19+
Pertemuan mereka tidak pernah direncanakan, kejadiannya terlalu cepat memicu permusuhan juga Entahlah apa yang salah dia tak mengingat nya sama sekali. Yang terakhir kalinya antara mereka.
Berbagai konflik terjadi saling menyakiti dan rasa bersalah, serta cinta tersimpan dalam hati. Akankah mereka bersama atau akan berpisah.
Ini kisahnya mohon di skip aja jika tak suka jika suka di like aja.. author tak mau banyak komentar tapi terimakasih sudah mampir dan like juga vote and gift.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sumi Yati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Perdebatan
Andita menengadah menatap langit-langit kamarnya, ia ingat jika mereka pergi ke pesta undangan Thomas teman Afrizal. Ia melihat ke sampingnya, kosong. Lelaki itu tidak ada di sisinya.
Andita bangkit dengan kain selimut melilit tubuhnya, perlahan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Andita menggunakan bathrob saat keluar, ia melihat ada paper bag di sofa.
Dibukanya ada dress-nya lengkap dengan dalaman. Tanpa mikir dua kali ia kenakan sangat pas sekali sedikit ketat menatap sekilas lalu keluar mencari Afrizal.
Semua para lelaki berkumpul bersama di ruang tengah dengan kopi dan sandwich di meja, sedang para wanita di pantry yang jadi satu dengan ruang makan. Mereka sarapan pagi bersama dengan keheningan.
Andita menuju meja pantry yang ada teko teh dan kopi lengkap dengan mug juga gula. Andita mengambil teh lalu duduk bersama di meja terdapat olahan makanan ala Sunda yakni berupa ayam, ikan bakar juga sayuran dan lalapan serta sambalnya.
Afrizal duduk di sampingnya, "Kau sudah bangun?" Sapanya dengan mengecup pelipisnya. "Kau mau sarapan?" Tanya Andita. " Boleh, ambilkan ikan juga yang lainnya." Tunjuk nya dengan dagu. Andita mengambil piring mengambil nasi juga lauknya.
"Terimakasih cantik." Ucapnya, Andita hanya terdiam menatap balik lalu makan dengan lahap. Yang lain bergabung dengan pasangan masing-masing.
"Andita, kau tak bilang kalau kau menikahi nya. Mengapa kau rahasiakan identitas nya?" Suara Adam memecahkan keheningan acara sarapan pagi bersama.
Semuanya terdiam saling menatap, "Kau kenal Adam?" Pertanyaan Afrizal penuh penekanan. Andita yang termangu sesaat setelah itu ia kembali melanjutkan makan, acuh terhadap keadaan nya.
"Aku tak harus menjelaskan tentang keadaan pernikahan kami padamu. Terlebih kita kenal tak sengaja, sudah kewajiban ku membantu warga yang kesulitan, melindungi juga memberikan keadilan." Jawab Andita santai.
Mengambil piring Afrizal juga milik nya mencucinya di wastafel. Kembali dengan mengeringkan tangannya dengan tisu dengan tenang duduk menatap semuanya.
"Adam yang datang ke kantor polisi atas peristiwa pencurian, spion mobilnya di congkel itu aku yang menangkap basah mereka lalu mengirimkan ke penjara."
"Dan detik berikutnya kami berkenalan cuma itu. Apa ada yang salah? Aku tak mengatakan bahwa aku menikahi seorang bisnisman karena itu juga bukan hal yang pantas aku pamerkan."
"Mengapa? Karena dia tak mungkin mencintai ku, yang notebene hanya yatim piatu, miskin tanpa harta. Dia bisa mendapatkan semua wanita yang diinginkan nya seperti Monalisa, super model elite?"
Afrizal membeliak menatap Andita terkejut mendengar perkataannya. "Apa aku salah sayang? Tak ada yang tak ku ketahui tentang nya." Andita menatap Afrizal tersenyum kecil.
" Thomas aku boleh pamit sekarang, karena aku ada pekerjaan yang harus dilakukan. Terimakasih atas semuanya." Andita melangkah keluar diikuti Afrizal yang bergegas mengikutinya tanpa kata-kata.
Mereka terdiam di dalam mobilnya, Afrizal fokus pada kemudi mobil, ke jalanan di depannya. Andita memilih menutup matanya, menghindari tatapan Afrizal.
"Apa Adam mengatakan bahwa ia menyukai mu?" Tetiba saja Afrizal mengeluarkan isi kepalanya, ya. Jujur jauh dalam benaknya lelaki itu marah, terkejut juga merasa di bohongi untuk pertama kalinya.
Andita mengetahui wanita yang dicintainya, juga secara diam-diam dia akrab dengan sahabat nya? Lelaki itu tak pernah menduga nya ada insiden tersebut.
"Mengapa? Jangan katakan kau cemburu? Kurasa itu bukan kamu!" Sahut Andita sinis. "Singkirkan semua yang menghalangi jalan, jadi kau bisa menikah dengan kekasih mu! Bukankah itu impian mu?" Lanjut Andita tanpa menoleh masih pada mode sebelumnya, terbaring santai dengan menutup matanya.
"Apa itu salahku? Jika Adam, ini hanya seandainya. Jika dia mencintai ku?" Tanya Andita jengah, walaupun nada suaranya terdengar santai.
"Salah. Adam tak akan bisa bersama dengan mu. Karena aku tahu orang tuanya tak akan membiarkan mu hidup tenang, terutama adalah sang ibu nya ya g berperan penting dalam kehidupan seorang Adam. "
"Ingatlah apa yang ku katakan." Ucap Afrizal, tak lama mereka bertemu pandang. Andita memilih melengos melihat jalanan.
Afrizal menghela nafasnya berat, "Keluarga mereka akan memilih siapa yang pantas menjadi penerus ahli warisnya. " Belum lagi selesai kalimat nya dipotong Andita.
"Sama seperti mu. Lagi aku kan tidak hamil masih rutin mentruasi. Jadi mengapa pula kita masih nikah. Kapan kau akhiri semuanya? Aku bisa hidup sendiri dan selama nya selalu seperti ini. "
"Tak akan ada keluarga yang menerima anak hasil keluarga yang berantakan seperti aku." Tukasnya sambil terus melihat pemandangan lewat kaca jendela.
"Sudah jangan bahas ini. Istirahat lah." Afrizal memilih untuk tidak berdebat dengan Andita. "Mengapa? Tak suka aku yang meminta? Kau yang memilih berperan penting? Ego mu di pertaruhkan di sini?" Sarkas Andita.
Afrizal menghentikan mobilnya serampangan dipinggir jalan yang sepi. "Mengapa kau memancing emosi ku? Sedikit saja bisa kan kau patuh?" Tanya Afrizal dengan menatapnya tajam.
Nafasnya memburu sesaat mereka berdekatan karena Afrizal mengikis jarak diantara keduanya. "Aku ingin kita menikmati setiap momen kebersamaan kita, apa kau tak bisa melakukannya?"
"Kau yang memperkosa ku? Kau yang memaksa menikahi ku, lantas bagaimana bisa aku menikmatinya?" Tantang Andita. Sejujurnya ia sudah malas untuk menjalani hubungan pernikahan mereka. "Aku enggak akan menceraikan mu, cam kan itu!" Afrizal mencubit kedua pipinya dengan jemarinya yang kuat.
Rahang nya mengeras dengan otot lehernya terlihat jelas menahan amarahnya, sorotan mata tajamnya siap untuk menghunus tak menyurutkan Andita menatapnya dengan tatapan datar.
Afrizal melepaskan cengkraman tangan nya lalu mengemudikan mobilnya berjalan dengan cepat menuju keinginan nya. Yakni pantai adalah yang dipikirkan oleh nya saat itu.
Tak jauh dari lokasinya villa milik Thomas hanya menempuh jarak satu jam. Bahkan Andita dibiarkan saja di mobilnya saat memasuki kawasan tempat itu. Ia kembali setelah dua puluh menit kemudian.
Menyusuri jalan pantai ia menyewa rumah kecil paling ujung jalan setelah beberapa kali berhenti membeli makanan, minuman juga camilan. "Masuklah!" Perintah nya sambil membawa semuanya dengan tangan nya tak menghiraukan ekspresi Andita.
Mereka berjalan beriringan dengan Afrizal di depan sedangkan Andita mengekornya di belakangnya. Tempat tersebut rapi, putih bersih. Afrizal meletakkan ponsel juga semuanya di meja dapur. Empat box kotak makan, camilan jajan pasar khas pinggir pantai.
Otak-otak bandeng, ikan kakap, bakso goreng, udang cumi crepes. Ada minuman jus segar dan air mineral. Semuanya di letakkan di meja secara rapi oleh Afrizal.
Andita berdiri tak jauh di sana hanya mengamati, Afrizal bergerak mengunci pintu kemudian menyalakan air conditioner AC, mengecek kamar juga. Semuanya dia cek dan dalam keadaan sejuk.
Andita baru meneguk minuman nya langsung tandas, di tarik Afrizal di himpit nya di dinding pantry. Mencumbui nya secara brutal, melepaskan pakaiannya lalu memaksa penyatuan nya.
Andita meringis, air matanya meleleh karena sakit menjalar di sana. "Jangan pernah mendebat atau kau menerima hukumannya!" Bisik Afrizal, lalu menggigit pundaknya sehingga meninggalkan bekasnya.
Afrizal bergerak setelah mengatakan itu dalam posisinya berdiri dengan kasar ia melakukannya hingga pelepasan mereka. Andita merasa lemas tenaganya sesaat di gendong Afrizal ala koala menuju ke kamar.
Meletakkan di tengah-tengah ranjangnya lalu ia melakukannya lagi, Afrizal emosional kala mendengar kalimat Andita yang mengatakan kenyataan, apa yang diinginkan nya. Namun ia tak pernah menerima jika dia akrab dengan lelaki lain. Egois ya dia ingin memiliki kedua nya.
amalan nya apa..end nya siapa
mungkin mak kau pun murahan 🤣🤣🤣
xada rasa penyesalan selepas merogol anak dara org yg ternyata masih bervirgin