Kecelakaan menjadikan tertulisnya takdir baru untuk seorang Annasya Atthallah. Berselang dua bulan setelah kecelakaan, gadis yang biasa dipanggil Nasya itu dipinang oleh orang tua lelaki yang merupakan korban kecelakaan.
Airil Ezaz Pradipta, terpaksa menyetujui perjodohan yang diam-diam dilakukan oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang kurang dari seorang Nasya. Namun dirinya yang divonis lumpuh seumur hidup menjadikan Airil merasa tidak pantas bersanding dengan perempuan yang begitu sempurna.
Lelaki yang dulunya hangat itu berubah dingin ketika bersama Nasya. Mampukah Nasya meruntuhkan tembok es itu dan melelehkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
"Nasya," panggil Airil pada istrinya yang lemas dan tidak dapat bergerak lagi.
"Apa yang sudah kulakukan," umpatnya pada diri sendiri. Menyesali perbuatannya yang melampiaskan rasa cemburunya dengan memperlakukan Nasya kasar. Entah ini sudah yang keberapa kalinya.
"Badanku sakit Mas," lirih Nasya dengan suara sayu. Masih bisa mendengar suara sang suami yang memanggilnya.
"Maaf," gumam pria itu teramat pelan. Mengambil air hangat dan handuk kecil untuk membersihkan tubuh Nasya. Menggantikan pakaian sang istri dan memberikan vitamin.
"Istirahatlah, kalau makanan sudah datang aku bangunkan." Ucap Airil dengan perasaan sangat bersalah.
Nasya mengangguk pelan sebagai jawaban, wajah pucatnya dapat mewakili betapa lelah tubuhnya saat ini. Tidak dapat dipungkiri kalau hatinya juga ikut lelah dan teramat sakit dengan semua perlakuan yang Airil lakukan padanya.
Airil mengutuk dirinya yang sekarang tidak bisa mengendalikan diri. Temperamennya jadi buruk pasca kecelakaan itu terjadi. “Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi,” janji Airil pada dirinya sendiri.
...🍀🍀🍀...
“Nefa sudah sarankan Abang untuk konseling tapi nggak nurut. Jadinya sekarang malah menyakiti Kak Na kan. Dengan Abang konseling nggak akan ada yang bilang Abang gila." Nefa mengomel, menatap sendu perempuan yang terbaring lemas di tempat tidur. Ia hanya berani mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka.
"Kalau Abang sedang marah sebaiknya menjauh sebentar, tenangkan diri biar nggak menyakiti istri Abang yang nggak bersalah. Abang mau cari istri dimana yang sebaik Kak Nasya." Gadis itu masih mengomel di tengah kegiatannya menyiapkan makanan di meja. Siapa lagi yang direpotkan kalau bukan dirinya.
Airil yang diceramahi oleh Nefa hanya bisa diam mendengarkan. Sadar karena bersalah, jadi tidak membantah.
"Nefa sebagai perempuan juga akan merasa terluka kalau diperlakukan kasar seperti itu. Kak Nasya itu istri Abang, bukan perempuan murahan yang Abang bayar untuk memuaskan nafsu Abang." Sebut Nefa menggebu-gebu, tidak menyangka kalau sang abang yang sangat penyayang bisa menyakiti istrinya semengerikan itu. Tentu saja ia tahu semuanya, karena berhasil mendesak Airil untuk mengatakan apa yang terjadi tanpa boleh ada yang terlewatkan.
"Kalau Abang masih menyakiti Kak Na, Nefa akan bilang sama Om Zaky biar mengembalikan Kak Nasya ke orang tuanya." Ancam Nefa serius.
Airil yang sedari tadi diam membulatkan mata. "Berani melapor, hidupmu tidak akan tenang Nefa!!"
"Abang harus berjanji bersikap baik dengan Kak Na setelah ini. Kalau ada kesalahpahaman kalian bicarakan dengan baik-baik, bukan dengan emosi."
"Iya bawel," sahut Airil. Telinganya sudah panas diceramahi oleh adiknya sendiri. "Bawakan makanan ke kamar," titahnya.
Nefa mendengus, namun tetap menurut membawakan makan malam ke kamar. Setelahnya gadis itu Airil usir agar segera pergi.
"Abang ngusir Nefa, dasar tidak tahu terima kasih." Umpat gadis itu kasar.
"Jasa go food sudah di transfer," Airil menunjukkan bukti transfer dari ponselnya.
"Baiklah, Nefa tidak perlu ucapan terima kasih lagi." Seru Nefa dengan senyuman lebar setelah mendapatkan uang jajan tambahan.
"Dasar pemeras," gerutu Airil. Tidak punya adik kandung jadi siapa lagi yang dimanjakannya kalau bukan Nefa. Bahkan apapun yang gadis itu mau selalu diturutinya.
Pria itu kembali ke kamar, membangunkan istrinya pelan. Kasihan kalau dibiarkan tidur, sedang perutnya belum diisi apa-apa.
"Sya makan dulu," bisik Airil dengan suara sangat lembut sambil mengelus-elus puncak kepala istrinya.
"Aku nggak lapar Mas."
"Makan sedikit saja," paksa Airil. Membantu istrinya bangun dan menyandarkan di headboard.
"Kamu belum makan juga kan? Kita makan bareng," usul Nasya yang disetujui Airil.
"Badannya sakit semua?" Tanya Airil seraya menyuapi Nasya.
Perempuan itu menjawab dengan senyuman simpul. Ia percaya kalau suaminya ini sebenarnya baik, hanya saja ada pemicu emosinya yang Nasya tidak tahu apa.
"Nanti aku pijat selesai makan, dijamin ampuh."
"Emang kamu bisa pijat Mas?" Tanya Nasya dengan senyuman meragukan.
"Keahlian khusus buat kamu," katanya menepuk puncak kepala Nasya pelan.
Nasya terkekeh kecil, "kamu marah kenapa sih Mas. Aku melakukan salah apa?" Tanyanya hati-hati
Airil menghembuskan napas pelan, mengambil amplop dalam laci dan menyuruh Nasya membukanya. Perempuan itu mengernyitkan alis. Segera membuka amplop coklat yang ada di tangannya. Penasaran dengan isinya.
"Kamu berpikir aku mengkhianatimu Mas," Nasya menatap intens suaminya setelah memasukkan kembali foto-fotonya bersama Seno ke dalam amplop.
Airil mengangguk kecil sebagai jawaban, kepalanya menunduk malu. Sungguh bukan seorang Airil yang sering Nasya lihat.
"Aku nggak pernah mengkhianati kamu Mas. Aku bertemu orang ini karena memang sedang butuh bantuannya. Ada hal penting yang harus aku selesaikan," Nasya tersenyum melanjutkan menyuapi suami.
“Jadi cemburu?” Goda perempuan itu jahil.
"Sepenting apa sampai tidak izin sama suamimu sendiri, heh. Bahkan kamu diam tidak memberikan penjelasan seolah membenarkan semuanya," Airil mencubit pelan hidung Nasya untuk mengalihkan pembicaraan.
“Jadi beneran cemburu,” Nasya menggerakkan alis turun naik menggoda Airil.
“Tidak,” Airil membuang wajah dari Nasya.
Nasya tertawa kecil melihat tingkah lucu suaminya. "Kalau aku memberikan penjelasan saat kamu sedang marah, belum tentu kamu dengarkan juga kan Mas. Jadi lebih baik aku diam," jelasnya.
"Lalu mau pergi diam-diam?" Tebak Airil yang diangguki Nasya.
"Tidak akan bisa. Aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia sekalipun," tegas Airil.
"Kenapa? Kamu sudah jatuh cinta sama aku, hm." Nasya menoel bahu suaminya genit.
"Aku hanya tidak mau mengkhianati janjiku pada Allah dan Abimu," Airil lagi-lagi membuang muka untuk mempertahankan kegengsiannya.
"Sudah selesai makan, sekarang tidur." Ucapnya yang terdengar seperti perintah.
"Kamu sudah janji pijitin aku Mas," rengek Nasya sengaja dimanja-manjakan. "Tapi jangan pijat plus-plus, badanku sudah capek."
Airil berdehem menanggapi keinginan istrinya, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur.
"Tangannya pasti capek kan," Nasya mengambil tangan Airil lalu memijatnya. "Terima kasih sudah berjuang keras," gumamnya sambil menepuk-nepuk tangan sang suami.
"Asya," panggil Airil.
"Iya," jawab Nasya tanpa menoleh. Masih memijat-mijat tangan suaminya.
"Mari kita perbaiki semuanya. Kita jalani pernikahan ini seperti bagaimana mestinya," ajak Airil sungguh-sungguh. Dia tidak akan menyia-nyiakan istrinya ini lagi.
Siapa yang tidak beruntung mendapatkan perempuan sesabar Nasya. Meskipun hatinya marah namun bibirnya tetap masih bisa menyunggingkan senyuman dan lebig memilih untuk mendoakan.
Nasya tentu saja berseru senang dalam hati.
"Putusin dulu pacar kamu Mas," tangan yang tadinya memijat itu sekarang beralih jadi mencubit-cubit.
"Kalau aku tidak mau?"
"Aku yang akan memutuskannya." Ujar Nasya semakin mencubit kuat tangan suaminya.
"Baiklah, aku menurut. Takut kau jadi pembunuh dan besok pagi muncul berita istri sah menggorok pacar simpanan suaminya." Sebut Airil yang disambut Nasya dengan gelak tawa.
"Harusnya aku remukkan saja tangannya hari itu." Gerutu Nasya saat teringat kejadian di rumah sakit.
"Kau hampir mematahkan hartaku yang paling berharga Sya. Wajar kalau dia balas dendam padamu," gurau Airil.
"Kalau marah jangan begitu lagi, aku takut tidak sabar menghadapimu."
Airil mengangguk kecil, "maaf." Ucapnya sungguh-sungguh.
sabar ya sa
key diamm
sblm.terkmabat