Edward : Balada Dari Bukit Gloosween
Pagi ini udara desa sangatlah sejuk, cahaya matahari yang hangat mulai terbit dari ufuk timur. Cahayanya perlahan-lahan mulai menyinari dunia dari balik dedaunan hijau.
Suasana alam yang asri menambah keindahan desaku yang damai, angin pagi berhembus sejuk melewati pakaian yang kupakai, embun pagi berwarna putih bagaikan debu-debu yang berterbangan diudara.
Warga desa memulai aktivitas paginya dengan semangat dengan berkerja diladang, mereka lebih senang memulai paginya dengan dengan pekerjaan dari pada tidur terlelap sampai matahari tergelincir diatas kepala mereka.
Aku merenggangkan tubuhku yang kaku setelah semalaman tidur diatas kasur yang keras. Kuputar pinggang kekanan dan kekiri agar hilang rasa keram dipinggangku. Kuhirup udara perlahan lahan melewati rongga rongga hidungku dan kuhembuskan "hah" terasa sangat segar.
Namaku Edward, aku seorang anak yang sedari kecil tidak mengenali siapa orang tuaku dan dimana aku dilahirkan. Aku tinggal dan besar dipanti asuhan didesa Hougwe yang terletak terletak diatas bukit gloosween, desa Hougwe terletak dikerajaan Huinjou wilayah benua bagian barat.
Panti asuhan tua ini berusia puluhan tahun dengan bangunan yang sedikit rusak pada bagian dinding ruangan. Panti asuhan ini telah berdiri puluhan tahun tanpa adanya renovasi bangunan.
Pernah suatu hari aku menangis, meratapi takdirku yang buruk ini dibawah pohon. tiba-tiba Bu Selner yang merupakan pemilik panti asuhan datang memelukku.
Dia mengatakan sesuatu yang tidak dapat kulupakan."kau tau Edward dulu ketika kamu masih bayi ada seorang wanita cantik nan anggun datang menitipkan mu kepanti asuhan ini, dia mengatakan suatu saat nanti dia akan kembali menjemputku, dan juga dia meninggalkan sebuah kalung berbentuk pedang kepadamu."Ucap bu Selner kepadaku sambil memberikan kalung peninggalan.
Kini usiaku 10 tahun yang dimana setiap anak yang sudah mencapai usia 10 tahun akan diberkahi dengan mana. sebuah energi misterius yang mengalir didalam tubuh makhluk hidup dan dapat dimanfaatkan untuk memperkuat fisik ataupun sihir.
Dan setiap anak yang berusia 10 tahun akan melakukan upacara kebangkitan kekuatan mana mereka di Aula Kebangkitan. Aku berharap semoga aku mempunyai mana yang besar agar dapat menjadi orang terkuat.
Aku mengepalkan tanganku. " Aku pasti bisa!."Ucapku berteriak sambil mengangkat tangan kelangit.
Seseorang datang. " Huaah ada apa Edward kenapa pagi-pagi begini kau berteriak?. " Ucap Silva yang terbangun karena teriakanku.
Aku menggaruk kepalaku. "ee... Maaf kak aku tidak bermaksud menggangu tidurmu, aku cuma sedikit bersemangat, bahkan aku semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena ini hari ini bertepatan hari ulang tahunku yang ke 10 tahun, aku tidak sabar menunggu kebangkitan manaku." ucapku dengan penuh semangat.
"Haduh aku kira ada masalah apa ternyata cuma hal sepele." Ucap Silva sambil menepuk dijatnya.
"Tapi kak aku tidak sabar lagi, waktu seakan akan bejalan lama sekali, apa salahku?." ucapku mengelak
Silva berjalan mendekat dan jongkok didepanku menyamakan tingginya denganku. " Dasar bocah! waktu yang kau tunggu-tunggu itu pasti akan datang, namun kau harus pikirkan hal apa yang harus kau persiapkan untuk hari esoknya, dan itu harus dimulai dari sekarang! agar kamu tidak terlalu terbebani dengannya." Ucap Silva sambil mengelus kepalaku sambil tersenyum.
Aku terdiam mendengar nasehat kak Silva yang masuk akal. " Edward kok kamu bengong? Sudah nanti kakak temenin kok di Aula Kebangkitan, Maka dari itu Ayo cepat bangunkan yang lain."Perintah Silva padaku membuyarkan lamunanku.
"owh ya kak aku bangunkan yang lain."Ucapku sambil berlari masuk kedalam panti asuhan.
Namun aku berhenti tepat didepan pintu dan memandangi Kak Silvia dari kejauhan.
Kulihat dari kejauhan dia bediri menatap langit pagi sambil mengikat rambut hitamnya yang panjang. Dia terlihat sangat cantik dan mempesona dibawa terpaan sinar matahari.
Matanya biru bersinar bersih menyejukkan pandangan, bulu matanya yang lentik dan alis yang tebal menghiasi matanya yang indah,dengan bibir berwarna merah muda yang manis, tubuhnya yang tinggi dan sexy membuat mata tersihir untuk selalu memandangnya.semua itu tergambarkan kecantikannya diatas kulitnya yang putih.
Silvia adalah kakak dan panutan kami anak-anak panti asuhan. Dia merupakan satu-satunya anak kandung dari bu Selner. Kak Silvia sangat baik dan perhatian terhadap kami tanpa tebang pilih.
Di usianya yang relatif muda, 17 tahun. dia merupakan lulusan termuda akademi Zanei salah satu akademi terbaik di Ethyras. Setelah lulus dia langsung bergabung dalam devisi pertahanan Kerajaan Huinjou sebagai petarung garda depan.
Namun setelah 3 tahun bergabung didevisi pertahanan kerajaan , dia mengundurkan diri karena salah satu penyebabnya adalah kematian ibunya tercinta. Dia sangat terpukul atas kematian ibunya yang sudah tidak dapat di temuinya lagi.
Aku masih teringat jelas ketika Kak Silvia pulang dari perang melawan pasukan raja iblis. dia masih memakai baju besi dan belati ditangannya yang berlumuran darah. Kuperhatikan wajah sangat pucat dan air matanya menetes deras membasahi pipinya.
Hingga kini dia memutuskan tidak akan mengikuti setiap peperangan. Sudah puluhan surat perintah kembali dari kerajaan untuk berperang, namun Kak Silvia tidak meresponnya sama sekali.
"Edward kok malah melamun? Ayo cepat bangunin yang lain! Nanti anak-anak ada jam pelajaran bareng kak lucy."perintah Silvia membuat ku terbangun dari lamunan.
" baik kak."ucapku dan langsung pergi.
Aku berjalan melewati ruang tamu menuju kamar tempat anak-anak tidur." Krieet." suara pintu kayu tua dengan engsel yang sudah berkarat.
kuperharikan sekeliling mengingatkanku sebuah kenangan indah selama 10 tahun. kami tinggal diruangan dengan ukuran 3 × 4 meter berisikan 5 ( Alex, Thomas, Serly, dan Alice) sekaligus aku. kami merasakan senang dan sedih bersama bagaikan sebuah keluarga.
Aku berjalan menuju gorden. "Srak!." bunyi gorden yang kubuka. Cahaya mentari pagi yang terang menyusup masuk melalui celah jendela.
"Ayo-ayo cepat bangun! sudah pagi, nanti ada jam pembelajaran bersama kak lucy!." perintahku.
"Kak Edward jam berapa sekarang?." tanya gadis kecil Alice.
"Sudah jam 5 Pagi, Ayo cepat bangun!." Perintahku sambil membangunkan Thomas yang masih tidur lelap.
Anak-anak berhamburan mulai merapikan kasurnya masing-masing tanpa disuruh dengan mata yang masih mengantuk.
" Jangan lupa mengerjakan piket sesuai jadwal yang ditentukan!." Perintahku
" Siap kak."mereka langsung bergegas mengerjakan tugasnya masing-masing.
Kuperharikan dari jauh gadis Kecil Alice berusia 5 tahun sedang menyapu lantai diruang tamu, Membuatku teringat ketika dia masih bayi setiap hari selalu menangis dan ingin dimanja.
Kupalingkan pandanganku kerah Alex dan Thomas, mereka berdua menyapu halaman panti. Usia mereka berdekatan 6 tahun namun cuma selisih beberapa bulan, mereka berdua sedikit nakal dan sulit diatur namun mereka sangat penurut ketika berhadapan dengan kak Silvia.
Seseorang menepuk pundakku. " Edward apa yang kau lakukan? Cepat sini bantu kak Silvia memasak!." perintah Serly lalu langsung pergi ke dapur.
Dia adalah gadis kecil yang berusia 8 tahun, dia itu
Gadis sering sekali memarahiku dan juga dia tidak bisa memasak, namun dia juga baik hati dan perhatian terhadap yang lain.
" Owh ya sebentar." ucapku.
Aku langsung berjalan menuju dapur. Kulihat kak Silvia Sedang sibuk memotong-motong sayuran.
"kamu dari mana? Lihat aku kerepotan, kamu tahukan aku belom terlalu bisa memasak." keluh Silvia.
" Iya² maaf, Aku tadi cuma mengawasi kerjanya anak-anak sebentar." ucapku sambil memberikan senyum ramah.
Aku melipat lengan pakaian ku.“ Masak apa sekarang kak?." tanyaku sambil mengambil kursi disampingku untuk mengsejajarkan tinggi badanku dengan meja dapur.
" Sup." jawab singkat Silvia sambil fokus memotong sayuran.
Aku menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, Aku Memulai memasak, tanganku cekatan memasukkan bumbu-bumbu yang sudah disiapkan oleh Serly dan Kak Silvia.
Setelah beberapa saat tercium bau sedap dari masakanku. Aku menuangkan sup ke mangkuk membaginya rata, Kak Silvia dan Serly cekatan langsung membawanya kemeja makan.
" Anak-anak Ayo cepat makan!." Teriak Silvia, Anak-anak langsung berlarian menuju ruang makan.
Mereka seketika duduk dengan rapi. Alex dan Thomas yang tidak sabar langsung menyambar makanan. "Alex, Thomas apa kalian lupa aturannya?, Cuci tangan kalian sebelum makan!." Tegur Silvia.
Alex dan Thomas diam dan menuruti perintahnya untuk mencuci tanganya. Tanpa kusadari aku tersenyum melihat tingkah laku mereka.
"Edward kenapa kamu kok senyum-senyum sendiri?." Tanya Serly.
"Bukan apa-apa, Aku cuma teringat ketika mereka masih kecil dan tingkah laku lucu mereka." Jelasku.
" Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, kini anak anak sudah besar, aku masih ketika mengajarinya membaca." Ucap Serly sambil memandangi Mereka yang makan dengan lahap.
**********************************************
Halo para pembaca 😁 Terima kasih sudah membaca Karya pertamaku.
Mohon Maaf sebelumnya 🙏 kalau ada tanda baca, penulisan dan alur ceritanya yang kurang jelas.
Maklum baru pertama kali membuat novel.
Terus suport aku dan tunggu chapter yang akan datang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
꧁གMSHKཁ꧂
Gw demen sama karakter Silvia😭
2024-06-13
0
Gundaro
Narasi novel ini pakai first person yah? (POV MC)
2024-06-10
1