Perenggut Malam Pertamaku

Budi tersenyum mendengar penolakan Bastian. Sudah di duga oleh Budi, kalau Bastian akan keberatan dengan syarat yang diajukannya.

"Sebaiknya kamu pulang dan tunggu surat cerai dari Ingrid," ucap Budi yang sudah malas berinteraksi lebih lama lagi dengan Bastian. Semakin lama bicara dengan menantunya itu semakin terkuak pula kebohongannya dan semakin muak pula Budi di buatnya.

"Apa maksud ayah? Ayah memaksa aku bercerai dengan Ingrid?" tanya Bastian yang tidak terima.

"Kalau iya kenapa? Aku tidak ingin putriku memiliki suami yang tidak bisa melindunginya dan tidak bertanggung jawab seperti kamu," sahut Budi tegas.

"Grid, kenapa kamu cuma diam saja? Kamu tahu betapa aku mencintaimu. Aku bahkan masih mau menerima kamu setelah semua yang terjadi sama kamu. Kamu nggak bakal menemukan pria yang tulus mencintai kamu seperti aku, Grid. Kamu harus bantu aku memperjuangkan cinta kita, pernikahan kita, Grid," ucap Bastian seraya menggenggam jemari tangan Ingrid dan berusaha membujuk Ingrid.

Namun tanpa di duga oleh Bastian, Ingrid malah menepis tangan Bastian, lalu beranjak dari duduknya.

"Grid, jangan pergi. Apa kamu rela kita bercerai? Kita sudah lama bersama dan sudah menikah, Grid. Bantu aku memperjuangkan cinta kita, Grid," pinta Bastian memegang tangan Ingrid yang hendak melangkah pergi.

Ingrid tetap diam tanpa sepatah kata yang terucap dari mulutnya. Wanita itu berusaha melepaskan tangan Bastian yang memegang lengannya.

"Lepaskan tangan Ingrid!" ucap Budi terdengar dingin dan tatapan tajam pada Bastian.

"Ingrid sudah nggak mau lagi sama kamu. Jangan memaksa Ingrid lagi," ujar Ani yang juga sudah muak pada Bastian.

"Keluar dari rumahku sekarang juga!" usir Budi masih dengan suara dinginnya.

Mau tak mau Bastian melepaskan pegangan tangannya pada Ingrid. Ingrid pun bergegas meninggalkan ruangan itu.

Akhirnya Bastian meninggalkan rumah mertuanya dengan perasaan tidak rela. Di tengah perjalanan, Bastian menepikan mobilnya.

"Arghh! Sial! Sial! Sial!" pekik Bastian seraya memukul-mukul stir mobilnya untuk meluapkan emosi dan rasa kesalnya.

Bastian mengusap wajahnya kasar, bahkan mengacak-acak rambutnya sendiri karena merasa frustrasi.

"Kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? Semua ini gara-gara anak haram sialan itu. Andai saja dia tidak mengacaukan rencanaku malam itu, hutangku pada Alex pasti sudah lunas dan semua ini tidak akan terjadi. Sekarang bagaimana aku harus menghadapi Alex?" gumam Bastian yang bingung harus bagaimana menyelesaikan masalahnya.

Di sisi lain, setelah Bastian pergi, Budi dan Ani nampak menghampiri Ingrid di kamarnya.

"Grid, ayah akan mengurus perceraian kamu secepatnya. Setelah itu kamu harus menikah dengan Marcell. Ayah akan mengurus perceraian kamu dan bicara pada mertua kamu hari ini juga. Jangan coba-coba untuk menyakiti janin di dalam kandunganmu. Biar bagaimanapun, dia adalah cucu ayah dan bunda, anak kamu, darah daging kamu. Jika kamu berani menyakiti cucu ayah, ayah tidak akan mengakui kamu sebagai anak lagi," ujar Budi memperingati Ingrid, kemudian keluar dari kamar Ingrid. Budi tidak ingin Ingrid diam-diam melenyapkan cucunya.

"Grid, kamu sudah tahu, 'kan bagaimana ayah kamu kalau sudah mengambil keputusan? Kamu juga tahu kalau ayah kamu adalah orang yang konsisten dan teguh pendirian. Jadi jangan coba-coba menyakiti janin dalam kandungan kamu. Jika tidak, bunda juga tidak akan bisa melindungi kamu dari ayahmu. Terimalah anak itu dengan lapang dada. Tuhan sudah mempercayakan dia sama kamu. Jangan membuat Tuhan marah, karena kamu tidak menjaga apa yang sudah dipercayakan-Nya. Istirahatlah. Bunda akan memasak untuk makan siang. Apa kamu ingin bunda masakan sesuatu?" tanya Ani setelah menasehati putrinya. Wanita itu mengelus kepala Ingrid dengan lembut.

Ingrid hanya merespon pertanyaan bundanya dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Baiklah, kalau kamu ingin apapun, kamu bilang saja sama bunda," ujar Ani lembut.

Ingrid hanya mengangguk kecil sebagai jawaban atas pertanyaannya bundanya.

Ani menghela napas panjang melihat putrinya yang tidak bersemangat itu, kemudian meninggalkan putrinya sendirian.

Ingrid hanya terdiam menatap ke arah luar jendela kamarnya. Butiran kristal bening nampak mulai berjatuhan dari kelopak matanya setelah bundanya keluar dari kamar itu.

"Aku tidak menyangka Bastian orang yang seperti itu. Mereka berdua adik dan kakak sama brengseeknya. Mereka menjadikan aku sebagai alat untuk balas dendam. Kenapa mereka menyeret aku dalam pertikaian mereka? Kenapa? Aku benci mereka! Aku benci!" gumam Ingrid dalam isak tangisnya.

Ingrid merasa menjadi korban pertikaian Bastian dan Marcell. Dua orang pria yang mengaku mencintai dirinya, tapi nyatanya hanya mempermainkan hatinya. Dan sayangnya dirinya sudah terjebak dan tidak bisa keluar dari masalah yang ditimbulkan oleh dua orang pria itu, karena dirinya sedang mengandung benih dari salah satu pria itu. Ingin menggugurkan janin itu pun tidak mungkin. Ayah dan bundanya sudah memperingati dirinya agar tidak menyakiti janin itu. Ingrid takut ayahnya murka, jika dirinya nekat menyakiti janin dalam kandungannya itu.

*

Budi langsung bergerak cepat mengurus perceraian Ingrid dan Bastian. Karena memiliki banyak kenalan, Budi pun tidak kesulitan mengurus surat cerai Ingrid.

Tidak lupa Budi juga menghubungi Hugo agar datang ke rumahnya nanti malam. Budi ingin semuanya cepat selesai.

Sedangkan Hugo merasa tidak tenang setelah Budi menghubungi dirinya dan mengatakan agar dirinya datang ke rumah Budi bersama Marcell.

Dan di sinilah Hugo saat ini berada, di sebuah SPBU menunggu Marcell yang telah di hubunginya tadi. Tak lama kemudian Marcell pun muncul di antar oleh temannya menggunakan motor sportnya. Melihat mobil Hugo, Marcell pun langsung masuk ke dalam mobil ayahnya itu.

"Ada apa, pa? Kenapa tiba-tiba papa menyuruh aku menemui papa ?" tanya Marcell yang sudah semakin jarang bertemu dengan ayah kandungnya itu. Apalagi semenjak kejadian di dapur bersama Ingrid waktu itu, Marcell belum pulang ke rumah papanya sampai saat ini.

"Kenapa kamu akhir-akhir ini nggak pulang ke rumah?" tanya Hugo tanpa menjawab pertanyaan Marcell, seraya menghidupkan mesin mobilnya.

"Aku malas bertengkar dengan kakak dan istri papa. Papa tahu sendiri, mereka tidak suka sama aku, karena aku anak haram papa," sahut Marcell menatap ke arah luar jendela mobil.

Hugo merasa tertampar mendengar jawaban putranya itu, sebab Marcell lahir karena kesalahannya. Dan Hugo tahu benar kalau Ema dan Bastian sangat benci pada Marcell, karena semenjak menikahi ibu Marcell, Hugo lebih perhatian dan lebih mencintai ibu Marcell daripada Ema. Hugo juga lebih menyayangi Marcell daripada Bastian.

Hugo jatuh cinta pada ibu Marcell karena sikap ibu Marcell yang lembut, pengertian dan tidak banyak menuntut. Tidak seperti Ema yang keras dan banyak menuntut. Hugo merasa lebih nyaman bersama ibu Marcell dari pada bersama Ema.

Hugo juga lebih menyayangi Marcell daripada Bastian, karena Marcell cerdas dan penurut. Tidak seperti Bastian yang IQ-nya standar dan banyak maunya seperti Ema. Hingga akhirnya semenjak kuliah Marcell berubah karena Ema dan Bastian yang semakin sering mencari gara-gara dengan Marcell hingga membuat Marcell tidak betah di rumah.

Dan Hugo pun menyalahkan dirinya sendiri dengan perubahan Marcell ini. Marcell menjadi berandalan dan sulit di atur karena dirinya tidak bisa memberikan rasa nyaman pada Marcell saat berada di rumah. Entah bagaimana perasaan Hugo jika tahu Ema dan Bastian sudah beberapa kali mencoba melenyapkan Marcell.

"Papa ingin bertanya sekali lagi, kenapa kamu nekat meniduri kakak ipar kamu?" tanya Hugo yang mulai melajukan mobilnya.

Waktu Hugo mengetahui Marcell meniduri Ingrid, Hugo langsung menanyakan alasan Marcell melakukanya, tapi Marcell menjawab karena cinta pada Ingrid. Namun Hugo yang sudah mengenal Marcell dari kecil tidak percaya dengan jawaban Marcell itu. Hugo merasa ada alasan lain di balik tindakan Marcell malam itu.

"Sudah aku bilang karena aku mencintai dia. Kenapa papa masih menanyakan hal ini?" sahut Marcell menghela napas panjang.

"Kamu bohong. Papa mengenal kamu dari kecil. Kamu tidak akan melakukan hal yang tidak benar, kecuali kamu punya alasan yang kuat. Katakan sama papa dengan jujur, apa alasan kamu melakukan hal itu?" tanya Hugo ingin tahu alasan Marcell yang sebenarnya.

Marcell kembali menghela napas panjang, lalu berkata, "Di malam pertama pernikahannya, kakak ingin menjual keperawanan Ingrid pada orang yang datang bersama kakak di hotel waktu itu untuk membayar hutang,"

"Cekiiit.."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued