NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI BEKU

PEMILIK HATI BEKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: QUEENS RIA

Vernando Permana. banyak orang yang memanggilnya Nando, seorang siswa yang dikenal berekspresi datar. namun banyak siswi-siswi yang mengidolakan nya, tidak ada seorang siswi manapun yang bisa menembus dinding hati beku nya Nando.

Sampai takdir yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis ceria bernama Monisha Listiani yang biasa dipanggil Mona, kisah hidup dan kisah cintanya berawal dari situ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PHB | 01. Siswa Baru.

Matahari telah bersinar pada umumnya di pagi hari, alarm yang sudah berteriak minta di matikan terus saja berdering dengan nyaring, sang pemilik masih terdampar di alam mimpi.

Ya, gadis itu adalah Monisha Listiani, biasa di panggil Mona. Seorang gadis desa yang harus mengikuti ibunya di Kota Bandung. Orang tuanya itu menikah dengan pengusaha besar di Kota Bandung.

Dari arah tangga, ada wanita paruh baya yang sedang menuju kamar anak gadis nya. Walau sudah diteriakin dari lantai bawah, Mona tetap saja tidak bangun.

Pintu kamar di ketuk dengan keras, senada dengan orang yang sedang berdemo, namun suara sang ibu tetap lembut.

"Mona astaghfirullah jam segini masih belum bangun ya kamu sayang?"

"Kasih waktu setengah jam lagi mah, mona masih ngantuk"

"Setengah jam lagi? kamu mau berangkat jam berapa sayang? Ini sudah mau jam delapan loh"

Mona membulat mata tipis, dia meraih ponsel guna melihat jam yang masih pukul 06.15.

"Mah ini masih jam enam" Mona kembali menidurkan matanya yang sempat bangun tadi.

"Mona ini sudah siang astaghfirullah, hari ini hari pertama kamu sekolah, kamu yang rajin belajarnya biar dapat nilai sempurna." Bu Sisil terus saja mengetuk pintu tanpa henti.

"...." Tanpa ada jawaban dari gadis itu, yang terdengar hanya suara nafas tidur.

"MONAAA!!" Pekik Bu Sisil yang sudah tak bisa menahan sabar.

Mona mengusir selimut, bantal, guling dan boneka kesayangan nya, bangkit dari ranjang dengan gerakan frustasi untuk membuka pintu kamar.

"Denger ya Mona, kamu sekarang ini sudah jadi anak kota, hilangkan kebiasaan kamu di desa yang malas berangkat sekolah" Kata Bu Sisil.

"Iya mama sayang, aku mau mandi sekarang"

"Oke buruan, kamu yang betah hidup di Kota Bandung sekarang"

Mona tersenyum enteng "Iya ma, semoga aja ya"

"Kok jawab nya gitu? udah terserah kamu, kamu cepat mandi, mamah gak mau tensi darah nya naik lagi" Bu Sisil langsung pergi meninggalkan Mona di kamar nya.

Bu Sisil menghampiri Pak Gilang di meja makan, lalu Pak Gilang melihat betapa cemberut nya wajah Bu Sisil.

"Kenapa lagi sih ma, pagi-pagi selalu aja ribut sama anak?"

"Gak apa-apa mas, mungkin ada rasa gugup dari anak itu, mutasi dari desa ke kota gak gampang menurut aku"

"Yaudah ma, yang penting kan kamu sudah puas kita bisa tetangga sama teman sekolah kamu dulu kan?" Pak Gilang mencoba menenangkan perasaan Bu Sisil.

"Iya sih, tapi aku gak yakin kalau anaknya Erni mau sama anak aku mas"

"Kita pantau dulu aja, kalau sudah klop baru kita jodohkan Mona dengan nya"

Bu Sisil mengangguk kepala dan kembali ceria seperti biasa.

Disana, Mona sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, segala makeup yang dia punya telah di aplikasikan di wajah, sebagian barang Mona belum sepenuhnya dipindah dari desa, karena kemarin Mona juga baru saja pindahan.

"Capek, gonta-ganti suasana baru terus sih sebenernya, cuma aku takut bersosialisasi sama anak-anak kota" Keluhan Mona seakan memecah keheningan kamar, Ia fokus menggulung rambut belakang nya untuk di pasangkan jedai.

Di sekolah lama nya, Mona dikenal rajin, selalu membantu guru dan murid jika dalam kesusahan, yang membuat ia malas adalah sang ibu selalu pindahkan Mona ke setiap sekolah.

Dan yang sekarang ini, dari desa stabelan kabupaten Boyolali, tepat nya dekat kaki gunung merapi, dia di pindah sangat jauh ke Kota Bandung.

Ada rasa malas dan ada juga rasa semangat, karena pengumpulan niat Mona belum sepenuh nya terisi.

Mona juga sering ditinggal orang tua dirumah, karena di desa sebelumnya juga begitu, namun dia masih bisa ditemani oleh nenek nya yang ada di desa.

**

Sisi lain, di sebelah rumah baru nya Mona terlihat ada seorang pria yang tengah berganti seragam sekolah, bahkan orang itu tak menyadari kalau sedang diperhatikan Mona dari jendela sebrang kamar nya.

Vernando Permana, orang menyebutnya Nando.

Pria dikenal dingin itu pun menoleh ke arah sana.

Netranya menyorot gadis seumuran nya yang lagi tercengang.

Nando mengerut kening, dia langsung menutup hordeng tanpa sepatah kata yang disemburkan dari bibir tipis nya.

Bahkan wajahnya tak menunjukkan reaksi apa-apa, hanya datar seperti biasa nya.

Nando turun dari lantai dua, dia mencari sesosok asisten rumah tangga nya yang ada di rumah.

Nando juga bernasib sama dengan Mona, Ia kerap kali ditinggal orang tua karena bisnis.

"Mbok" Sahut Nando.

Mbok Ika yang lagi menata makanan di meja pun langsung menoleh "Iya den"

"Mama, papah ku sudah berangkat ke garut kah mbok?" Tanya Nando.

"Sudah dari subuh den"

"Oh begitu... Oh ya mbok, nanti aku hari ini pulang sekolah rada cepat ya mbok, karena sore ini mau ada latihan"

Pemberian kode dari Nando membuat mbok Ika cepat-cepat mengangguk "Siap den, nanti saya akan buatkan makanan kesukaan kamu den"

"Sip, makasih ya mbok" Nando mengambil roti selai. Dia memakan, dan langsung minum sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan mbok Ika disana.

**

Kembali ke arah Mona, sehabis turun dari mobil dan menyalimi tangan Ibu nya, dia langsung berlarian ketika gerbang ingin di tutup oleh satpam.

"Pak... Tunggu " Cegah Mona.

Petugas keamanan sekolah yang biasa di bilang Babeh Gatot itu pun bersuara

"Babeh akan tegas kalau ada murid yang telat, ini sesuai aturan yang berlaku di sekolah"

"Loh pak, tapi aku lagi ditunggu sama kepala sekolah, gimana?"

"Ada urusan apa?" Tanya Babeh Gatot.

"Lah ya engga tau, aku murid baru disuruh menghadap ke kepala sekolah katanya"

Pak Gatot menatap singkat keseriusan wajah gadis itu, beliau langsung membuka gerbang sekolah untuk Mona.

Di ruang kepala sekolah, Mona sedang menghadap ke Pak Abidin, dia menanyakan tentang kelas nya yang akan di tempati.

Pak Abidin langsung memanggil salah satu guru wali kelasnya untuk mendampingi.

Kebetulan guru itu mau mengajar matematika di kelas nya. Sampai nya guru itu di ruangan kepsek, beliau langsung menanyakan tentang pemanggilan dirinya.

"Ada murid baru untuk kelas ibu, tolong antarkan dia ke kelas ya Bu" Titah Pak Abidin.

"Baik" Jawab Bu Sri menatap Pak Abidin, kemudian pandangan nya belok ke arah Mona.

Saat itu juga Mona mengembangkan senyum sambil memperkenalkan diri kepada wali kelas nya.

"Ayo ikut ibu Mona, Biar Ibu antarkan kamu ke kelas" Kata Bu Sri.

"Baik Bu, terima kasih banyak" Jawab Mona dengan sopan, lalu netranya memandang perawakan kepala sekolah "Pak saya permisi dulu"

"Iya, silahkan" Jawab Pak Abidin dengan senyuman.

Mona mengekor dibelakang Bu Sri untuk pergi ke dalam kelasnya.

Dia lagi gugup celingukan sana sini melihat murid kelas lain dari berbagai jurusan yang memperhatikan diri nya.

Hal itu sudah biasa untuk Mona, di sekolah lain juga seperti itu, sering di goda banyak siswa laki-laki.

Di kelas XII MIPA 2, Para murid di dalamnya terpaku dengan wali kelasnya yang sedang membawa murid lain.

"Selamat pagi anak-anak" Sambutan dari Bu Sri yang sembari menaruh buku dan alat-alat mengajarnya di meja guru.

"Pagi Bu" Jawab serempak siswa di dalamnya

"Hari ini kita akan kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan diri kamu" Kata Bu Sri.

"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Monisha Listiani biasa di panggil Mona, saya murid pindahan dari desa kaki gunung merapi yang ada di desa Boyolali" Satu tarikan nafas Mona berhasil memperkenalkan diri.

"Wah ada gadis desa, Hallo cantik" Ucap seorang murid yang dikenal buaya di kelas yang bernama Disky.

Ucapan Disky langsung di ikuti oleh siswa laki-laki lainnya.

Lebih parahnya lagi ada yang menggoda Mona secara terang-terangan.

Kehebohan kaum Adam itu tidak berlaku untuk Nando.

Sambil menopang dagu, Nando terus menatap gadis yang ada di depan kelas itu dengan tenang.

"Mona, kamu bisa duduk di samping Novia ya, kebetulan bangku dia lagi kosong, untuk Novia tolong angkat tangan biar Mona tau"

Setelah Novia mengangkat tangan, Mona langsung berjalan ke tempat duduk dan berkenalan satu sama lain.

1
Sri Wiwiet
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!