NovelToon NovelToon
Cinta Sejati Sang Pewaris

Cinta Sejati Sang Pewaris

Status: tamat
Genre:Tamat / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:475.7k
Nilai: 4.1
Nama Author: Hernn Khrnsa

Nadira Ghautiah hanyalah seorang gadis berhijab yang kesehariannya bekerja sebagai akuntan. Ia tak menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat saat bertemu seorang pria yang dikejar-kejar pembunuh.

Situasi itu membawanya pada posisi rumit nan mencekam. Kejadian demi kejadian yang berbahaya terus mengikutinya. Demi keselamatan hidupnya, ia terjebak dalam pernikahan paksa dengan Arsenio Harrington, Sang Pewaris tunggal kerajaan bisnis Harrington.

Mampukah Nadira menerima kenyataan pernikahan yang jauh dari bayangannya dan menerima fakta bahwa suaminya adalah seorang pewaris yang dingin dengan masa lalu kelam.

Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan hanya di novel Cinta Sejati Sang Pewaris.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CSSP Ep. 16

Sore harinya, Nadira mendatangi apartemennya yang hangus terbakar. Tak ada yang tersisa kecuali puing-puing bangunan. Semuanya benar-benar sirna. Nadira menatap kosong ke depan. Beginikah akhirnya Tuhan?

Tak cukupkah semua kesedihan hingga kebahagiaan sekecil ini pun terenggut?

"Nad, pulang yuk!" ajak Luna lirih dan iba. Sudah sejam berlalu Nadira hanya menatap nanar ke arah bangunan yang hampir sepenuhnya terbakar. Membuat Luna turut sedih.

"Pulang? Ke mana Luna? Satu-satunya tempat Gue tinggal udah lenyap," jawab Nadira lemah. Membuat Luna kian larut dalam sedih.

"Kita ke rumah Gue, Nad. Lo bisa tinggal di rumah Gue — "

"Dan jadi benalu di rumah Lo?" potong Nadira cepat.

"Nad, please. I know its hard for you, but trust me. Gue ada buat Lo, kapanpun. Gue sahabat Lo, dan Lo tahu itu, kan?"

"Gue tetap gak bisa, Luna. Pikirin soal orang tua Lo juga. Gue terimakasih banget sama Lo. Tapi," Nadira menggantung ucapannya.

Orang tua Luna tak pernah suka padanya, entah karena apa. Tiap kali Nadira datang ke sana, orang tua Luna pasti akan menatap sinis padanya.

Luna menyerah, tak pernah bisa menang saat berhadapan dengan Nadira. "Terus sekarang gimana?" tanya Luna.

"Gue mungkin akan tidur di hotel dulu malam ini, besok baru cari apartemen atau kos baru, semoga aja tabungan Gue cukup," jawab Nadira.

Sebenarnya, Arsen sudah menawarkan sebuah rumah dan lainnya. Tapi Nadira enggan menerimanya. Ada hal-hal yang selalu jadi pertimbangannya. Ia tak tahu harus menyebutnya dengan apa, kompensasi? Atau rasa iba belaka?

"Kalau gitu Gue antar Lo check in, ya." Luna menawarkan diri. Namun,

"Gak perlu, Luna. Lo pulang aja, orang tua Lo pasti udah nunggu Lo di rumah. Gue bisa sendiri, kok. Lo gak perlu khawatir, ya." Menolak halus tawaran Luna, Nadira memilih menghadapi segalanya sendiri.

"Tapi, Nad. Aih, oke deh, tapi ingat kabari Gue, ya kalau Lo udah di hotel. Janji kelingking?"

"Oke, janji. Udah sana, pulang. Hati-hati, ya"

Mobil Luna melesat pergi meninggalkan Nadira dari kejauhan. Sekali lagi, Nadira menatap apartemennya. Rumahnya. Tempat bernaungnya, untuk yang terakhir kali.

***

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan hotel tempat di mana Nadira baru saja turun. Segerombolan pria berpakaian serba hitam tampak turun dari mobil.

"Itu dia gadisnya, cepat tangkap!" seru salah satunya.

Tanpa menunggu lebih lama, seorang di antaranya membekap Nadira dari belakang. Gadis itu memberontak, namun kalah cepat. Dalam beberapa detik saja, kelima orang itu langsung menempatkan Nadira di kursi belakang.

Beberapa orang yang menyaksikan itu bahkan tak sempat untuk berteriak. Nadira dibawa pergi paksa.

Hingga sampai di sebuah gedung tua jauh dari perkotaan. Salah seorang pria mengikatnya di kursi lalu menyiramnya dengan air. Dingin, Nadira terkesiap, cahaya silau memaksa matanya mengerjap beberapa kali. Menyesuaikan indra penglihatannya dengan lingkungan sekitar.

"Siapa kalian?!" Nadira kalut. Menatap satu persatu lelaki bertopeng di hadapannya. "Apa tujuan kalian?" tanyanya dengan bahu bergetar hebat.

Mereka tertawa, antara menertawakan keberhasilan mereka dalam misinya atau juga menertawakan ketidaktahuan Nadira.

"Seleranya benar-benar bagus. Kita tinggal tunggu kedatangannya dan lihat seberapa berarti gadis ini di matanya," desis salah seorang setengah berbisik.

"Ayo pergi, biarkan dia di sini. Ingat, jangan ada yang menyentuhnya!" titah yang lainnya lagi, mengingatkan mereka untuk lebih berhati-hati.

"Siap, Bos!"

Kelima lelaki itu berlalu keluar dari ruangan pengap yang menyekap Nadira. Lalu menutup pintunya dengan keras.

Nadira tertunduk lesu, masih mencerna apa yang terjadi. "Ya Tuhan, apa ini?" air matanya menggenang di pelupuk mata. "Apa salahku, Ya Rabb?"

Terisak pilu seorang Nadira. Suara tangisnya terdengar sedu sedan. Malam beranjak menuju peraduan. Dan Nadira tidak tahu bagaimana jadinya ia sekarang. Hanya harap ada seseorang yang menolongnya. Tapi siapa?

***

Kediaman Arsen...

Galen terengah berlari memasuki ruangan Arsen. Pria yang sedang membaca buku di keheningan malam itu mengernyit.

"Tuan, gawat! Nadira... Nadira..." Galen terengah. Selama beberapa saat menyesuaikan napasnya.

"Katakan yang jelas!" titah Arsen cepat.

"Maaf, Tuan." Galen menarik napas dalam, menetralkan rasa terkejutnya. Arsen menunggu gemas.

"Tuan, menurut pengawal yang mengikuti Nadira. Sekelompok pria membawa pergi dirinya," ujar Galen tertunduk.

Arsen bangkit seketika. "Apakah mereka bekerja sambil tidur?!" Arsen murka. Melempar barang-barang yang ada di sekitarnya.

"Maaf, Tuan. Kami lalai. Kami sudah melakukan pengejaran tapi mereka sepertinya lebih terlatih. Pengawal kita kehilangan jejak mereka."

"Sial! Selidiki, cepat! Kau punya 30 menit dari sekarang, Galen" titah Arsen tegas. Auranya benar-benar mencekam, memaksa Galen berlari dari sana.

***

Hampir tengah malam, Nadira masih terjaga. Matanya terbuka lemah. Kantuk menguasai matanya tapi ia tak boleh tidur. Ia takut kelima lelaki tadi datang dan melakukan hal-hal yang tak pantas. Demi membuat dirinya tetap terjaga, ia bahkan menggigit bibir bawahnya kuat.

Di sudut lain, kelima lelaki tadi tengah bermain kartu sambil ditemani minuman beralkohol. Tertawa dan mengumpat saat salah seorang dari mereka kalah telak. Di tengah hingar bingar itu, tiba-tiba...

Brak!

Pintu didobrak paksa. Seorang lelaki tinggi tegap menjulang masuk diikuti belasan anak buahnya yang tak kalah tinggi kekar. Kelima lelaki itu pun berdiri angkuh begitu menyadari siapa yang datang ke markas gelap mereka.

"Tck, ternyata rumor itu benar, ya. Agen Ar sangat hebat, hanya beberapa jam saja sudah bisa menemukan tempat kecil ini. Luar biasa," ujar salah seorang dari mereka seraya bertepuk tangan meremehkan.

Mata Arsen memicing. "Di mana gadis itu?" tanya Arsen langsung tak mau berbasa-basi apalagi mendengar omong kosong dari segerombol orang yang tak berarti apa-apa baginya.

"Mari bicarakan dulu harganya, Tuan Muda?"

"Katakan,"

"Berikan hard disk itu,"

"Siapa yang memerintahmu?"

"Itu tak penting, serahkan hard disk itu, atau ... " ucapnya menggantung, sedetik kemudian, senapan api sudah menghadang wajah Arsen.

Arsen hanya tersenyum miring. Beberapa orang di belakangnya sudah bersiap melawan namun ditahan Arsen. "Kau pikir semudah itu membunuhku?"

"Hng, kami tahu kau tak akan mudah ditaklukkan, bagaimana jika dia yang kutembak?" Salah seorang dari mereka sudah menyeret Nadira keluar dengan paksa membuat gadis itu mengaduh sakit saat tubuhnya dibanting keras ke lantai.

Arsen mengerang. Berang. Sang ketua geng bayangan hitam itu makin jumawa. "Baik, lepaskan dia lebih dulu, Dom," tawar Arsen.

Lelaki yang dipanggil Dom itu menggeleng keras. "Kau kira kami bodoh, ha?! Lemparkan bersamaan!"

"Baik, ambil ini." Arsen melemparkan hard disk yang diminta Dom. Lalu berjalan dan menggendong Nadira. Setelahnya, asap putih membumbung di sekitar mereka. Kelima lelaki itu terbatuk, sedangkan Arsen dan orang-orangnya sudah menghilang.

Sayup-sayup Nadira membuka matanya. "Pak Arsen?" lirihnya lalu kembali terkatup. Pingsan. Kesadarannya benar-benar hilang.

1
Achie Asmara
Iya Mbak Author kan ceritanya Nadira berhijab tapi perasaan selalu kesiangan gak pernah ada cerita ibadah..Bukan sok agamis tapi biar sinkron aja dan cerita makin bagus
girlcant
Buruk
girlcant
Kecewa
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Uni 🤎: Duh, kasihan yak numpang tenar. Tahu Yang namanya berkaca gak? Ngaca dulu, udah bener belum tulisannya. Baru satu baris baca karyanya, udah ada salah. Nah ini sok-sokan bilangin karyanya orang buruk, sebelum memberikan penilaian pada orang lain, lebih baik anda menilai diri anda diri sendiri dulu. Sampai sini paham, enggak?
moon: auucchh sungguh annu, ternyata cuma numpang tenar... /Smile/

perbaiki dulu tulisanmu, baru boleh diadu sama tulisan orang.

aku baru baca 2 baris aja, udah nemu 3 kesalahan...

tidak elegan sekali caranya 🤣🤣🤣
total 3 replies
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bagus Nadira 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Betul 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Telat ya 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
betul tuh 😏
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
kacau hidup kalo ada pengganggu, eh tapi bisa juga nanti justru jatuh cinta wkwkwk
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
ponselnya
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
1 🌹 untukmu
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
dag dig dug bacanya kayak ngalamin sendiri, penjelasannya rinci sekali thor suka ❤️❤️
Tina El faza
suka part/alenia ini
Siti Bingatun
thor tdk semua yg bc paham ber bahasa inggris termasuk saya..critanya bgs tp bahasanya byk yg ga paham😭🙏🏻
ᴹˢ᭄𝕯𝖆𝖗𝖐𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝖒☢︎٭⃟👾⃟
mampir...
Wina Kusuma
setiap ganti bab iklan mllu
didi herawan
ceritanya seru dan menarik
didi herawan
coba mampir dulu ahh
salam kenal untuk author nya
Rari
Bahasa Inggrisnya lucu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!