( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 - Kawan Lama atau Musuh Baru
Dea duduk di bangku tunggu dengan menggerakkan kakinya untuk mengusir kebosanan. Ia menatap layar ponselnya namun tak ada apapun disana.
Sudah hampir satu jam Dea menunggu kedatangan Rasya di depan ruangannya. Tapi tanda-tanda kedatangan dosen muda itu masih belum terlihat.
Hingga akhirnya...
"Midea Lestari?" Seseorang memanggil nama Dea.
"Iya, Pak." Dea langsung berdiri dan berhadapan dengan Guntur, asisten Rasya.
"Kurasa kamu harus mengganti jadwal bimbinganmu. Hari ini Pak Rasya tidak akan datang ke kampus."
Dea cukup terkejut. Namun dia mengangguk paham.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Dea mencoba mencari tahu.
"Ada hal mendesak yang harus beliau lakukan. Hanya itu saja yang beliau katakan padaku. Aku minta maaf, Dea."
Dea mengulas senyum kemudian berpamitan. Sekali lagi Dea menatap layar ponselnya. Bahkan Rasya sama sekali tidak memberitahunya. Padahal semalam mereka saling berkirim pesan.
"Ada apa dengannya?" gumam Dea. Ingin rasanya ia menghubungi Rasya lebih dulu. Tapi ia enggan karena takut dikira terlalu ikut campur.
Sementara itu di sebuah klub malam yang masih tutup, Rasya sedang menenggak minuman yang membuatnya ingin melupakan segalanya. Rasya mendatangi klub malam milik salah seorang temannya dan menggedor dengan cukup keras.
Dengan terpaksa si pemilik tempat membuka pintu hanya untuk Rasya. Tak lama kemudian, Eksa datang menghampiri Rasya.
"Tuan! Apa yang Tuan lakukan disini? Ini masih terlalu sore untuk minum!" ucap Eksa yang kesal dengan ulah Rasya.
Rasya menatap tajam Eksa. "Wanita itu kembali, Eksa! Wanita itu kembali!" racaunya.
"Tuan, apa yang kau bicarakan?"
"Wanita itu kembali! Dia yang sudah menghancurkan hidup kakakku! Dia kembali, Eksa!"
Eksa menatap si pemilik klub yang bernama Alex.
"Sepertinya kau harus menghandle semua pekerjaannya hari ini, Eksa. Dia tidak akan bisa bekerja dalam kondisi seperti ini," ucap Alex.
Eksa memijat pelipisnya pelan. "Baik. Bantu aku untuk membawanya ke mobil."
Dengan sigap Alex membantu Eksa membawa tubuh Rasya yang mulai limbung. Sebenarnya Alex sudah melarang Rasya untuk minum, namun Alex sangat paham perangai Rasya yang tidak suka dibantah. Ia juga tak ingin membuat pertemanan mereka rusak.
Dan seharian ini akhirnya Rasya hanya berdiam diri di apartemennya tanpa melakukan apapun.
#
#
#
Malam harinya, Dea memasuki kamar dengan hati yang masih tak tenang. Entah kenapa ia masih memikirkan ketidakhadiran Rasya di kampus. Memang bukan sesuatu hal yang biasa yang dilakukan pria itu. Apalagi tidak ada alasan yang jelas mengenai ketidakhadirannya.
Dea melihat Shady masih asyik dengan pekerjaannya sambil bersandar pada ranjang. Dengan hati-hati Dea mendekati Shady. Entah ini keputusan yang benar atau tidak. Tapi Dea harus mencobanya.
"Mas!" panggil Dea.
"Hmm." Shady hanya menjawab dengan dehaman.
"Mas kan berteman dengan Pak Rasya. Bisakah Mas menanyakan kondisinya? Hari ini Pak Rasya tidak masuk ke kampus dan..."
BRAK!
Shady meletakkan laptopnya diatas nakas dengan kasar.
"Kenapa kau harus bertanya padaku? Bukankah kau sering berkirim pesan dengannya? Kenapa tidak kau hubungi saja sendiri?" tanya Shady dengan dingin.
"Aku merasa kurang sopan jika aku bertanya padanya lebih dulu. Jadi, aku minta tolong pada Mas untuk menghubunginya. Aku khawatir jika terjadi sesuatu dengan pak Rasya."
Entah kenapa Shady merasa marah mendengar permintaan konyol Dea. Tanpa bisa Dea prediksi, Shady mencengkeram kedua bahu Dea dengan cukup kuat.
"Dengar! Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan dosen pembimbingmu itu! Dan kami sama sekali bukan teman. Jadi jangan pernah meminta hal konyol seperti itu lagi padaku!" ucap Shady tepat di depan wajah Dea.
Dea menepis tangan Shady. "Jika Mas bukan temannya, maka tidak perlu bersikap kasar seperti ini. Aku hanya meminta tolong saja. Dan bukankah Mas sendiri yang bilang jika pak Rasya adalah sahabat nyonya Nola. Atau sebenarnya ada sesuatu yang Mas sembunyikan dariku?"
Shady memalingkan wajahnya. "Bukan urusanmu! Sebaiknya kau urus saja urusanmu sendiri dan jangan ikut campur urusanku!" tegas Shady.
"Baiklah. Aku akan mengurus urusanku sendiri. Dan Mas jangan ikut campur urusanku lagi!" Dea berbalik badan lalu menuju sofa. Dea mencoba menghubungi Rasya kembali.
Teleponnya tersambung namun tidak dijawab. Hingga akhirnya Dea mendengar jawaban dari seberang namun itu bukan Rasya, melainkan Eksa. Asisten Rasya itu menjelaskan jika bosnya sedang tidak enak badan. Dea mengerti dan menutup teleponnya.
Dea lalu merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata. Ia tak mempedulikan tatapan Shady yang masih mengarah padanya.
#
#
#
Beberapa hari kemudian,
"Roni, kudengar kita sudah punya model baru untuk produk yang akan kita luncurkan. Siapa dia?" tanya Shady menatap Roni.
Shady menghentikan memeriksa berkas karena penasaran dengan jawaban Roni.
"Benar, Tuan. Kali ini kita memiliki model baru kelas internasional. Kudengar dia berkarir di Paris sebelum ini. Pihak manajemennya menghubungi tim pengembangan produk dan menawarkannya sebagai model."
Shady mengernyitkan dahinya. "Hmm, semoga saja dia bisa bekerja dengan baik. Kau belum jawab pertanyaanku, siapa model barunya?"
"Hai, Shady. Kau masih ingat denganku?" Suara seksi seorang wanita membuat kedua pria itu menoleh.
"Maaf aku tidak mengetuk pintu lebih dulu karena aku dengar kalian sedang membicarakan aku."
"Vanessa?" gumam Shady.
"Apa kabar, Shady? Lama tidak berjumpa." Senyum mengembang tercetak jelas di wajah Vanessa. Seakan ia akan segera menjemput impian yang selama ini terkubur.
"Jadi, kau adalah..." Shady tidak melanjutkan kalimatnya.
"Benar. Aku adalah model untuk produk terbarumu. Semoga kita bekerja sama dengan baik, Shady. Dan aku turut berduka atas apa yang menimpa Nola."
Shady hanya menatap datar Vanessa lalu menatap Roni. Rasanya menolak pun tidak akan bisa. Perusahaannya akan rugi besar jika membatalkan kontrak dengan manajemen Vanessa.
#
#
#
Pagi itu seperti biasa Dea menyiapkan sarapan untuk semua orang. Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan termasuk Clara.
"Bang, kudengar perusahaanmu memilih Vanessa sebagai model untuk produk barumu. Apa itu benar?" Clara membuka perbincangan.
"Iya, itu benar," jawab Shady datar.
"Sudah kuduga jika kepulangannya ke tanah air pasti untuk mendekati Abang!"
"Jangan bicara sembarangan! Kami hanya sebatas rekan kerja saja."
"Itu menurut Abang. Tapi menurutku dia memang sengaja untuk mendekati Abang. Aku tahu sejak dulu Vanessa menyukai Abang."
Dea yang sedang menata makanan sedikit terkejut dengan pernyataan Clara. Tapi sebisa mungkin ia masih menunjukkan ekspresi wajah tenang seolah ia tidak mendengar apapun.
"Cukup, Clara!" Nilam merasa tak tahan dengan sikap putrinya.
"Meski wanita itu mendekati abangmu, tapi Abangmu ini sudah menikah dengan Dea. Abangmu bukanlah pria lajang!" tegas Nilam.
"Bu, pernikahan Abang dan Dea tidak dipublikasikan. Tidak ada yang tahu jika Bang Shady sudah menikah lagi. Yang mereka tahu adalah Bang Shady tetaplah seorang duda."
Kalimat Clara membuat semua orang terdiam. Meski Dea mencoba untuk tidak mendengarkan, tetap saja semua itu sudah masuk kedalam indera pendengarannya.
Dea menatap Shady yang tampak santai menyantap sarapan paginya. Dea memilih untuk menemui Naura di kamarnya. Satu-satunya hal yang membuat Dea bertahan adalah Naura. Gadis kecil yang sudah membuat Dea jatuh cinta dengan semua kepolosannya.
Saat sedang berada di kamar Naura, ponsel Dea berdering. Sebuah pesan dari Rasya. Mata Dea langsung berbinar ketika mendapatkan pesan itu.
"Sayang, mama harus pergi ke kampus. Kamu baik-baik ya di rumah bersama Oma," pamit Dea dengan mengecup kening Naura.
Dea segera berlari ke kamar dan bersiap. Dea sangat bersemangat kali ini. Jalannya untuk segera cepat lulus akan mulai tercapai.
"Apa yang membuatmu sangat bahagia?" tanya Shady yang melihat wajah sumringah Dea.
"Aku menitipkan berkas pendahuluan tugas akhirku pada asisten pak Rasya. Dan hari ini pak Rasya membalasnya. Dia bilang dia menyetujuinya dan memintaku sedikit merevisinya. Aku harus ke kampus sekarang!" cerita Dea senyum merekah. Ia mengambil tas slempangnya dan segera pergi.
"Aku akan mengantarmu!" ucap Shady.
"Eh? Ti-tidak perlu, Mas. Aku..."
"Tidak ada bantahan! Ayo!" Shady berjalan mendahului Dea.
"Ada apa dengannya?" lirih Dea bingung.
Tiba di parkiran kampus, secara tak sengaja mobil Rasya juga baru tiba di sana. Dea turun dari mobil. Begitu juga dengan Shady yang ikut turun karena melihat Rasya.
"Pak Rasya! Anda baik-baik saja?" tanya Dea berbasa basi.
"Iya, aku baik." Rasya melirik Shady yang berdiri dibelakang Dea.
"Dea, bisa tinggalkan kami?" ucap Shady yang membuat Dea bingung.
"Ada yang harus kubicarakan dengan Rasya," lanjut Shady.
Dea mengangguk kemudian berlalu.
"Tunggu aku diruanganku saja!" ucap Rasya yang mendapat anggukan kembali dari Dea.
Sepeninggal Dea, Shady bicara dengan Rasya di sebuah tempat yang agak sepi.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Rasya tak mau berbasa basi.
"Apa tujuanmu mendekati Dea?" tanya Shady yang juga tak berbasa basi.
Rasya tertawa kecil. "Tujuan? Apa maksudmu? Harusnya pertanyaan itu ditujukan untukmu sendiri bukan?"
"Apa?!"
"Sekarang aku tanya padamu, Shady. Untuk apa kau mempekerjakan gadis yang telah menyebabkan kecelakaan istrimu sendiri sebagai pengasuh putrimu? Kau bahkan membebaskannya dari penjara."
Mata Shady membola, tangannya terkepal.
"Katakan padaku, Shady. Apa yang kau dan Dea sembunyikan?" seru Rasya yang tak bisa lagi menahan emosinya.
B e r s a m b u n g
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus