NovelToon NovelToon
Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Dendam Kesumat
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mr 18

Edward, seorang anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan yang menjulang tinggi di puncak Bukit Gloosween.

Meski tidak memiliki mana yang mengalir didalam dirinya, Edward tidak pernah patah semangat untuk menjadi yang terbaik.

Setiap hari, ia belajar sihir dan beladiri dengan penuh semangat dari Kak Slivia dan Lucy, menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya meskipun tidak memiliki mana.

Namun, kehidupan Edward tiba-tiba berubah saat desanya diserbu oleh pasukan Raja Iblis, yang menghancurkan segala yang ada di desa itu, termasuk Kakak Silva dan teman-temannya.

Peristiwa tragis ini tidak hanya mengubah nasibnya, tetapi juga membawa Edward ke dalam petualangan yang gelap dan penuh tantangan untuk membalas dendam dan menyelamatkan apa yang tersisa dari dunianya yang hancur.

Lalu bagaimana Edward menghadapi semua itu ? Tantangan apa yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr 18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 16 Penyihir Tua

Tenda besar itu dipenuhi suasana tegang. Bersama Pak John, kami melangkah masuk, langsung disambut pemandangan tumpukan buku laporan yang berserakan dan orang-orang yang tampak sibuk dengan tugas masing-masing.

Pak John mempersilakan kami duduk; wajahnya serius namun ramah.

"Terima kasih, Silvia. Aku sangat senang kau kembali ikut dalam pembasmian," ucapnya senang setelah mendengar Kak Silvia kembali ikut dalam pembasmian.

Kak Silvia tersenyum. "Aku kembali bukan hanya untuk membasmi monster, tapi juga untuk menjaga desa dan anak-anak panti."

"Saya turut prihatin atas kematian Ibumu, Silvia," ucap Pak John memulai pembicaraan. "Ke mana kau pergi setelah kematian Ibumu?" tanyanya cemas.

Kak Silvia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab.

"Setelah Ibu meninggal, aku memutuskan untuk tinggal di panti. Anak-anak di sana sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Aku tidak bisa meninggalkan mereka," ucap Kak Silvia dengan mata yang berkaca-kaca.

Pak John mengangguk penuh pengertian. "Tindakanmu sangat mulia, Silvia. Ibumu pasti bangga."

Obrolan ringan berlanjut beberapa saat, mencoba mencairkan suasana.

Kemudian, Kak Lucy yang sedari tadi diam, mulai berbicara dengan suara tegas dan penuh semangat. "Pak John, aku punya kabar gembira," ucapnya dengan senyuman.

"Saya sudah meminta bantuan penduduk desa, dan mereka siap membantu kita kapan saja."

Wajah Pak John seketika cerah mendengar kabar tersebut. "Itu berita baik, Lucy," katanya. "Kerja bagus."

Namun, wajah Pak John segera berubah serius. "Tapi Lucy, ada hal lain yang lebih mendesak," lanjutnya. "Aku mendapatkan laporan bahwa monster yang kita bunuh bangkit kembali, dengan sebilah pedang yang menancap di dahi mereka," ucapnya dengan wajah serius.

Aku sontak berdiri. "Itu pasti ulah para summoner," ucapku penuh keyakinan.

Pak John mengernyitkan dahi, merenung dalam-dalam. "Summoner? Apakah kau yakin?"

"Ya, ini sangat mirip dengan tanda-tanda kehadiran seorang summoner. Mereka bisa memanggil monster dari dunia lain dan membangkitkan makhluk mati, memperkuat mereka, dan membuat kita kesulitan," ucapku dengan penuh keyakinan.

Pak John mengangguk perlahan. "Kemungkinan itu masuk akal," gumamnya. "Tapi bagaimana kita bisa melawannya?"

"Untuk melawan mereka, kita harus memiliki penyihir yang menguasai skill Turn Undead. Ini adalah satu-satunya cara untuk mengatasi monster-monster yang dipanggil. Atau, kita bisa langsung mencari summoner itu dan menghentikannya sebelum mereka memanggil lebih banyak monster."

Pak John tampak berpikir keras, matanya menatap jauh ke depan seakan-akan melihat masa depan yang penuh tantangan.

"Kita harus mempersiapkan segalanya dengan matang," katanya akhirnya. "Kita tidak boleh kalah dalam pertempuran ini."

Pak John menatap Kak Lucy. "Lucy, kau urus korps penyihir. Silvia, kau bantulah garda depan, tapi bersiaplah juga untuk evakuasi jika keadaan memburuk."

"Baik, Pak," jawab Kak Lucy dan Kak Silvia serempak.

Ruangan menjadi sunyi sejenak, setiap orang merenungkan informasi yang baru saja disampaikan.

Semua mengangguk setuju, tekad dan semangat untuk menghadapi ancaman yang datang semakin menguat di dalam tenda yang penuh dengan tumpukan buku laporan dan harapan baru. Kami tahu, pertempuran ini akan menjadi penentu nasib banyak orang.

Pak John kemudian berbalik ke arahku, matanya penuh harapan dan kepercayaan. Membuatku sedikit canggung karena tatapan yang penuh harap.

"Dan kamu," katanya, "kamu akan menjadi kunci dalam misi ini. Kami membutuhkan seseorang yang bisa menyusup ke dalam hutan dan mencari tahu lebih lanjut tentang summoner ini. Apakah kamu siap?"

Kak Silvia berdiri. "Pak John, dia masih kecil dan kemampuannya belum matang," ucapnya cemas.

Pak John memegang pundak Kak Silvia. "Sudah, Silvia, ini saatnya kau membiarkan anak burung terbang jauh dari sarangnya dan biarkanlah Edward untuk berkembang," ucap Pak John mencoba menenangkan kekhawatiran Kak Silvia.

Kak Silvia menatapku, penuh kecemasan. "Ta...tapi..." Pak John menepuk pundak Kak Silvia, lalu menatapnya dengan penuh pengertian.

Aku menelan ludah, merasakan beban tanggung jawab yang tiba-tiba disematkan di pundakku. "Saya siap, Pak John," jawabku mantap, meski dalam hati ada sedikit keraguan. "Apa yang harus saya lakukan?"

Pak John tersenyum tipis. "Pertama, kamu harus bertemu dengan Penyihir Tua di pinggiran desa. Dia yang akan memberimu perlengkapan dan petunjuk yang dibutuhkan. Penyihir Tua ini satu-satunya yang tahu cara melacak jejak sihir summoner," jelasnya.

Kak Silvia terus menatapku dengan penuh kecemasan. Dia tidak bisa meninggalkan orang yang telah dianggap keluarga baginya untuk pergi sendiri.

"Kalau kau cemas membiarkan dia pergi sendiri, kau ikutlah bersamanya," ucap Pak John setelah melihat kecemasan Kak Silvia.

Kak Silvia mengangguk, matanya penuh tekad. "Baik, Pak John. Kami akan segera berangkat."

Saat kami meninggalkan tenda, aku bisa merasakan udara yang penuh dengan ketegangan dan harapan. Setiap langkah yang diambil, setiap keputusan yang dibuat, akan menentukan masa depan kami semua.

Bersama Kak Silvia, perjalanan kami menuju pinggiran desa berjalan lambat di bawah terik matahari. Di tengah hari yang panas itu, kami akhirnya sampai di rumah Penyihir Tua. Aroma herbal yang kuat menyambut kami begitu pintu dibuka, memenuhi udara dengan nuansa mistis yang tak terlupakan.

Penyihir Tua, seorang pria berambut putih panjang dan mata tajam yang terlihat seolah-olah bisa melihat melalui jiwa seseorang, berdiri tegak di ambang pintu.

"Selamat datang," sapa Penyihir Tua dengan suara serak namun ramah. "Aku telah menantikan kedatangan kalian."

Kak Silvia tak langsung membuang waktu. "Kami membutuhkan bantuanmu, Penyihir Tua. Kami harus melacak jejak summoner yang telah mengacau di hutan."

Penyihir Tua mengangguk perlahan, ekspresinya serius. "Aku sudah mengetahui akan bahaya itu. Kalian membutuhkan ini."

Dengan gerakan lembut, ia meraih sebuah peta kuno dan beberapa botol kecil berisi ramuan berwarna hijau zamrud dari rak di belakangnya.

"Jejak sihir summoner tidak mudah diikuti. Ramuan ini akan memberikan perlindungan terhadap sihir gelap mereka, meskipun hanya untuk sementara waktu. Kalian harus menggunakan dengan bijaksana," jelasnya sambil menyodorkan botol-botol tersebut kepada kami.

Aku merasa beban tanggung jawab semakin nyata saat menerima ramuan-ramuan itu. "Terima kasih banyak, Penyihir Tua. Kami akan berhati-hati."

"Tapi ingat," tambahnya dengan serius, "kalian harus bertindak cepat dan tetap bersama. Summoner memiliki kekuatan untuk memanipulasi pikiran dan menciptakan ilusi."

Kami mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum berangkat, kembali ke kamp pertahanan untuk mempersiapkan diri.

Sebelum matahari tenggelam, kami berlarian menuju sisi barat hutan Rawgle jauh dari perbatasan. Berada di tepi hutan, kami mempersiapkan diri untuk mengintai.

"Cuaca terlihat cerah pagi ini, Silvia. Kita harus siap-siap sebelum memasuki hutan," kataku sambil mengecek perlengkapan.

"Benar, Edward. Aku akan memastikan semua perlengkapan terorganisir dengan baik," jawab Silvia sembari menyusun binokular di dalam ranselnya.

Ritual kami dimulai dengan menyusun perlengkapan penting: belati yang tajam, binokular untuk melihat jauh, dan peta yang sudah diarsipkan dengan teliti.

Setelah memastikan semua perlengkapan ada di tempatnya, kami mulai mengecek keadaan cuaca. Kak Silvia menyuruhku, untuk mengetahui prakiraan cuaca sebagai langkah awal yang krusial sebelum memasuki hutan yang penuh dengan kejutan.

Kemudian, kami mengatur perlengkapan tidur sederhana di dalam ransel kami: pembatik, tenda yang mudah dipasang. Kami tahu betul betapa pentingnya istirahat yang cukup di alam liar.

"Kak, apakah rute perjalanan kita sudah kamu rencanakan?" tanyaku sambil memeriksa peta.

"Aku pikir rute lewat sisi barat lebih aman kali ini. Lebih sedikit jejak manusia yang melintas di sana," jawab Kak Silvia sambil menunjukkan jalur yang sudah kami tentukan.

Sebelum akhirnya masuk ke dalam hutan, kami selalu menyempatkan waktu untuk merencanakan rute perjalanan. Kami memilih jalur yang Kak Silvia kenal dengan baik, memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik pengintaian yang ideal.

Setelah semua persiapan selesai, malam menyelimuti dunia. Di bawah cahaya bulan yang bersinar terang, kami memasuki hutan dengan hati-hati. Setiap langkah kami diiringi kehati-hatian, siap menghadapi bayang-bayang yang mengintai dan suara-suara aneh yang mengisi keheningan malam.

Kami menyelusuri jalur yang tidak terlalu terlihat, bergerak dengan penuh perhatian agar tidak mengganggu makhluk-makhluk hutan yang ada di sekitar kami.

"Mari kita jaga fokus dan waspada, Edward. Siapa tahu ada hewan langka yang muncul," sahut Kak Silvia serius.

Ketika kami memasuki jantung hutan yang lebat, suasana berubah drastis. Udara menjadi lebih dingin, dan angin menderu dengan anehnya. Di antara pepohonan yang rapat, kami melihat sebuah siluet gelap yang tampak mengambang di kejauhan.

"Apakah itu summoner?" bisikku kepada Kak Silvia, berusaha mempertahankan ketenangan di tengah ketegangan yang semakin memuncak.

Di kejauhan, terdengar suara gemerisik yang tidak biasa. "Ini dia," bisik Kak Silvia dengan serius. "Jejak sihir summoner. Kita sudah dekat."

Perasaan tegang kembali merayap, tetapi aku tahu bahwa kami harus terus maju. Di hadapan kami, pertempuran untuk masa depan dimulai, dan kami tidak boleh mundur.

Dengan tekad dan keberanian, kami melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan, siap untuk menghadapi apa pun yang menunggu.

"Aku bisa merasakan energi sihirnya," kata Kak Silvia dengan suara berbisik. "Kita harus berhati-hati."

Kami terus melangkah hingga tiba di sebuah celah kecil di hutan, di mana tanahnya dipenuhi simbol-simbol aneh yang bersinar samar di bawah cahaya bulan.

"Itu tanda-tanda ritual summoner," bisik Kak Silvia, suaranya terdengar serius. "Kita harus menghancurkannya."

Aku mengangguk dan mulai menyiapkan ramuan pelindung, sementara Kak Silvia memeriksa simbol-simbol itu lebih dekat.

1
Lhe
sukaaa banget
夢見る者
hmm, mayan sih
Darkness zero
up nya lama sekalinya up langsung belasan chapter
Muhammad Rama: Sory bang lama up nya/Frown/, gw juga ada kesibukan jadi nggak bisa up sehari langsung belasan/Sob/, sabar bang pasti up kok setiap hari
total 1 replies
Ulin Nuha
menarik
Gundaro
Total likenya kok janggal? like 151 tapi gak ada komentar, apakah author ngebom like?
wondervilz`
Jangan lupa mampir di karyaku yg berjudul , Life saver the series system
☠𝐀⃝🥀🍾⃝🄿🅁🄸🄳🄴🃏
lanjut Thor!!/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Siap /Hey/
total 1 replies
☠𝐀⃝🥀🍾⃝🄿🅁🄸🄳🄴🃏
dah mampir nih/Determined//Slight/
Muhammad Rama: Tanks kak
total 1 replies
☠𝐀⃝🥀🍾⃝🄿🅁🄸🄳🄴🃏
1 /Rose/+ 1 iklan untukmu thor/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Oke /Joyful/
☠𝐀⃝🥀🍾⃝🄿🅁🄸🄳🄴🃏: saling² membantu kakak ~/Proud/
total 3 replies
Hudan Nafil
Thor, jaga kesehatan ya? Jangan terus nulis sampe lupa makan dan ridur
Fawwas Tholib
Selalu berkarya thor
Dirhan Saputra
Tetap up bang
Amir Syamlan
Thor jangan lupa istirahat 😂
Ahmad Faldi
Semangat berkarya kak👍
hide my smile
up lah buset
hide my smile: wkwkkwkkk🗿🗿🗿
Muhammad Rama: Sabar bang, gue insyaallah pasti up tapi sehari sekali🤣
total 2 replies
Taru
Sippp mulai seru nih
Taru
Seru banget bang, tolong terus UP gw pasti nungguin setiap hari. /Tongue/
Taru
Hmmm menarik 😜
꧁གMSHKཁ꧂
Bagus banget 😍, pembawaan ceritanya bagus banget, seakan-akan kita jadi edward
꧁གMSHKཁ꧂
Kasihan banget Edward 😭 padahal dia sudah berharap banget dapat kekuatan. Dasar Destrover sialan😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!