Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Setelah kembali dari tempat camping malam itu, Leon langsung mencari tahu siapa orang yang sudah dengan sengaja membuang pecahan kaca tidak jauh dari kamar mandi, tepat sebelum Xixi keluar. Karena Leon tidak akan melepaskan orang itu begitu saja.
Saat ini Xixi berada di rumah sakit, kaki yang terkena pecahan kaca sudah di tangani lebih intensif dengan segera, oleh dokter di rumah sakit setelah dia tiba disana diantar oleh Leon dan Lulu, dan untuk porses penyembuhan yang lebih baik, Xixi di haruskan dirawat di rumah sakit beberapa hari.
Awalnya Xixi menolak, tapi Lulu membujuknya agar dia mau untuk di rawat.
ceklek
Leon masuk kedalam kamar rawat, dia melihat Xixi sedang memainkan ponselnya diatas bangkar.
"Apa kau sudah menemukan siapa orangnya?" Tanya Xixi setelah dia tahu siapa yang datang.
Leon meletakan kantong plastik berisi buah diatas meja.
"Belum."
"Jika aku berkata sudah menemukannya, apa kau akan membantuku untuk menghukum orang itu?"
Leon menatap Xixi "Seharusnya kau mendengarkan aku waktu itu. Kalau kau menurut, hal ini tidak akan terjadi."
"Leonardo Damian, yang aku tanyakan bukan itu. Lagi pula hubungan kita tidak begitu dekat."
Leon mengepalkan tangannya, entah kenapa dia tidak terima saat Xixi berkata mengenai hubungan mereka.
"Katakan, siapa yang sudah melakukannya?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
Leon mengangguk "Iya, aku akan membantumu untuk menghukumnya."
"Hukum dia dengan berat?"
Leon menghembuskan nafasnya"Iya Cicilia William, katakan siapa orangnya."
"Dia...."
ceklek
Xixi dan Leon menoleh ke arah pintu yang terbuka. Lulu dan Joseph muncul dari balik pintu itu.
Melihat kedua bersaudara itu yang datang, Xixi dan Leon terkejut. Mereka tentu merasa khawatir jika Lulu dan Joseph mendengar percakapan mereka berdua tadi.
"Lu... Lulu, kak... Joseph." Ucap Xixi terbata-bata.
Lulu menatap Xixi dan Leon dengan heran, karena keduanya menampakan wajah yang terkejut.
"Kenapa dengan kalian berdua? Kalian seperti habis melihat hantu." Ucap Joseph sambil berjalan masuk kedalam ruang rawat.
"Ah, tidak ada apa-apa. Kami hanya terkejut saja kalian datang." Ucap Leon mencoba bersikap biasanya.
"Iya Leon benar, kami mengira siapa yang datang." Ucap Xixi sambil tersenyum.
Lulu mengangguk "Bagaimana kaki mu sekarang, apa masih sakit?"
Xixi menggelengkan kepalanya "Sudah tidak begitu sakit, tapi dokder berkata kalau kau harus di rawat beberapa hari disini."
"Tidak apa-apa, itu untuk kebaikanmu."
"Tapi...biaya rumah sakit ini pasti mahal, aku...." Xixi menundukkan wajahnya.
Lulu berjalan mendekati Xixi lalu duduk di sampingnya.
"Kau tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit ini, aku yang akan membayarnya."
Xixi menggelengkan kepalanya cepat "Tidak, itu tidak boleh. Kau tidak perlu melakukan itu, lebih baik aku pulang saja."
"Lulu benar, kau tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit." Ucap Joseph yang duduk di sofa bersama Leon.
"Tapi...."
Lulu meraih tangan Xixi "Aku hanya tidak mau terjadi sesuatu pada kaki mu, lagi pula kau tinggal sendirian di apartemen itu. Akan sulit untuk mu berjalan sendirian."
Xixi diam sejenak lalu menatap Lulu lagi "Baik, tapi nanti aku akan kembalikan uangnya saat aku sudah gajian."
"Xixi."
"Aku mohon, aku tidak mau terus merepotkan mu."
Lulu menghela nafas "Baiklah, kalau itu mau kamu."
"Terima kasih."
Joseph menatap Leon yang sejak tadi melihat ke arah Xixi dengan serius.
"Leon." Ucap Joseph sambil menepuk lutut Leon.
"Ah, iya?" Leon sedikit tersentak saat tangan Joseph menepuk lututnya.
"Aku lihat sejak tadi kau terus menatap wanita yang terluka itu, apa kau...."
"Apa? Kau jangan salah paham, aku hanya merasa kasihan padanya karena terluka."
"Benarkah?" Joseph menatap Leon penuh curiga.
"Iya, kau jangan berfikir yang tidak-tidak padaku."
"Tapi Leon..."
"Sudahlah."
Leon berdiri dan berjalan menjauh dari Joseph, untuk menghindari pertanyaan yang sulit untuk di jawab olehnya.
"Aku akan pulang dulu, Kalau kau perlu sesuatu kau bisa menghubungi ku." Ucap Leon pada Xixi.
Xixi hanya mengangguk pelan menjawab ucapan Leon.
"Aku pulang dulu, Papa sudah menunggu ku di rumah." Ucap Leon pada Joseph.
Joseph yang merasa jika Leon sedang menghindarinya hanya bisa mengangguk.
Setelah Leon keluar dari kamar rawat, Lulu menatap Xixi penuh selidik.
"Katakan padaku, kalian berdua mempunyai hubungan apa?"
Xixi membulatkan kedua matanya, kepalanya menggeleng beberapa kali dengan cepat.
"Tidak, tidak. Kami tidak mempunyai hubungan apa-apa."
"Jangan berbohong padaku."
"Sungguh, aku tidak berbohong Lulu. Aku berani bersumpah padamu." Ucap Xixi sambil mengangkat ketiga jarinya.
"Lalu, kenapa Leon berkata seperti itu tadi?"
Xixi menurunkan tangannya lalu kembali menundukkan wajahnya.
"Xixi, katakan padaku."
"Tadi malam waktu kau sudah pulang, dia berkata jika dia menyesal atas apa yang pernah dia lakukan padaku. Lalu dia juga bilang, kalau dia akan merawatku sebagai tanda permintaan maafnya."
"Dia benar-benar berkata seperti itu?" Tanya Lulu dengan terkejut.
Xixi mengangguk kepalanya lalu membetulkan kaca matanya.
Joseph yang mendengar cerita Xixi langsung mengerti kenapa Leon berusaha menghindarinya dan memilih untuk pulang.
"Wah, benar-benar perubahan yang sangat drastis. Kau dengar itu kak?" Lulu menoleh pada kakanya.
Joseph berdiri dan berjalan mendekati Lulu "Tidak ada yang bisa mengubah seseorang seperti dia, kecuali dia sudah menemukan seorang yang benar-benar dia sukai."
"Maksud kakak?"
"Sudahlah, ayo kita pulang. Teman mu harus lebih banyak istirahat agar cepat membaik." Ucap Joseph seraya menyentuh kepala Lulu.
Lulu yang tidak mendapat jawaban dari kakaknya mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak mau pulang dengan kakak?"
Lulu menghela nafasnya "Iya, iya."
Lulu menatap Xixi "Aku akan kesini lagi besok, kau harus banyak istirahat. Aku akan meletakan buah juga beberapa makanan di sampingmu, agar kau bisa memakannya jika sudah lapar."
"Iya, terima kasih."
Lulu mengangguk dan tersenyum.
Setelah meletakan beberapa buah dan makanan di meja dekat bangkar. Lulu dan Joseph keluar dari ruang rawat Xixi.
"Huft akhirnya mereka pulang. Kak Joseph benar-benar sangat teliti dan sensitif, membuatku tidak bisa berkutik." Gumam Xixi.
Xixi menyenderkan pada bantal yang ada di belakang tubuhnya, dia lalu memainkan ponsel yang sejak tadi dia sembunyikan di bawah selimut.
"Tapi, apa maksud perkataan kak Joseph tadi ya? Kenapa terdengar sedikit aneh?"
Xixi menggelengkan kepalanya "Sudahlah, lupakan saja."
Sementara itu di dalam mobil, Leon yang penasaran dengan orang yang belum sempat Xixi katakan, menjadi tidak begitu fokus menyetir karena dia sedang mengira-ngira siapa orang yang akan Xixi katakan tadi.
Tiiiiiiiiiiittt!!!!
Suara klakson mobil begitu kencang dari arah berlawanan saat mobil Leon akan menabrak pembatas jalan.
Segera Leon yang terkejut setelah mendengar suara klakson itu, membanting setir ke arah kiri agar tidak menabrak pembatas jalan dan mengakibatkan kecelakaan.
"Haahh! Astaga, hampir saja." Ucap Leon sambil menepuk keningnya pelan.
Leon segera menepikan mobilnya untuk menenangkan diri dari keterkejutannya.
Nafas Leon memburu, dan detak jantungnya berdetak lebih cepat akibat kejadian tadi.
"Untung saja suara klakson mobil tadi tepat waktu, jika tidak, apa yang akan terjadi padaku setelahnya benar-benar diluar dugaan." Ucap Leon.
Setelah beberapa saat menenangkan pikirannya, Leon mengambil botol yang ada di sampingnya lalu meminum air yang selalu dia sediakan didalam mobil itu.
"Aku benar-benar sudah di buat penasaran oleh Xixi. Setelah sampai di rumah, aku akan langsung menghubunginya."
Leon meletakan botol minumannya lalu kembali melajukan mobilnya menuju rumah.