Anandita putri Yasmin tidak menyangka akan mengalami kejadian yang tak terduga malam itu.
Karena sebuah kesalah pahaman dengan pemuda bernama Gavin putra Bagaskara mereka berdua harus menanggung konsekuensi dinikahkan malam itu juga oleh penduduk kampung karena dikira melakukan perbuatan asusila.
Anandita baru tahu setelah mereka menikah bahwa Gavin adalah murid disekolah tempat dia mengajar.
Bagaimanakah kisah perjalanan cinta mereka,akankah hubungan yang dimulai oleh sebuah salah paham bisa menjadi langgeng.
Silahkan dibaca reader tercinta semoga karya autor yang ini bisa menjadi teman kehaluan kalian.
Jangan lupa untuk meninggalkan like dan komen agar autor semangat untuk updatenya nanti.
Happy Reading reader semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7.Apartemen Gavin.
Depan Apartemen 😊
"Ayo turun"ajak Gavin pada Anandita setelah menghentikan motor sport miliknya.
"kita sudah sampai"tanya Anandita sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat tertiup angin saat naik motor Gavin tadi.
"ya"jawab Gavin sambil mulai berjalan masuk ke lobi Apartemennya.
Saat rambutnya sudah tidak menutup pandangannya lagi Anandita baru tau, ternyata sekarang dia bukan berada didepan rumahnya.
"tunggu Gavin!!"panggil Anandita sambil berjalan cepat untuk mengejar langkah Gavin yang sudah sampai didalam lobi Apartemen
"kita dimana sekarang"tanya Anandita dengan bingung,karena baru pertama kali datang kesana.
"ke Apartemenku"jawab Gavin singkat,dan tetap berjalan didepan Anandita.
Anandita langsung menghentikan langkahnya,saat Gavin bilang mereka sedang menuju Apartemen Gavin
Seketika tubuh Anandita merasa gemetar keringat dingin mulai muncul didahinya.
Jangan jangan Gavin mengajaknya ke Apartemennya sekarang karena ingin meminta haknya sebagai suami,pikir Anandita.
Anandita menatap kearah Gavin yang sekarang sudah berada didepan pintu lift dan mulai menekan tombol naik.
"Ayo"ajak Gavin karena melihat Anandita masih berdiri terpaku ditempatnya tadi.
Tak lama pintu lift sudah terbuka"ayo masuk"kembali Gavin memerintahkan Anandita untuk ikut masuk kedalam lift,sambil tangannya masih berusaha menahan pintu lift agar tidak tertutup.
Tapi Anandita masih tetap terpaku ditempatnya, kakinya seperti kaku tidak bisa digerakkan karena terlalu gugup.
Melihat Anandita tidak bergeming dari tempatnya semula terpaksa Gavin keluar lagi dari dalam lift dan berjalan menghampiri Anandita yang diam terpaku.
"ayo kita naik"tarik Gavin lembut pada tangan Anandita.
Dengan keringat dingin yang semakin banyak mengalir di dahinya, Anandita mengikuti langkah Gavin masuk kedalam lift.
Setelah sampai didalam lift Gavin baru melepas pegangan tangannya dari tangan Anandita.
"kau baik baik saja,An?"tanya Gavin karena melihat wajah Anandita yang sedikit pucat dan dahinya banyak mengeluarkan keringat.
"ya,aku nggak papa"jawab Anandita sambil menyeka keringat yang ada didahinya.
Tiba tiba Gavin mengulurkan tangannya kearah Anandita yang membuat Anadita secara reflek memundurkan wajahnya yang akan disentuh oleh Gavin.
"aku hanya mau memeriksa suhu tubuhmu"jelas Gavin karena melihat reaksi Anandita yang berlebihan itu.
"oh..maaf"ucap Anandita dengan wajah bersemu merah karena malu telah memberikan reaksi berlebihan pada sentuhan Gavin.
"kita sudah sampai"ucap Gavin,setelah penanda lift berbunyi dan kemudian pintu lift terbuka.
"ayo"ajak Gavin tanpa menggandeng tangan Anandita seperti saat masuk kedalam lift tadi.
Anandita mengikuti langkah Gavin dari belakang dengan pikiran yang sudah tidak karuan,dia merasa saat ini seperti pesakitan yang akan dibawa ketiang gantungan.
Sampai di dalam Apartemen Gavin menyuruh Anandita untuk duduk disofa ruang tamu yang ada disana.
"duduklah disitu An"suruh Gavin pada Anandita.
Dengan patuh Anandita langsung meletakkan pantatnya disofa ruang tamu itu.
"tunggu disini sebentar"perintahnya pada Anadita.
Semantara itu dia masuk ke dalam kamar.
Melihat gavin masuk kekamar otak Anandta berpikir,apakah sekarang saatnya dia menyerahkan mahkotanya pada Gavin,apakah tidak bisa ditunda dulu sampai mereka lebih saling mengenal
Jujur saja Anandita merasa masih belum siap kalau harus melakukannya sekarang,sebaiknya aku mengajak Gavin bicara,batinAnandita.
Anandita duduk dengan gelisah menunggu Gavin keluar dari kamar yang tadi dimasukinya.
Sedang apa Gavin dikamar itu,kenapa lama sekali,batin Anandita.
Anandita mengedarkan matanya sambil menunggu Gavin keluar,apakah Gavin tinggal disini sendiri,batinnya karena sejak dia masuk tadi tidak ada seorang pun dirumah ini yang menyambut kedatangan Gavin.
kalau dia tinggal disini sendiri lalu dimana orang tua Gavin pikir Anandita.
Dilihatnya dinding Apartemen itu,ada foto besar seorang wanita setengah baya yang terlihat masih cantik berdua dengan Gavin,tapi dengan usia berbeda dari sekarang,mereka tampak tersenyum bahagia difoto itu.
Tapi di Apartemen itu tidak dilihatnya wanita yang Anandita yakini pasti itu ibunya Gavin.
"apa yang kau lihat"
Anandita sangat terkejut saat mendengar suara Gavin yang tiba tiba sudah ada dibelakangnya.
"ah..itu.."Anandita menunjuk pada foto Gavin dan wanita yang ada difoto.
"itu Bunda"jawab Gavin sambil menatap foto itu dengan ekspresi yang tidak Anandita pahami.
"oo..lalu dimana Bundamu sekarang Vin,"tanya Anandita dengan penasaran karena tidak melihat kehadiran seorang pun di Apartemen besar itu.
"Bunda sudah meninggal setahun yang lalu"jawab Gavin dengan datar.
Anandita hanya diam mendengar penjelasan tentang wanita yang ada di foto itu.
Melihat Anandita yang tampak merasa tidak enak padanya karena sudah menanyakan hal itu Gavin memilih mengalihkan topik.
"sebaiknya kau membersihkan diri dulu"perintah Gavin pada Anandita.
"ha.."Anandita tampak terkejut mendengar perintah Gavin yang menyuruhnya untuk mandi.
seketika pandangannya beralih kepada Gavin yang berdiri disampingnya.
Ternyata Gavin mandi saat lama berada dikamar tadi, apakah dia benar benar akan meminta haknya sekarang,pikir Anandita.
Sebaiknya sebelum kami melakukan hubungan suami istri aku harus mengajaknya bicara sekarang,batin Anandita sambil menatap lekat kearah Gavin.
"ehem,Vin sepertinya kita harus bicara sekarang"ucap Anandita berusaha menahan rasa gugupnya karena akan membicarakan masalah yang sangat pribadi dengan seorang pria,meskipun pria itu suaminya tapi mereka belum saling mengenal bahkan tau nama Gavin saja dia baru tadi pagi.
"tentang apa"tanya Gavin sambil menjatuhkan dirinya duduk dikursi singgel yang ada diruang tamu.
"itu....itu..."Anandita sangat gugup untuk mengatakannya apalagi dilihatnya Gavin menatapnya dengan lekat.
"apakah hal yang sangat penting An"gavin berusaha bettanya agar Anandita tidak bertambah gugup.
"tentang ML"jawab Anandita sambol memalingkan wajahnya kesamping agar Gavin tidak melihat srmbutat metah dipipinya karena menahan malu mengatakan itu secata langsung,"bisakah kita menundanya dulu"tanya Anandita dengan wajah menunduk.
"kenapa?"
Anandita menghela nafas untuk menghilangkan perasaan gugup yang dirasakannya sekarang.
Dengan mengumpulkan keberaniannya ditatapnya wajah tampan Gavin saat bicara,benar kata ibu ibu malam itu dia sangat beruntung bisa menikah dengan Gavin karena Gavin mempunyai wajah yang tampan sepwrti oppa oppa korea.
"An.."
Seketika Anandita sadar dari lamunan konyolnya yang masih sempat mengagumi wajah tampan Gavin disaat serius begini.
"karena aku belum siap untuk melakukannya sekarang,bisakah kita menundanya dulu"
"sampai kapan"tanya Gavin.
"aku tidak tau sampai kapan waktunya tapi paling tidak sampai kita saling mengenal dulu Vin,karena apa yang terjadi dengan kita itu terlalu tiba tiba,apalagi dengan status kita berdua.."Anandita tidak tau bagaimana cara mengatakan pada Gavin bahwa mereka itu guru dan murid,
kalau dia mengatakannya takut itu akan membuat Gavin tersinggung.
"sepertinya kau sangat memikirkan posisiku yang masih menjadi seorang siswa"
"ya benar"jawab Anandita pelan takut kalau akan menyinggung harga diri Gavin.
seandai di balik, gavin yang marah tidak jelas karena omongan orang lain, dan minta cerai pada anadita, dia terus marah, membentak apakah kau akan anggap juga itu masalah biasa apakah kau juga akan adil jika membuat malah mengemis cinta seandai diperlakukan gitu oleh gavin
stop selalu menganggap kesalahan pemeran utama wanita (sudut pandangmu) adalah hal biasa dan tidak perlu dibesarkan
karena fakta nya yang dilakukan anadita adalah kesalahan serius dan fatal
*karena orang lain suami yang kena imbasnya
*minta cerai, fatal dan laknat
*marah, membentak, kurang ajar, dan durhaka,
*mau pergi dari rumah
ini semua sudah kesalahan serius,
begitu aja thor jika kau diperlakukan kayak gitu oleh suamimu, hanya karena omongan orang lain suami marah2, membentak, dan minta cerai dan mau pergi dari rumah apakah kau Terima begitu saja
thor jadi wanita jangan selalu hanya melihat sudut padang istri saja karena itu membuat kau sangat egois, lihat juga sudut pandang pria (suami)
sampai disini pahamkan
Gimana klo tengah malem cello kebangun 😁