TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA SATU
"Serius Esa bilang gitu?!"
Wanita bertubuh tinggi berkulit putih itu bernama Flory. Dan Snow selalu belajar dari apa yang wanita itu alami dalam hidup.
Keduanya duduk di cafe outdoor, Galaxy coffee shop. Mereka sudah seperti jari telunjuk dan jari tengah.
Selalu dekat, saling mendengarkan curhatan masing-masing, yang jelas wanita beranak satu itu masih saudara sepupu Snowy.
Mumpung cuaca bagus, sepulang kerja Snowy meminta ketemuan dengan Flory Dan seperti biasa, dia butuh teman curhat yang tak bocor.
"Kamu percaya ucapan cintanya?"
Flory mendesak penasaran. Barusan Snowy memberitahu soal pernyataan cinta Esa pagi tadi sebelum berangkat kerja.
Snowy tertawa geli. "Hello, Snowy White Rain percaya sama cowok? Ya kali udah gila apa Gue!" tepisnya.
Menurut Snowy, percaya pada lelaki, itu sama dengan mencekik leher sendiri. Dia takkan pernah memberikan kepercayaan pada pria mana pun bahkan Papi Rega yang ahli drama.
Di dunia ini, mungkin hanya Opa Arjuna yang Snowy anggap lempeng. Selain itu, tak ada lagi pria yang dapat dipegang omongannya.
"Jadi dengan kata lain, kamu juga nggak percaya sama, Esa?" Flory meralat pertanyaan sebelumnya.
"Percaya sama Tuhan, bukan sama cowok modelan Esa!" sergah Snowy, gadis itu menyesap blackcurrant miliknya sesaat.
"Asal Lo tahu, bahkan sama mantan-mantan Gue yang ratusan orang itu. Nggak ada satupun yang Gue percaya, ngerti!"
"Terus ngapain you pacaran sama mereka, Snowy White Rain?" Flory heran dengan sikap sepupunya yang agak lain.
"Buat have fun ajah!"
Flory mendekatkan wajahnya demi bisa lebih intens lagi dengan Snowy. "Jadi soal Esa, gimana? You ajah tadi pagi masih ladenin dia kan?"
"Itu kan bagian dari pura-pura." Snowy berujar sambil mengedik bahunya. "Lagian sayang juga kalo nolak dibikin anget."
Flory tertawa ringan. Tapi untuk kali ini dia setuju, setidaknya suami sendiri halal, tidak perlu bayar gigolo.
"Gue mau tahu, ada maksud terselubung apa dia bilang cinta tiba-tiba sama Gue!"
"Masa Esa bisa punya maksud?" Flory tak percaya jika melihat dari penampilan Mahesa yang jauh dari kata aneh.
"Flory Miller... Lo nggak tahu liciknya My husband, Flo. Jadi nggak bakalan percaya kalo si pemilik tampang ganteng, alim, lempeng itu tuh psikopat tingkat gila!"
Yah, bahkan Snowy tak percaya dengan kemampuan bercinta Mahesa yang menurut dia di luar prediksi BMKG. Tak sesuai dengan tampangnya yang anti cewek.
"Jadi apa rencana You?" tanya Flory lagi.
"Pura-pura percaya sama cintanya dia."
"You nggak putusin Demian?"
"Nggak lah!" Sahut Snowy. "Dia samsak Gue pas lagi pengen ninju orang, lumayan!"
"Stres!" Flory menggeleng geleng kepalanya, sungguh, sepupunya ini terlalu gila. "Nggak usah buang waktu buat main-main sama yang namanya cowok deh, Snow!"
"Sayangnya Gue udah berkecimpung." Snowy lantas beralih reflek menatap motor gede yang baru saja berhenti di depan Cafe.
"Gue cabut ya." Mahesa datang, dan Snowy terpaksa harus pamit. Flory tersenyum, dia juga sempat menyapa Mahesa sebentar.
Di depan, Snowy terdiam menerima helm yang dipakaikan suaminya. Dan sebelum kaca helm ditutup, pria itu mencubit hidung mancung Snowy yang menangkis.
"Kita nggak pulang ya?"
"Mau ke mana?"
"Ada deh." Mahesa mendorong pantat Snowy agar mengarah ke jok motornya. Snowy naik, lalu motor itu segera melaju dengan kencang.
Snowy menikmati jalan sorenya. Bukan ke penthouse, tapi ke luar kota. Lebih tepatnya ke puncak yang berhawa sejuk.
Pemandangan senja mulai terkikis, dan harus mengalah bergantian dengan sang malam.
Di perjalanan Snowy tak bertanya, hingga di tempat tujuan. Snowy baru mengedarkan pandangannya ke segala arah, di mana ada sebuah villa, dan di sisinya ada taman lapang.
"Ini...," Snowy bergumam, sambil mengikuti arah langkah kaki Mahesa yang menarik tangannya. "Malam ini kita tidur di tenda. Mau kan, Sayang?"
Snowy melirik tajam, sejak kapan Mahesa terpikir untuk menyebutnya sayang. Bukankah ini terlalu perfect untuk sebuah drama?!
"Mau kan, hmm?" Mahesa mengulang.
"Mau banget!" Siapa yang menolak bermalam bersama pria tampan, di tenda, di puncak, ada gitar, ada meja pendek yang ditata romantis.
Mahesa membantunya melepas sepatu dan menyuruhnya mengenakan kaus kaki agar tidak mengalami hipotermia mendadak.
"Udaranya lembab." Mahesa melepas jaket jeans miliknya, memakaikannya pada Snowy.
Mahesa juga menyuruh Snowy duduk di depan tenda yang sudah tersedia. Lalu memberikan selimut coklat pada paha mulus wanita itu.
Niat hati ingin memberikan kecupan singkat saja, tapi Mahesa justru berkali-kali memagut tanpa ingat untuk berhenti. Snowy mulai tegang, hingga menarik tengkuk agar lebih dalam lagi bahkan mulai terhuyung.
"Kita makan malam dulu." Mahesa melerai kecupan setelah orang-orang suruhannya datang membawa beberapa hidangan khas camping.
Semuanya akan ditata sedemikian romantis, dan jujur, Snowy cukup tersentuh. Ada steak, ayam panggang barbeque, jagung rebus, juga banyak lagi yang sedang dibuat sang koki.
"Kak Esa tahu treatment ini dari mana?"
"Dewa!"
"Berapa lama nyiapin ini?" cecar Snowy, jujur saja Snowy tak berekspektasi jika suaminya yang kaku akan se romantis ini.
"Sehari."
"Kak Esa nggak kerja?"
"Hari ini nggak."
Sambil menunggu para pelayan dan koki selesai menghidangkan makanan. Mahesa meraih gitar yang tersandar di meja pendek.
Memetiknya, dan Snowy terpaku pada wajah tampan pria itu. "Mau aku bacakan puisi?"
Tawaran yang membuat Snowy berdegup degup tak keruan. "Puisi?" Andai ini tidak bercanda, Snowy akan lebih senang.
Mahesa tersenyum kecil, sungguh Snowy tak bisa bedakan mana senyuman psikopat mana yang senyuman tulus suaminya.
Dawai-dawai yang mulai Mahesa petik, kini mengalun sebuah melodi. Hening, telah terisi oleh denting akustik jemari Mahesa.
..."Kau tau, Snow..?" kata Mahesa dengan nada yang terdengar syahdu....
Snowy langsung terdiam, terpaku, tak dapat temukan kata-kata selain hanya diam memandangi wajah tampan suaminya.
..."Aku melukis namamu di atas senja merenjana. Membisik sebait rindu membelenggu. Di atas pelangi yang indah menghujam. Kau tau? Kau bagai selaksa sinar yang merayap di celah hati. Kau juga air mata terperih yang pernah ku uraikan diam-diam oleh sebab kerinduan."...
..."Terlalu lama aku mengagumi dalam hening. Kau laksana rembulan, yang tak mampu ku sentuh dalam remang. Namun tunggu, itu dulu, yah... saat aku hanya memutuskan untuk menjadi seorang pengecut. Snow... Mari berbahagia, hidup dengan serbuan cinta yang aku punya."...
...📌 Pemilik puisi: Shella Retno Wijayanti, My reader. Thanks for You......