Jika merindukan orang yang sudah tiada adalah hal menyakitkan, mungkin tidak selamanya seperti itu yang di rasakan oleh seseorang.
Dia merindukannya tapi di satu sisi ia ingin menjauh dan pergi darinya demi kebahagian orang yang ia sayangi.
Dan semua kenangan yang pernah tercipta akan kah hilang seiring dengan luka yang sudah terlalu lama bertahta???
Selamat datang di tulisan receh Mak Othor 😊
Biar ngga gagal paham, silahkan mampir ke Riang (sadar diri) lebih dulu 🙏🙏🙏
semoga di minati teman-teman readers ya 🤗 mohon kritik dan sarannya.
Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Shaka Risya ...jangan lari-lari nak!", Riang menyusul dua balita yang berlari memasuki lorong rumah sakit. Ganesh pun menyusul dua bocil kesayangannya.
"Umi....tantap Ica...!", teriak Risya.
"Tantap Aka uga miba....!", Shaka tak mau kalah. Suasana rumah sakit tak terlalu ramai. Tapi pasti pandangan orang akan lain jika melihat anak-anak berlarian di tempat seperti ini.
"Shaka, Risya! Berhenti atau Aa panggil dokter biar kalian di suntik?!", ancam Ganesh dengan suara yang cukup menarik perhatian.
Sosok tampan khas Indonesia itu menarik perhatian pasien juga pengunjung rumah sakit itu.
Kesan yang di dapat adalah Ganesh sosok kakak yang bisa momong adik-adiknya. Terbukti dua bocah itu langsung berhenti.
Risya dan Ganesh berhasil menghentikan Risya dan Shaka.
"Gendong umi aja ya?", tawar Riang pada Risya.
"Ica cama Aa Nesh!", Risya mengulurkan tangannya minta di gendong Ganesh. Sedang Shaka mau tak mau tentu dengan kakak sulungnya.
"Miba....pipis!", kata Shaka.
"Nesh, kalian keruangan mama aja dulu. Udah di kasih tahu papa kan?", tanya Riang.
"Udah ,Bi!", jawab Ganesh. Mereka pun berpisah ,Riang membawa Shaka ke toilet di lantai itu.
"Bisa sendiri? Miba tunggu di sini?", tanya Riang pada Shaka.
"Ote!", Shaka masuk ke kamar mandi. Meski tak ada tulisan untuk pria maupun wanita, Riang memang sudah mengajarkan pada Shaka dan Risya untuk pipis sendiri di toilet umum. Tapi tentu dengan pendampingan. Apalagi Riang sendiri pernah mengalami seperti apa di lecehkan saat usianya masih kecil dulu. Tentu pengalaman itu tak mau terulang entah pada siapa pun itu. Terlebih pada anak-anaknya.
Meski Shaka laki-laki, penjahat kelamin banyak yang suka memilih korbannya justru anak-anak. Naudzubillahimindzalik!
"Sudah Ka?", tanya Riang.
"Udah Miba!", jawab Shaka.
"Udah cuci tangan!?", tanya Riang. Shaka mengangguk.
Saat akan berbelok, Riang hampir menabrak seseorang.
"Eh...maaf Bu!", katanya.
"Ngga apa-apa dok!", kata Riang karena perempuan itu memakai jas putih khas dokter.
"Lho...ini Shaka kan? Yang biasa sama Risya, di vlog nya Ganesh itu kan?", tebak orang itu.
"Oh...iya dok! Dokter tahu?", tanya Riang.
"Suka nonton aja sih Bu, tahu dari temen. Malah temen saya tuh mirip banget sama Shaka!", katanya sambil mencubit pipi Shaka dengan gemas. Shaka mundur dan bersembunyi di belakang Riang.
"Shaka...salim dulu sama kakak dokter!", kata Riang. Riang menyebutnya Kakak karena dokter itu masih terlihat sangat muda.
Shaka pun bersalaman dengannya.
"Panggil saja kak Devi!", katanya. Shaka pun mengangguk.
"Risya nya di mana Shaka?", tanya Devi.
"Sama A anesh!", jawab Shaka.
"Sama Ganesh!", lanjut Riang. Devi pun mengangguk pelan. Dia ingat, Ganesh adalah laki-laki yang kemarin bertemu dengan Shakiel. Dia memang tahu kalau Ganesh suka memposting video Risya dan Shaka. Tapi ia tak begitu mengenalnya jika bukan karena Shakiel.
"Risya dan Shaka kembar ya Bu?", tanya Devi. Riang tersenyum.
"Risya anak saya, kalau Shaka adik saya!", jawab Riang.
"Adik???", tanya Devi. Riang mengangguk.
"Kebetulan ibu saya hamil saat saya hamil Risya!", jawab Riang.
"Oh....", Devi hanya mengangguk pelan. Tak mau bertanya lagi.
"Kalau begitu, kami mau ke ruangan mama kami dulu ya dok!", pamit Riang.
"Silahkan Bu...!", kata Devi mempersilahkan Riang dan Shaka.
Riang dan Shaka pun melanjutkan langkah kaki mereka menuju kamar rawat sang mama.
"Shaka, jangan cepat-cepat jalannya dong dek!", Riang sampai tersandung-sandung karena gamisnya terinjak sendiri.
"Aka mau temu mama, Miba!", kata Shaka dengan Riang.
"Iya, tapi tunggu Miba dong dek! Kan Shaka ngga tahu di mana ruangan mama. Di lantai tiga lho!", kata Riang.
Dengan gemasnya Shaka menghitung jemarinya sampai berjumlah tiga.
"Tiga begini ya Miba?", tanya Shaka melipat dua jarinya.
"Iya!", Riang mengangguk dan tersenyum. Akhirnya Shaka bisa di kendalikan saat mereka tiba di depan lift.
"Tuh kan Miba, tetingayan naik yif na!", kata Shaka manyun.
"Ngga ketinggalan kok sayang, nanti juga turun lagi."
Tapi setiap pintu lift terbuka, kondisi lift selalu penuh. Riang tak bisa berdesak-desakan apalagi banyak laki-laki di kotak besi itu.
Shaka mulai berulah karena bosan menunggu.
"Eh...mba...mba...anaknya mba!", kata salah seorang pengantri lift memberi tahu Riang jika Shaka berlari menjauh.
"Astaghfirullah, Shaka!! Makasih bu!", Riang mengangkat gamisnya yang tumben kepanjangan tak seperti biasanya.
Tapi nasib sial tidak ada di kalender, Riang pun kembali menginjak gamisnya hingga membuat dia hampir jatuh jika tidak ada tangan yang menahannya.
Orang-orang sudah berteriak karena melihat Riang yang hampir jatuh. Shaka pun akhirnya balik arah.
"Miba....!", Shaka mendekati Riang.
"Ma-maaf! Terimakasih dok!", kata Riang tergagap karena posisinya sangat tidak etis jika itu di lakukan bukan dengan pasangan sah nya.
Tapi dokter yang tadi menolongnya justru menatapnya dengan pandangan yang tak terbaca.
Riang yang takut menatap lawan jenis, memilih menunduk dan menggandeng tangan Shaka.
Tapi baru selangkah, dokter itu justru memeluk erat Riang dari belakang.
"Mba!!",Shakiel berbisik tepat di bahu Riang. Shaka menoleh pada laki-laki berjas putih yang menutupi wajahnya dengan masker.
Riang menelan ludahnya dengan pelan karena mendadak terasa begitu kering.
"Mba Riang, ini El!", ulangnya.
Lelehan bening meluncur di pipi Riang. Perempuan itu melepaskan tangan El dari perutnya dan memutar badannya.
Tangan Shaka sama sekali tak terlepas dari tangan Riang meski Riang kini sudah menghadap ke belakang.
Shakiel terisak pelan di balik maskernya. Dengan gerakan pelan, Riang membuka masker yang El pakai.
Tangis Riang pecah seketika saat yakin jika sosok lelaki tegap tadi adalah adiknya.
Dalam hitungan detik, Riang memeluk Shakiel juga memukulnya berulang-ulang. Shakiel membiarkan kakaknya melakukan apa yang dia mau.
Shaka hanya menatap bingung pada kakak perempuannya yang menangis.
"Jahat kamu El!", kata Riang yang kembali menenggelamkan wajahnya di dada El.
"Iya, El jahat mba! El minta maaf mba....maafin El...!", kata Shakiel membalas pelukan Riang. Perempuan cantik itu menghapus air mata dan ingusnya lalu menoleh ke bawah di mana Shaka melihat kedua kakaknya dengan bingung.
"Shaka...ini Abang El sayang ...!", Riang mengangkat tubuh mungil Shaka. Beruntung sudah tak ada yang mengantri di depan lift. Jadi adegan seperti drama india itu tak menjadi tontonan.
Shaka menatap Shakiel dengan pandangan yang menggemaskan.
Masih belum puas, Shakiel kembali memeluk Riang. Kali ini bukan hanya Riang yang ada dalam pelukannya, melainkan Shaka. Adik yang baru ia temui sejak ia di lahirkan!!!
"Mba kangen kamu El, kamu jahat banget sama mba!", adu Riang. Meski sempat berhubungan via telepon ,tentu rasanya akan tetap berbeda jika bertemu secara langsung kan???
"El juga kangen sama kalian!", Shakiel masih memeluk kedua saudaranya.
Rasa rindu yang ia pendam bertahun-tahun perlahan terobati. Ia sudah bertemu dengan Kakak ,adik juga mamanya meski bukan mama kandungnya.
💕💕💕💕💕💕💕💕
Dah ya ...No bawang Bombay kan 🤭🤭🤭🤭✌️✌️✌️
Terima kasih
selamat beristirahat di malam Minggu 🥱🥱🥱🥱🥱🥱🥱🥱🥱
Loveeeee sekebooonnnm 💞💞💞💞💞💞
terus eta duo g ngan dugi tunangan moal d halal kn
Bonchap doooooong
Jangan gondok ya lia