat sebelum meninggalkan ruangan.

Luke dan Marva menatap teman-teman mereka dengan penuh perhatian. “Sekarang yang paling penting adalah memastikan Ara bisa pulih dengan baik,” kata Luke dengan tegas.

Marva mengangguk setuju. “Kami akan mengurus sisanya. Kairi, kamu bisa membawa Ara pulang sekarang.”

Kairi membantu Ara bangkit perlahan dari tempat tidur. Dia menatap Ara dengan penuh perhatian. "Siap untuk pulang?"

Ara mengangguk pelan, meskipun lelah, dia merasa lebih baik. "Ya, terima kasih, Kairi. Kamu sangat baik."

Kairi hanya tersenyum tipis, namun matanya memancarkan kehangatan. "Itu tugas teman. Sekarang, mari kita pulang dan pastikan kamu mendapatkan istirahat yang cukup."

Dengan hati-hati, Kairi membantu Ara berjalan keluar dari rumah sakit dan kembali ke mobil. Dia membuka pintu dan membantu Ara masuk, memastikan dia nyaman sebelum akhirnya melajukan mobil menuju rumah Ara. Kia, Luke, dan Marva mengikuti dari belakang dengan mobil mereka sendiri, memastikan mereka tetap dekat jika dibutuhkan. Dalam perjalanan pulang, meskipun ada rasa sakit dan kelelahan.

Dipersimpangan jalan mereka berpisah, karna sudah melihat keadaan ara yang baik baik saja dan itu sudah cukup melegakan.

1
Xi Feng Jiu
Apa aku doang yg ngerasa percakapan mereka Terkesan Kaku banget
Xi Feng Jiu
Kok jadi begini bunyinya😭
Grey
Luar biasa
Fauziah Tallya
belum up lagi ka
Tia Saputri
ga lanjut lagi Thor?sayang loo kalo ga di lanjutin lagi, apalagi cerita nya lagi seru bgt
Retno Putri
kasian ibuk kantinnya.... tiap minggu pasti beli piring baru karna banyak yg pecah dujatohin truss sama si ruby... 🙁🙁
devi aryana
Luar biasa
Marlina
bru sampai sini ceritanya kurang.gini2 amat tiak ada yang tanguh2 gitu.itu si rubi di bisrkn aja gitu tetus
Marlina
Luar biasa
Marlina
Lumayan
Tia Saputri
udh 2 hari blm up thor
laili hidayati
ok
Hemalinep Hema
kok gak sama panggilan orang tua nya daddy dan mani seharus nya kan mommy
meMyra
🆗👍👍👍👍
selir Caesars
aku juga mau tauu digituin hihi
Nurwana
cocok sama Hariz...
Nurwana
kenapa bukan mulutnya saja yang kamu tonjok Ara....???
Nurwana
bagus Raina... lepaskan Arya... carilah orang yang mengerti dan menerima kamu dan yang menghargai perasaan mu.
Keisya Dilla
saranin pakai satu nama aja thor,,karna dah ditubuh Ara jadi pakai nama Ara aja thor,,jangan kadang Ara kadang Maura yg baca biar gak bingung Thor
Salsabila Arman
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!