Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 16
Selesai membersihkan diri, Rifki pun keluar dari dalam kamar mandi. Lalu dia melihat ke arah ranjang yang ternyata pakaiannya sudah di siapkan oleh Syasi.
Rifki tersenyum bahagia. Namun sedetik kemudian senyuman manis itu tiba-tiba memudar. Ia kembali mengingat bagaimana dulu dia memperlakukan Citra dengan sangat buruk.
Dan sekeras apapun Citra berusaha menyenangkan hatinya dulu, di matanya selalu salah. Bahkan jika Citra melakukan kesalahan sedikit saja, Rifki tak segan-segan untuk menghukum Citra.
Rifki menarik nafas dalam, lalu dia membuangnya perlahan. Hatinya terasa teriris jika mengingat bagaimana dulu dia memperlakukan Citra, wanita yang dulu sangat mencintainya tanpa syarat.
Namun disaat Rifki sedang melamun, tiba-tiba terdengar suara Syasi memanggil namanya. Dan rupanya wanita itu baru saja datang dan membawa nampan berisi makanan di atasnya.
"Mas belum siap, apa aku perlu membantu untuk memakaikan pakaian mu," tanya Syasi sambil meletakkan nampan itu di atas meja.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri," jawab Rifki sambil beranjak dari tempat tidur, lalu dia masuk kedalam ruang ganti.
Sebenarnya hari ini Rifki tidak ingin masuk kerja, tapi karena barusan Tomy menghubunginya, dan mengatakan kalau kerjasama perusahaan mereka dengan Pratama Group telah di batalkan, akhirnya Rifki memutuskan untuk masuk. Dan rencananya hari ini dia akan berkunjung ke kantor Citra.
Sedangkan Syasi, sambil menunggu Rifki selesai memakai baju, iapun mulai menata makanan yang Ia bawa di atas Meja. Dan tidak berselang lama Rifki pun keluar dari dalam ruang ganti. Lalu dia menghampiri Syasi yang sedang duduk di atas Sofa.
"Sayang maafkan aku sepertinya hari ini aku tidak bisa menikmati makanan buatan mu, karena saat ini aku sedang terburu-buru," ujar Rifki sambil mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Syasi. Lalu dia mencium kening Syasi dengan lembut.
Syasi yang mendengar penuturan Rifki, raut wajahnya seketika berubah. Kemudian dia mendengus kesal.
"Baiklah, untuk kali ini tidak masalah. Karena aku sadar kalau sekarang pekerjaanmu lebih penting dari pada apapun," ujar Syasi sambil memperbaiki posisi dasi suaminya.
Rifki kembali mencium kening Syasi dengan lembut, Lalu dia keluar dari dalam kamar sambil berjalan perlahan menuruni anak tangga satu persatu.
*****
Citra yang sudah sampai di Bali, kemudian dia keluar dari bandara sambil menyeret koper miliknya. Dan dalam waktu yang bersamaan pula, Angga juga ternyata pergi ke Bali untuk perjalanan bisnis dan saat ini dia sedang bersama dengan sekretaris pribadinya yang bernama Anton.
Angga yang sibuk berbicara mengenai bisnis dengan Anton, tanpa sengaja menabrak seseorang.
"Aw...!" pekik Citra yang hampir saja tersungkur.
"Maaf, aku tidak sengaja," ujar Angga. Lalu dia membuka kacamata hitamnya.
Namun, betapa terkejutnya Angga saat melihat wajah orang yang ditabraknya.
"C-Citra. Kamu Citra 'kan, aku tidak mungkin salah lihat," ujar Angga sambil mengucek matanya hingga beberapa kali takut dirinya salah lihat.
Begitu pula dengan Citra, dirinya sangat terhenyak melihat keberadaan Angga. Seakan dia tidak percaya kalau Ia bertemu dengan Angga di Bali.
Citra menyunggingkan senyuman, lalu dia mengatakan kalau dirinya adalah Citra.
"Kebetulan sekali," ujar Angga merasa sangat senang dan bahagia, bahkan senyumnya tak pernah pudar sejak mengetahui kalau wanita yang berada di hadapannya itu adalah Citra.
"Jadi sekarang kamu mau kemana Cit?" tanya Angga. Lalu dia menawarkan pada Citra untuk satu penginapan dengannya.
Citra menolak, karena saat ini dia butuh ketenangan. Jadi dia lebih memilih menginap di Villanya sendiri.
Angga tersenyum masam. Lalu dia meminta alamat Villa Citra.
Citra pun memberikan alamat Villanya, setelah itu dia pergi meninggalkan Angga.
"Dah...aku pergi dulu Angga, jika kau tidak sibuk kau boleh berkunjung ke Villa ku," ucap Citra.
Setibanya di Villa, Citra disambut beberapa pelayan yang selama ini bekerja mengurus Villa milik keluarga Pratama. Dan salah satunya bernama Ninik, ketika melihat kedatangan Citra dia langsung tersenyum mengembang. Kemudian dia menghampiri Citra dan membawakan koper milik Citra kedalam kamar.
"Terima kasih Bibi," ucap Citra sambil tersenyum ramah.
"Sama-sama Non Citra," Kemudian Bi Ninik pergi meninggalkan kamar Citra.
Setelah kepergian Bi Ninik, Citra langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, sebab dirinya terlalu lelah dalam melakukan perjalanan, dan tanpa butuh waktu lama akhirnya diapun langsung masuk ke alam mimpi.
****
Sedangkan Rifki yang sudah sampai di perusahaan Pratama, dia langsung berjalan menuju ruangan Citra.
Ya, Rifki sudah tau banyak tentang perusahaan Citra, karena ini bukanlah kali pertama dirinya menginjakkan kaki di kantor itu.
Sesampainya di depan ruangan Citra yang bertuliskan ruangan direktur utama, Rifki pun mengetuk pintu.
Robin yang kebetulan berada di dalam ruangan Citra, dia cukup terkejut mendengar seseorang mengetuk pintu. Bukankah hari ini dia tidak membuat janji pada siapapun.
Ketokan pintu itu kembali terdengar membuat Robin tersadar dari lamunannya.
"Masuk," ucapnya kemudian.
Setelah mendengar seruan dari seseorang yang berada di dalam. Rifki pun mendorong pintu itu perlahan.
Namun dirinya cukup tersentak melihat keberadaan Robin di ruangan Citra, lalu dia celingak-celinguk mencari keberadaan Citra. Namun dia tidak menemukannya.
Robin mempersilahkan Rifki untuk duduk di Sofa. Kemudian di ikuti oleh dirinya.
"Ada perlu apa kau datang kemari,Tuan Rifki?" tanya Robin.
Sebenarnya Robin cukup muak melihat wajah Rifki, apalagi setelah mendengar pengakuan dari Citra, bahwa Rifki selama ini memperlakukan sahabatnya itu dengan sangat buruk.
Dengan santai, Rifki pun menjawab pertanyaan Robin tersebut. Yang menurut nada bicara Robin Rifki tau betul, bahwa laki-laki yang berada di hadapannya itu tidak menyukai kehadirannya.
"Aku datang ke sini untuk bertemu dengan Citra, bukan dengan dirimu, jadi aku minta sekarang panggilkan istriku se...ka..rang," jawab Rifki penuh tekanan.
Robin mengupat dalam hati mendengar kesombongan yang ditunjukkan oleh Rifki.
"Citra tidak ada, dan dia sudah memberikan surat kuasa untukku memegang penuh perusahaan ini. Jadi, jika kau ada pertanyaan mengenai perusahaan. Silahkan bertanya padaku," sanggah Robin.
Rifki yang sebelumnya ingin menanyakan tentang alasan pembatalan kerjasama antar perusahaannya, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya. Karena Citra tidak ada.
Rifki menarik nafas dalam.
"Dimana Citra?" tanya Rifki.
"Aku tidak tau, bukankah kau ini suaminya. Kenapa kau bertanya padaku. Aneh...!" ujar Robin.
Rifki berdecak kesal mendengar jawaban Robin. Lalu dia kembali menanyakan keberadaan Citra untuk ke dua kalinya.
"Aku sudah bilang, aku tidak tau," jawab Robin berbohong.
Rifki yang mulai tersulut emosi, kemudian dia berdiri dari tempat duduknya, lalu dia mendekat kearah Robin dan sedetik kemudian Rifki menarik kerah baju Robin.
"Katakan, dimana keberadaan Citra. Jika tidak....!" ucap Rifki terhenti karena Robin langsung memotong ucapannya.
"Jika tidak apa? kau ingin memukulku. Silahkan Tuan Rifki. Jika kau punya nyali," jawab Robin. Dan sepertinya Robin juga sudah mulai tersulut emosi.
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr