Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TWENTY FOUR
Ku kira setelah senja menghilang Mas Fahmi akan pulang, namun mendapati nya yang masih setia berada di rumah juga dengan perkataan mamah papah yang memaksa Mas Fahmi agar tinggal dan menginap di rumah membuat aku menahan malu.
Astaga!
Bagaimana kalau aku akan mandi nanti? Atau bagai mana pekerjaan Mas Fahmi di kota?
Bukan aku tak suka atau menginginkan kepulangan Mas Fahmi ke Jakarta tapi hanya saja aku merasa merepotkan. Aku takut mengusik waktunya.
"Mas...?" panggil ku pelan, kali ini aku tengah duduk bersebelahan dengannya di depan ruang TV hanya berdua, karena mamah tengah menemani papah yang baru saja pulang diruang makan.
Dia menatap ku lembut, membuat urung dan ragu singgah dalam raut ku.
"Kenapa Ami, Kamu mau minum? " aku menggeleng, membiarkan tangannya mengusap pipi ku lembut. Semakin membuat ragu.
"Mas gak papa disini? " dia menatap ku tanya.
"Rumah Ami sempit, kamar yang di tempati Mas juga kecil, dan gimana kerjaan Mas di Jakarta?" ku dapati dia mengulas senyum, senyum yang entah kenapa membuatku semakin tidak enak karena telah bertanya.
"Kamu gak suka saya di sini?" aku spontan menggeleng, menolak tanyanya yang baru ku ketahui terdapat senyum jail di sudut bibirnya.
"Bukan gitu Mas. Saya ngerasa gak enak karena takut ganggu kerjaan Mas" dia mengangguk, mengusap rambut juga pipiku lembut.
"Kamu gak perlu khawatir Mi, saya sudah minta buat work from home aja sama kantor. Jadi kamu gak perlu khawatir kerjaan saya ngelambruk" aku mengangguk walau masih risau.
"Udah jam 9. Kamu harus istirahat. Ayo saya anter ke kamar" walau malu aku tetap mengangguk menyetujui ucapan Mas Fahmi yang melihatku berulang kali menguap.
Beranjak tak lupa mematikan Tv, dengan tangan Mas Fahmi yang menggenggam tangan ku menuju kamar. Tuhan aku malu! Entah kenapa aku merasakan hal aneh, kami terlihat seperti.. Mas Fahmi ku lihat tertawa kecil dengan gelengan pelan mengusap wajahnya. Entah mengapa dia bertingkah demikian.
Masuk dalam kamar, aku segera beranjak membaringkan diri, membiarkan Mas Fahmi sekali lagi membantu ku dengan menarikkan selimut hingga sebatas pinggang. Aku mengulas senyum kala kecupan lama ku dapati di kening ku dengan usapan lembutnya di rambut juga pipi ku terasa nyaman namun membingungkan.
"Istirahat ya. Panggil saya kalo kamu butuh sesuatu" aku mengangguk, membiarkan Mas Fahmi berlalu keluar kamar tak lupa menutup pintu. Disusul suara Mamah yang bertanya.
"Ami udah tidur Nak?"
"Sudah Bu, demamnya juga sudah lebih turun"
"Terima kasih ya, sudah mau menjaga Ami"
"Saya juga mengucap Terima kasih bu, karena di ijinkan bermalam juga menjaga Ami. Ngurangin rasa khawatir saya"
"Kalo gitu saya masuk dulu bu. Ada yang harus di kerjakan"
"Ya. Silahkan, selamat beristirahat Nak Fahmi"
Percakapan antara Mas Fahmi dan mamah terhenti di susul suara pintu kamar di samping ku yang terbuka dan tertutup perlahan. Aku mengulas senyum mendengar itu semua, merasa bersyukur setelahnya memejamkan mata dan mengarungi mimpi.
_
Tiga hari berlalu cepat dengan aku yang tak melakukan banyak hal hanya makan dan beristirahat menyehatkan badan begitu kata Mas Fahmi.
Sebenernya biasanya saat sedang sakit pun bahkan aku masih bisa mencuci baju dan mencuci piring yang di gunakan untuk makan namun karena kehadiran Mas Fahmi di rumah yang seperti pengawas, melarangku melakukan semua hal itu. Sedikit mengesalkan namun membuat nyaman.