Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyakit Kambuh
Saat sampai di markas organisasi, Han langsung menyuruh bawahan kami untuk membawa Sarah ke sarana kesehatan sedangkan Han menjelaskan kejadian tadi kepada ketua dan tetua organisasi tetapi aku memilih untuk pergi keluar markas untuk menenangkan pikiranku.
Aku melangkahkan kakiku menuju ke katedral yang berada di area kota, walaupun tubuhku terasa sakit karena saat ini sudah pukul 10 malam tapi rencana aku akan merasakan kesakitanku di puncak katedral.
Kriiinnggg...
Terdengar ponselku berdering, aku mengangkat telepon itu dan dengar suara Han yang khawatir.
"Kau kemana?" Tanya Han serius.
"Sedang pergi."
"Astaga kau disuruh tetua mengikuti pertemuan para petinggi organisasi!"
"Kenapa aku? Aku kan..."
"Tetua resmi mengangkatmu menjadi petinggi organisasi saat ini."
"Kapan pertemuan itu?" Tanyaku pelan.
"Besok pagi kita berangkat."
"Ohh aku ingin menyendiri sebentar..." gumamku pelan.
"Tunggu dulu! Apa maksud... tuutt...ttuuttt..." dengan cepat aku mematikan telepon itu dan mematikan ponselku.
"Aku sedang tidak tertarik menjadi petinggi organisasi mafia saat ini..." gumamku kembali melangkahkan kakiku kembali.
Tepat pukul 11 malam, aku sampai di depan katedral. aku menaiki tangga dan berdiri diatas puncak katedral. Udara dingin menusuk tulangku dan rasa sakit di leherku mulai terasa sakit padahal kurang 1 jam lagi tapi rasa sakitnya sudah terasa.
"Ayah... ibu... bulannya cantik bukan? Walaupun cantik tapi bulan itu seperti akan membunuhku setiap bulannya. Ternyata sebagai seorang mafia di usia muda sangat berat ya, pantas ayah tidak berani mengajariku masalah mafia dan anakmu malah diajari orang lain agar bisa sekuat ini..." gumamku pelan.
"Valentina! Kau ngapain disitu?" Teriak Han kencang, aku menatap Han berdiri di depan katedral bersama dengan Sarah yang sedang duduk di kursi roda.
"Apa sih mereka?" Ketusku.
Saat aku kembali menatap bulan purnama kembali, aku melihat banyak orang yang berdiri di masing-masing menara yang ada di kota yang membuatku bingung.
"Ada apa sebenarnya?" Ucapku bingung, aku menghidupkan ponselku dan menelepon Han.
"Valentina! Astaga!! Apa kau gila? Turun!!" Teriak Han kesal.
"Kak Han... kenapa banyak orang yang berdiri di puncak bangunan?" Ucapku pelan.
"Itu yang ingin aku katakan, akan ada pemberontakan... alasan tetua menjadikanmu seorang petinggi organisasi pusat karena kini petinggi organisasi seusiaku dan banyak yang ingin menghancurkan organisasi pusat karena petingginya sudah tua."
"Oh begitu ya, katakan siapa saja mereka yang berdiri diatas puncak bangunan."
"Berdiri dipuncak bangunan?" Ucapku dingin.
"Oohhh di kirimu dari organisasi umum, di sebelahnya dari organisasi kematian, di sebelah kananmu dari organisasi misterius, di sebelahnya adalah organisasi khusus, sedangkan tepat di depanmu adalah pria yang mengikatmu."
"Bagaimana kak Han tahu?"
"Aku memanjat pohon seperti ini, bagaimana aku tidak tahu!" Ucap Han dingin, aku menatap Han yang sedang memanjat pohon tinggi di depanku.
"Lalu... dua pria itu siapa?" Tanyaku pelan.
"Mereka dari organisasi musuh. Aku tidak tahu nama organisasi mereka apa."
"Jadi... mereka itu musuh?" Ucapku dingin.
"Benar."
"Oohh begitu ya..." desahku pelan.
Duuuaaarrr...
Tiba-tiba terdengar suara dentuman yang keras yang membuatku sangat terkejut.
"Valentina!! Hati-hati!!" Ucap Han terkejut.
"Kak Han bawa Sarah kembali ke markas dan suruh dia berganti nama untuk saat ini."
"Lalu kau bagaimana?"
"Aku akan disini, jika kak Han selesai mengantarnya terserah kak Han akan datang kesini atau tidak..." ucapku pelan, Han melemparkan sebuah lencana diarahku dan aku langsung menangkapnya.
"Baiklah, jangan gegabah!" Ucap Han serius dan terlihat pergi bersama Sarah keluar area katedral. Aku mengamati mereka bertujuh dan ternyata aku dapat mendengar ucapan mereka semua digelapnya malam ini.
"Hahaha siapa yang berani melawan kami? Akan aku hidupkan bom ini!" Tawa seorang pria kencang.
"Kau musuh bagi kami, kenapa kami tidak berani!"
"Hahaha padahal sudah aku tawari, jika kalian bisa meruntuhkan organisasi pusat maka... aku akan memberikan satu permintaan."
"Tidak semudah itu meruntuhkan organisasi pusat. Petinggi organisasi pusat adalah orang yang sangat kuat!" Ucap seseorang dengan serius.
"Sekuat-kuatnya orang kalau udah tua ya pasti tidak berguna. Kalian memang payah sekali ya... padahal mumpung petingginya belum ganti!" Ucap pria itu dingin.
"Jadi memang mereka itu ingin menghancurkan organisasi pusat ya? Heeeh bagaimana ya reaksinya jika petingginya sudah berganti?" Gumamku tersenyum dingin, aku memakai topeng hitam sambil turun dari puncak katedral dan berjalan cepat kearah bangunan yang ada di tengah-tengah mereka.
"Hahaha!!!" Tawaku kencang yang membuat mereka semua terdiam.
"Nampaknya kalian membahas yang sangat seru ya?" Ucapku dingin.
"Siapa kau?" Ucap seorang petinggi organisasi umum terkejut.
"Aku ya? Oh ya perkenalkan ya aku... petinggi organisasi pusat terbaru..." ucapku dingin dan menunjukkan lencanaku yang membuat musuh tiba-tiba melemparkan sebuah senjata kearahku tapi dengan cepat aku menepisnya dengan senjataku.
"Memang ya petinggi sekarang banyak yang tidak memiliki adab dan tata krama!" Ucapku dingin.
"Heeeh gadis kecil, kau itu tidak tahu dunia mafia! Lebih baik kau mati saja!" Ucap seorang pria melompat kearahku dan kami berduapun bertarung di atas sebuah bangunan, padahal tubuhku terasa sangat sakit tapi demi harga diri maka aku akan berjuang mati-matian.
Diiinnggg... diinnggg
Tiba-tiba terdengar suara lonceng jam yang terdengar sangat kuat, ya sudah pukul 12 malam dimana penderitaanku dimulai. Aku rasakan tubuhku terasa sakit dan kakiku tidak bisa berdiri seimbang, saat pria itu hampir menusukku tiba-tiba seorang pria berdiri di depanku dan menepis senjata itu hingga terjatuh kelantai.
"Sudah pukul 12 malan dan selesai sudah pertemuan ini, kita lanjutkan esok pagi!" Ucap pria itu dingin dan semua orang pergi meninggalkan kami berdua.
"Aakkhhh..." rintihku kesakitan, aku terduduk di lantai bangunan menekan dadaku yang terasa sangat berat dan sakit.
"Valentina!!" Teriak Han menahan tubuhku sedangkan aku hanya terdiam menahan rasa sakit.
"Hei kau! Kenapa kau hanya terdiam?" Ucap Han kesal.
"Dia kenapa?"
"Kenapa? Astaga! Dia seperti ini juga karena kau mengikatnya. Setiap pertengahan bulan di bulan purnama sempurna saat tengah malam dia akan selalu seperti ini!" Protes Han kesal, Han nampak tidak takut dengan pria di depanku ini padahal sebelumnya dia nampak ketakutan.
"Oh... begitu ya..." gumam pria itu berjalan kearah kami, pria itu menarikku dan memelukku dengan erat.
"Ini mungkin akan sedikit menyakitkan..." desah pria itu pelan dan pria itu menyibakkan rambutku.
"Selama aku mengobatinya, kau jangan mengganggu... Han!" Ucap pria itu dingin, pria itu membungkam bibirku dan menggigit leherku kuat.
Rasa sakit dileherku terasa sangat menyakitkan bahkan tubuhku terasa sedang terbakar, aku mencoba berteriak dengan kencang tapi karena bungkaman pria di depanku ini sangat kuat membuatnya tidak terdengar keras.
Suara mantra yang tidak terlalu jelas di telingaku dan gigitan pria itu yang sangat kuat membuatku terasa sangat aneh dan tidak lama pria itu melepaskan bungkamannya dan gigitannya di leherku tiba-tiba pandanganku kabur dan akupun benar-benar pingsan dipelukannya.