ONE NIGHT STAND ( Cinta Satu Malam)

Sean mengalihkan perhatiannya keluar kaca mobil yang di kendarai Ryan. Menatap hamparan ladang oat milik keluarga Aleena. Begitu luas.

Di lahan lainnya nampak domba-domba sehat bergerombolan, di giring empat orang pekerja dari atas kuda. Di perkirakan akan membawa mereka ke dalam kandang.

Sean tersenyum melihat pemandangan indah itu. Namun pikiran nya tidak bisa tenang, terus tertuju pada Aleena. Memikirkan gadis itu sedang sakit. Memikirkan ciumannya yang berbalas.

Karena hal-hal itulah, membuat hatinya tidak tenang kini. Ada kerisauan di relung hati terdalamnya.

"Ryan..

"Iya tuan?", jawabnya sambil melihat Sean dari kaca spion tanpa mengurangi kecepatan laju mobil yang ia kendarai.

"Tunda kepulangan kita malam ini. Beri tahu Aguero, besok orang-orang kita bisa mulai bekerja, melakukan pengukuran lahan untuk pabrik yang akan dibangun".

"Tapi anda ada meeting dengan para direksi di perusahaan, tuan".

"Jadwal ulang meeting itu, mereka adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan ku. Tidak akan menimbulkan masalah", jawab Sean.

"Baik tuan", jawab Ryan.

Ya...dalam kontrak kerjasama Sean akan mendirikan pabrik susu domba dan oatmeal di perkebunan Bierdi. Kelak hasilnya akan menjadi pemasok utama ke mall-mall milik nya yang sudah memiliki banyak cabang.

Harley company bergerak di berbagai bidang usaha. Yang semua itu di bawah satu kepemimpinan yaitu Sean Livingstone Harley.

*

"Margot...di mana putri ku? Aku tidak melihatnya seharian ini. Apa ia pergi lagi meninggalkan ku?".

Margot memberikan piring kepada seorang pelayan muda agar melanjutkan pekerjaannya menata meja untuk makan malam.

"Tuan Ferdinand, tenangkan diri anda. Nona muda ada di kamarnya sedang beristirahat tuan", jawab Margot menuntun laki-laki itu agar duduk tidak berdiri lama-lama mengingat ia sering mengalami kram kaki.

Ferdinand baru saja hendak duduk..

"Margot...ternyata dugaan ku benar, ada yang ingin mencelakai nona muda", ucap Orlando langsung menghentikan perkataan nya ketika melihat istrinya tidak sendirian namun bersama Ferdinand yang keluar dari kamarnya.

"Apa maksud mu ada yang ingin mencelakai putri ku, Orlando? Katakan. Jangan ada yang kalian tutupi dari ku!!", tegas Ferdinand.

"Maaf tuan. Saya selalu rutin memeriksa pelengkapan berkuda. Terutama milik nona Aleena meskipun nona tidak ada di Bierdi".

Orlando memberikan pelana kuda Aleena pada Ferdinand. Ferdinand memeriksanya. Tangannya mencengkeram kuat pelana berwarna coklat tua itu.

 "Sepertinya ada yang sengaja memotong pelana milik nona muda. Mengakibatkan nona Aleena terjatuh ketika menunggang kuda bersama tuan investor itu–"

"Maksud mu Aleena ku terluka? Di mana putri ku sekarang", bentak Ferdinand hendak menaiki tangga.

"Tuan Ferdi, nona Aleena baik-baik saja tuan. Beruntung investor itu memberikan pertolongan pertama pada nona Aleena. Dokter Robert pun sudah memeriksanya. Nona muda sekarang sedang beristirahat di kamarnya. Sebaiknya anda tetap di sini. Anda tidak boleh terlalu lama berdiri tuan", ujar Margot mengingatkan majikannya.

"Tidak. Aku akan baik-baik saja selama putri ku baik, Margot. Jangan menghalangi ku melihat putri ku", ucapnya dengan tegas.

"Tugas mu sekarang, cari tahu siapa yang sudah membuat anak ku celaka. Aku tidak akan mentolerir nya", sambungnya lagi pada Orlando.

*

Ferdinand membuka pintu kamar Aleena. Wajahnya tersenyum melihat Aleena baik-baik saja. Hanya kakinya yang sudah terbalut perban putih dan di naikkan keatas tumpukan bantal. Aleena sedang tertidur pulas seperti bayi.

Ferdinand duduk di tepi tempat tidur, membelai lembut wajah Aleena dan mengecup keningnya penuh kasih sayang.

Merasa ada yang menyentuhnya, membuat Ale membuka mata.

Senyuman terlukis di wajahnya, ketika melihat Ferdinand sedang bersama nya.

"Papa", ucap Aleena pelan. Ia menggeser posisi tubuhnya untuk duduk dan bersandar.

Ferdinand membantu nya. "Bagaimana keadaan mu sayang?"

"Papa jangan kuatir, aku baik-baik saja".

Ferdinand lega mendengarnya. "Papa harus berterima kasih pada tuan Marco Aguero, sekarang. Papa akan mengundangnya secara khusus untuk makan malam bersama kita. Papa dengar dari Owen ia langsung menandatangani kontrak kerjasama kita. Papa sangat bangga pada mu Ale".

Seketika Aleena sulit untuk menelan saliva-nya sendiri. Sangat sulit menceritakan semuanya pada Ferdinand.

Aleena tertunduk sesaat sebelum kembali melihat ayahnya yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Papa...ada yang harus aku katakan pada mu. Investor itu bukan tuan Marco Aguero seperti yang papa tahu. Tapi dia adalah tuan Sean Livingstone Harley, pah".

Ferdinand mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Perusahaan yang di pimpin tuan Marco Aguero cabang Harley company. Perusahaan itu milik tuan Harley. Dan ia merupakan CEO tempat ku bekerja di London. Tuan Harley adalah atasan ku, pah", ujar Aleena menjelaskan dengan rinci.

"Benarkah sayang? Jadi kau bekerja di perusahaan milik investor itu? Apa karena ia mengenal mu lantas langsung menandatangani kontrak kerjasama itu, sayang?", tanya Ferdinand.

Aleena mengangkat bahunya. Kemudian tersenyum manis. "Yang terpenting sekarang Bierdi memiliki investor. Dan selamanya akan menjadi milik keluarga kita", ucap Aleena.

"Oke-oke. Sekarang papa akan meminta Margot menyiapkan makan malam spesial. Papa akan berterimakasih langsung pada tuan Sean Livingstone Harley", ucap laki-laki beranjak keluar kamar Aleena. Bahkan ia terlihat baik-baik saja.

Aleena tidak bisa mencegah nya. "Huhh...kenapa papa malah mengundang tuan Harley sih", ujar Aleena dengan kedua mata melebar.

"Ahh tidak apa-apa, paling juga ia akan menolak undangan papa karena malam ini harus kembali ke London".

"Aku juga harus menghubungi Linda, izin beberapa hari untuk pemulihan kaki ku".

...***...

To be continue