Dia Anaku

"O anda mamanya Dani" kata Anggi lembut mencoba tenang.

"Iya saya Retno, apa kamu tidak kenal saya hah, suamiku derektur diperusahaan Kenzo Grup yang terbesar dan terkenal itu" bentaknya sambil nunjuk - nunjuk letak perusahaan itu.

"Oh maaf saya tidak tau"

"Makanya saya beritau kamu, jangan macam - macam terhadap saya, karena kamu dan anak kamu itu bisa masuk penjara" jarinya nujuk tepat dihidung Anggi, Anggi sedikit menghindar.

"Kalau anda ingin melaporkan saya kepolisi kenapa tidak dilaporkan saja malah datang kesini dan marah - marah"

"Jadi kamu nantang saya hah, dasar perempuan murahan" Anggi kaget dengan kata yang dilontarkan Retno.

Tanpa buang waktu Retno langsung menjambak rambut Anggi karena dari tadi tanganya gatal ingin menjambak mencabit - cabit muka cantik Anggi.

Mereka saling tarik menarik, suasanya menjadi riuh gara - gara ulah Retno, tiba - tiba Andre datang melerai mereka.

"Hentikan, ada apa ini?" tanya Andre.

"O jadi gara - gara murahan ini kamu menceraikan istrimu" asumsi Retno, setelah melihat Andre.

"Bukan gara - gara dia"

"Kamu kenal dia?" tanya Anggi, Andre mengangguk.

"Dia tantenya Cintia mantan istriku"

"Dasar perempuan murahan, pelakor pula" maki Retno.

"Tutup mulutmu" bentak Andre.

"Jaga mulut anda" lama - lama Anggi kesal juga.

"Kamu tidak terima hah, itu kenyataan, perempuan tidak berpendidikan sepertimu kalau bukan murahan lalu apa hah? pelakor"

Anggi geram kata - kata yang diucapkan Retno benar - benar keterlaluan, tanganya mengepal.

"Percuma berpendidikan kalau tidak punya etika dan moral sama sekali, tiba - tiba kamu datang kesini marah - marah nggak jelas mengganggu kenyamanan saya" marah Anggi.

"Aku bisa melaporkanmu kepolisi" kata Andre.

"Nggak salah? Saya yang seharusnya melaporkan dia kepolisi agar dia dan anaknya dipenjara" nujuk Anggi lagi.

"Tidak, aku bisa melaporkan balik kamu karena kamu yang datang kesini, tiba - tiba marah - marah dan membuat masalah, akan aku laporkan kepolisi dengan tuduhan mengganggu kenyamanan orang lain dan pengunjung yang ada disini" Retno melihat sekeliling banyak yang melihatnya dia merasa kalah dia diam saja memang benar dia yang mulai duluan membuat masalah.

"Mending cepat kamu pergi dari sini sebelum aku benar - benar melaporkan kamu kepolisi" usir Andre.

"Baik, aku pergi dari sini tapi ingat akan aku balas kamu nanti" ancam Retno pada Anggi lalu dia pergi.

Semua bisa bernafas lega Lila dan Ita mengelus dada kok ada ya orang seperti itu dan mereka kembali bekerja.

"Kamu tidak apa - apa Gi?" tanya Andre, Anggi mengangguk.

"Iya aku nggak apa - apa, terimakasih"

"Syukurlah, terimakasih doang"

"Mm maksudnya?"

"Aku mau ngajak kamu makan apa kamu mau?" ajak Andre.

Anggi diam sejenak ingin menolak tapi dia berhutang budi sama Andre, kayaknya Andre mengambil kesempatan dalam kesempitan disituasi ini.

"Oke" setuju Anggi sambil mengangguk.

"Terimakasih kamu mau, nanti kamu aku jemput buat makan malam, kalau sekarang waktunya makan siang sudah habis aku mau kembali kekantor lagi" dan Anggi hanya mengangguk terpaksa dia menerima ajakan Andre.

.

.

.

.

"Lo mau kemana Vin?" tanya Tomy.

"Bengkel"

"Buru - buru amat lo kan udah jarang kebasemant, nanti aja dulu, anak - anak nanyain lo terus" kata Dito.

"Gue nggak bisa ninggalin bengkel gitu aja, gue harus ada disana"

"Disana kan sudah ada Diki" kata Tomy.

Datang Leo sambil lari tergopoh - gopoh

"Kenapa lo?" tanya Revan.

"Didepan ada Jaret" lalu mereka semua keluar.

Mereka adalah geng nya Dani, perselisihan antara dua kubu mereka saling tatap yang didepan, Jaret sang ketua dan dari geng Vindra, Vindra lah yang didepan karena dia juga ketua dari The Dragon.

"Dan, tunjukan ke gue siapa yang berani menghajar lo" tanya Jaret pada Dani tapi mata masih menatap tajam ke Vindra.

"Gue" jawab Vindra dengan dingin dan tatapannya lebih tajam, beraninya mereka datang ketempat basemant The Dragon.