Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 16
Pagi hari 08:30 AM/Sekolah
Nadira, Kania dan Dimas sudah berada di sekolah. Ketiganya sedang duduk di kursi masing-masing. Begitupun dengan siswi dan siswa yang lain. Semua siswa dan siswi nampak serius mendengarkan penjelasan dari Ibu wali kelas.
"Materi kita sampai di sini. Ibu minta dan Ibu harap kalian banyak belajar dan perbanyak membaca. Ingat! Nilai ujian kalianlah yang akan menentukan, Universitas mana yang cocok dengan kalian" jelas Ibu wali kelas lalu keluar dari dalam kelas.
Bel istrahat telah terdengar. Nadira dan kedua sahabatnya bergegas ke kantin. Lalu duduk di tempat yang sering mereka tempati. Seperti biasanya, mereka memesan beberapa menu makanan. Tak membutuhkan waktu lama, pesanan mereka pun sudah ada dan sudah disajikan di atas meja.
"Ayo kita makan. Karena bercanda butuh energi" kata Nadira tersenyum.
"Ayo" balas Kania dan Dimas bersamaan.
Setelah makan. Nadira dan kedua sahabatnya bergegas masuk ke dalam kelas. Mereka mengambil tempar di kursi masing-masing. Lalu membaca buku cetak yang mereka bawa.
"Nadira, apa kamu tidak berniat kembali?" tanya Kania pelan.
"Kak Rian tidak membutuhkan aku lagi, Kania. Aku tidak mungkin kembali" balas Nadira yang juga memelankan suaranya.
"Kak Rian mencarimu, Nadira" ungkap Kania.
"Sudahla Kania. Aku tidak ingin membahasnya" kata Nadira kembali fokus membaca buku yang kini ia pegang.
--------
Malam hari/19:05 PM
Rian kembali ke taman mencari Nadira. Taman adalah tempat yang sudah pasti akan didatangi oleh wanita itu. "Di mana kamu, Nadira. Kenapa ponselmu tidak aktif" gumam Rian mengusap wajahnya dengan kasar.
Tak jauh dari tempatnya berdiri. Terlihat seorang wanita sedang menangis menatap lurus ke depan. Wanita itu adalah Nadira. Karena tak ingin membebani Dimas dan keluarganya, Nadira memilih pergi dari rumah dan berakhir di taman.
"Nadira" gumam Rian berlari kecil menghampiri Nadira kemudian memeluknya. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu" kata Rian semakin mempererat pelukannya lalu mencium puncak kepala wanita itu.
"Ayo kita pulang" ajak Rian melepaskan pelukannya.
Wanita itu menggeleng kuat. "Aku tidak bisa pulang, Kak. Kaira sudah kembali dan aku harus pergi sesuai yang kakak katakan waktu itu" jelasnya sesegukan. Menatap lekat manik mata pria yang kini bersamanya.
Rian terlihat frustasi. Bersamanya, pria itu merasa nyaman hingga lambat laun ia mulai jatuh cinta pada istrinya. Dan dia tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaannya. Bahkan ia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu istrinya, namun perasaan itu tidak disadari olehnya.
"Jika kamu harus pergi maka itu bukan sekarang" jelas Rian.
"Apa bedanya sekarang dan nanti Kak" kata Nadira. Menatap sayu suaminya.
"Besok baru kita bahas" kata Rian kemudian membawa Nadira masuk ke dalam mobil. Mobil meleset pergi menjauh dari taman.
Berhubung Nadira belum makan malam maka Rian menepikan mobilnya di depan restaurant. Mengajak wanitanya masuk ke dalam. Perlahan wanita itu mengangguk lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam restaurant. Lalu memesan beberapa menu, menu pembuka dan menu penutup. Usai makan malam, Rian bergegas membayar tagihan lalu mengajak wanitanya kembali ke mobil. Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan mereka. Diperjalanan pulang, terlihat Nadira tidur di dalam mobil.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sekalipun kamu ingin pergi. Aku sudah berjanji di depan semua orang untuk menjagamu. Kamu istriku sekarang dan nanti. Aku tidak akan memberimu gelar janda karena kamu akan selalu menjadi istriku. Menemaniku di masa sekarang hingga kita menua bersama" batin Rian melirik Nadira sejenak.
Towe Suite by Blue Orchid
Rian merebahkan istrinya di ranjang. Kemudian melepas spatu dan jas miliknya, lalu membuka satu persatu kancing kemeja yang ia pakai. Kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi, membiarkan air mengguyur tubuhnya di bawah pancuran sower. Usai mandi, Rian menghampiri istrinya lalu tidur disampingnya.
--------
Pagi hari
Nadira menatap disekeliling. Melihat Interior dalam kamar. "Ini bukan di rumah" gumamnya. Tanpa ia sadari, pakaiannya bukan pakaian yang semalam ia kenakan. Kini Nadira hanya mengenakan jubah tidur saja.
"Kenapa kita tidak pulang ke rumah?" tanyanya pada pria yang baru saja membuka mata.
"Bukannya kamu yang tidak mau pulang ke rumah" balas pria itu lalu memeluk erat istrinya.
"Hehehe," kekeh Nadira. Lalu menyamping menatap lekat wajah pria yang kini memeluknya. "Kenapa kakak mencariku?" tanyanya.
"Menurutmu" balas pria itu dengan santai.
"Mana aku tahu!!" ketus Nadira cemberut.
"Ingat! Kamu tidak boleh pergi selama aku tidak memintamu pergi" kata Rian menegaskan.
"Tapi Kak----" Nadira menghentikan kalimatnya.
"Tidak ada tapi-tapian. Kamu istriku dan itu sah di mata hukum. Kamu harus menuruti semua perkataanku. Ingat! Kamu sudah menikah jadi jangan genit di depan pria lain" jelas Rian kembali menegaskan.
"Cie... yang lagi cemburu nih..." ledek Nadira lalu menggelitik suaminya.
Rian terkekeh mendengarnya. "Cepat mandi nanti kamu telat ke sekolah"
"Iya Kak" balas Nadira lalu turun dari ranjang. Kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Rian menggeser selimut kemudian beranjak dari tempat tidur. Perlahan mendekat dan berdiri di jendela dengan pandangan lurus ke Kota. "Aku harus membuat keputusan secepat mungkin. Aku tidak ingin Nadira tersakiti. Dia tanggung jawabku, dia pantas mendapatkan kasih sayangku dan perhatianku"
"Kakak..." panggil Nadira dari dalam kamar mandi.
Rian menghampiri pintu kamar mandi. Lalu bertanya pada istrinya. "Ada apa?"
"Aku lupa mengambil baju seragamku" jelas Nadira.
Rian mengambil baju seragam istrinya lalu mengetuk pintu kamar mandi. "Buka pintunya"
Nadira membuka pintu untuk mengambil seragamnya. Namun suaminya kembali bersikap jahil. "Kenapa kakak masuk?" tanya Nadira kesal. Baju yang ia minta bukan meminta suaminya masuk ke dalam kamar mandi.
"Menurutmu" balas Rian tersenyum mesum.
"Kakak apa-apa sih. Cepat keluar!" ketus Nadira lalu mendorong suaminta keluar.
Setelah selesai bersiap-siap, Nadira keluar dari kamar mandi. Lalu menghampiri suaminya, kemudian berkata. "Cepat mandi Kak. Aku takut terlambat"
Rian tersenyum bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Dua puluh menit setelahnya. Pria itupun keluar mengenakan baju kous warna putih, jas warna biru dongker dengan warna celana yang senada. Dan rambut yang sedikit dibiarkan berantakan.
Pipi Nadira terlihat merah merona. Perlahan seulas senyum tersungging di bibir manisnya. Tanpa sadar, ia menatap suaminya tanda berkedip. "Gantengnya" gumam Nadira seakan tak terdengar.
"Aku tahu aku ganteng Nadira" ujar Rian membuat istrinya tersadar dari lamunannya.
Rian menggandeng tangan istrinya bergegas keluar dari kamar hotel. Kemudian melakukan check out lalu masuk ke dalam mobil. Mobil perlahan bergerak meninggalkan Towe Suite by Blue Orchid. Dalam perjalanan ke sekolah, Nadira terus diam. Pikirannya terarah pada Kaira, mantan kekasih suaminya yang dia anggap adalah kekasih suaminya.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rian.
"Kak, bagaimana dengan Kak Kaira. Dan kapan kita akan bercerai?" tanya Nadira.
Rian menginjak pedal gas tiba-tiba. Lalu menatap lekat istrinya. "Apa kamu sangat ingin berpisah denganku. Jika itu maumu, maka aku akan mengabulkannya" jelas Rian lalu melajukan mobilnya.
--------
08:30 AM
Rian memakirkan mobilnya di depan gerbang sekolah. Kemudian mengeluarkan selembar uang dengan nominal 10 pound sterling. Lalu memberikannya pada sang istri, tanpa menoleh ataupun mengajaknya berbicara. Rian tidak suka istrinya istri kecilnya itu mengungkit soal perjanjian kontrak apalagi soal perceraian. Dia berharap istrinya bisa memahami itu tapi nyatanya tidak.
Nadira turun dari mobil lalu melambaikan tangannya. Menatap mobil suaminya hingga menghilang dari pandangannya. Kemudian ia bergegas masuk ke dalam gerbang sekolah.
Restorant
Rian keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam ruangannya. Mengambil tempat di kursi kebesarannya lalu memejamkan mata sejenak. "Aku harus mengatakan perasaanku padanya. Aku tidak ingin Nadira pergi meninggalkanku lagi" gumamnya. Lalu mengambil ponselnya mengirim pesan pada Nadira.
"Maafkan aku" Rian
"Aku yang seharusnya meminta maaf. Maaf telah membuat kakak marah" Nadira.
"Kamu tidak perlu minta maaf. Kamu tidak bersalah" Rian.
"Kakak di mana?" Nadira.
"Aku di Restaurants" Rian
"Kakak tidak ke Perusahaan?" Nadira.
"Tidak. Oh ya, Nadira. Nanti siang aku tidak bisa menjemputmu" Rian.
"Tidak apa-apa Kak. Aku bisa naik Taxi" Nadira.
"Oke baiklah, kamu hati-hati dan semangat belajarnya" Rian.
----------
Sekolah/Pukul 15:12 PM
Nadira termenung dan kembali memikirkan perkataan suaminya. "Apa maksud Kak Rian. Kenapa dia menyuruhku untuk tidak dekat dengan lelaki lain"
"Perhatian Kak Rian membuatku jatuh cinta padanya. Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah terlajur menyukainya" batin Nadira. Dia masih berkelut dengan pikirannya.
"Nadira, ayo kita pulang" ajak Dimas.
Ajakan Dimas membuat Nadira tersadar dari lamunannya. "Kamu duluan saja, Dim. Aku masih punya urusan lain setelah ini" jelas Nadira.
"Nadira, aku duluan ya..." kata Kania sembari melambaikan tangannya.
"Iya, Kania. Hati-hati" balas Nadira tersenyum. Nadira mengambil ponselnya lalu mencari nomor Kak Rian.
"Halo Kak. Aku harus pulang ke rumah atau ke mana?" tanya Nadira saat panggilan terhubung.
"Temui aku di Restaurants" balas Rian.
--------
Perusahaan
"Aku harus mencari cara agar Rian kembali perhatian padaku. Rian hanya milikku seorang. Aku tidak akan membiarkan orang lain merebutnya dariku" gumam Kaira.
Kaira mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. "Aku butuh bantuanmu" ungkap Kaira pada seorang pria dibalik telepon.
"Katakan" balas pria misterius itu.
"Culik Nadira dan bawah dia pergi dari kota ini" titah Kaira
"Kamu tenang saja. Aku tidak akan membuatmu kecewa" balas lelaki itu.
Kaira memutuskan panggilan telepon. Lalu tersenyum penuh kemenangan. "Aku pastikan kamu tidak akan bertemu Rian lagi" gumam Kaira tersenyum miris.
Modus Lu Yan