NovelToon NovelToon
Istri Ku Penghianat

Istri Ku Penghianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kasih sayang yang di balas oleh penghianatan

Pov mentari

Aku berdiri di dapur, mencuci piring dengan pikiran yang terus melayang ke arah Arga. Wajahnya tadi, penuh lelah dan luka, begitu membekas di hatiku. Aku mengenal Pak Arga bukan hanya sebagai majikanku, tetapi juga sebagai sosok pria yang penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Bagaimana mungkin seseorang sepertinya harus menanggung luka sedalam ini?

Aku tahu ada sesuatu yang tidak beres di antara Pak Arga dan Mbak Alya. Meski mereka berusaha menyembunyikannya, aku cukup peka untuk menyadarinya. Tatapan kosong Pak Arga, caranya menghindari kontak mata, dan nada suaranya yang berat adalah tanda-tanda bahwa ada badai yang sedang menghantam rumah tangga mereka.

Aku menghela napas panjang, lalu mengeringkan tangan. Pikiranku kembali pada Mbak Alya. Wanita itu… tidak pernah kekurangan apa pun. Pak Arga memberinya segala yang dia butuhkan rumah mewah, pakaian mahal, bahkan perhatian dan cinta yang tulus. Pak Arga bukan hanya suami yang baik, tapi juga pria yang selalu memikirkan kebahagiaan istrinya lebih dari dirinya sendiri.

Namun, aku tidak menyangka jika dugaan yang selama ini aku pikirkan benar bahwa Mbak Alya menyembunyikan sesuatu dari Pak Arga aku tak bisa membayangkan betapa hancurnya hati Pak Arga. Kenapa ada orang yang tega membalas kasih sayang sebesar itu dengan pengkhianatan? Apa yang sebenarnya kurang dari Pak Arga hingga Mbak Alya mencari kebahagiaan di tempat lain?

Saat aku kembali ke ruang tamu untuk membersihkan meja, aku melihat Pak Arga masih duduk di sofa, memandangi lantai dengan pandangan kosong. Hatiku teriris melihatnya seperti itu. Aku tak berani bertanya lebih jauh, takut menyakiti perasaannya. Tapi dalam hati, aku bersumpah satu hal

"Jika benar Mbak Alya mengkhianati cinta Pak Arga, maka dia tidak pantas mendapatkan pria seperti ini. Tidak pantas sama sekali."

Sambil mengelap meja, aku memikirkan bagaimana dulu aku iri pada Mbak Alya. Betapa tidak? Dia memiliki segalanya suami yang baik, hidup yang nyaman, bahkan cinta tanpa syarat. Tapi sekarang, rasa iriku berubah menjadi kasihan. Kasihan karena dia memiliki segalanya, tetapi memilih untuk merusaknya sendiri.

Aku hanya bisa berharap, jika suatu hari kebenaran ini terbongkar, Pak Arga akan menemukan kebahagiaan baru yang jauh lebih layak untuknya. Karena orang sebaik dia tidak seharusnya hidup dalam bayang-bayang pengkhianatan.

Arga mengangkat kepalanya perlahan, menatap bayangan dirinya di kaca yang tergantung di ruang tamu. Wajahnya pucat, matanya merah karena kurang tidur, dan ekspresinya penuh beban. Tapi dalam hati, dia tahu dia tidak bisa terus terlihat seperti ini.

Tidak ada yang boleh melihat kelemahannya—tidak Alya, tidak Mentari, dan tidak siapa pun. Egonya terlalu tinggi untuk menunjukkan bahwa dirinya terluka. Dia adalah Arga Pratama, seorang pria yang selalu berdiri kokoh di atas segalanya. Tapi kini, kenyataan yang dihadapinya menguji batas kekuatannya.

Arga menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak amarah dan rasa sakit yang bercampur menjadi satu. "Aku akan membalasnya," pikirnya dengan penuh tekad. "Tapi tidak sekarang. Aku akan menunggu waktu yang tepat. Biarkan dia merasa aman dan nyaman dulu, biarkan dia berpikir bahwa aku tidak tahu apa-apa."

Dia bangkit dari sofa, merapikan kemejanya, dan melangkah ke kamarnya. Setiap langkah terasa berat, namun dia memaksakan dirinya untuk tetap berjalan tegak. Di depan cermin besar di kamar, dia menatap dirinya sendiri.

"Aku tidak akan lemah," gumamnya dengan nada yang hampir seperti janji. "Aku tidak akan membiarkan dia menang. Alya akan tahu seperti apa rasanya dikhianati, tapi aku akan melakukannya dengan caraku."

Arga memutuskan untuk menyimpan semua emosinya jauh di dalam hatinya. Dia akan terus bersikap biasa di depan Alya tetap menjadi suami yang perhatian dan penuh kasih seperti yang selama ini dia tunjukkan. Setiap senyuman, setiap tatapan hangat, semuanya hanya akan menjadi bagian dari permainan besar yang sedang dia susun.

Meski menyakitkan, Arga tahu dia harus bertahan. Karena untuk membalas pengkhianatan sebesar ini, dia harus bermain dengan hati-hati. Dan untuk itu, dia harus tetap terlihat tenang, bahkan jika hatinya terasa seperti dihancurkan berkali-kali setiap kali dia melihat Alya.

"Waktuku akan tiba," pikirnya, mengepalkan tangan. "Aku akan membuatnya menyesal karena telah mengkhianatiku."

Dengan langkah yang mantap, Arga keluar dari kamar. Dia kembali ke ruang tamu, bersikap seperti tidak ada yang terjadi. Mentari, yang masih di dapur, melirik ke arahnya dengan sedikit heran. Tapi Arga hanya melemparkan senyuman tipis, seolah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

Namun di balik senyum itu, hatinya sudah berubah menjadi medan perang yang siap meledak kapan saja.

Pintu rumah terbuka perlahan, dan langkah Alya terdengar memasuki ruang tamu. Wajahnya cerah, senyuman manis menghiasi bibirnya seolah dia baru saja melewati hari yang penuh kebahagiaan. Dia bahkan bersenandung kecil saat melepas sepatu di dekat pintu, tanpa menyadari tatapan dingin yang menunggu dari Arga.

Arga duduk di sofa, pura-pura sibuk membaca koran. Matanya menatap tajam ke arah Alya dari balik lembaran kertas, menahan gejolak panas yang mendidih dalam hatinya. Senyuman di wajah istrinya itu terasa seperti penghinaan, seolah dia bangga dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Mas sudah pulang duluan?" tanya Alya dengan nada riang, melirik sekilas ke arah suaminya. Dia melangkah mendekat sambil melepas tasnya dan meletakkannya di atas meja.

Arga melipat koran perlahan, menatap Alya dengan senyuman tipis yang nyaris tidak menyentuh matanya. "Iya, pulang lebih awal. Lagi nggak banyak kerjaan di kantor," jawabnya, mencoba bersikap tenang meski hatinya membara.

Namun, semakin lama dia melihat Alya, semakin muak dia rasanya. Betapa menjijikannya tubuh yang pernah dia cintai itu. Tubuh yang dia peluk dengan kasih sayang kini ternoda oleh pria lain. Hatinya terasa seperti diiris sembilu saat membayangkan apa yang Alya lakukan di balik pengkhianatan itu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Arga, menyembunyikan kemarahan di balik suaranya yang tenang.

"Oh, nggak apa-apa, Mas. Tadi di luar ketemu teman lama, ngobrol sebentar, jadinya senang aja," jawab Alya santai, lalu berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air.

Arga mengepalkan tangannya di bawah meja, mencoba menahan dirinya agar tidak meluapkan amarah saat itu juga. "Teman lama? Atau pria yang kamu simpan di belakangku?" pikirnya, namun dia tetap menutup rapat semua tuduhan itu di dalam dirinya.

Senyuman Alya yang polos, tawa kecilnya saat menatap layar ponselnya, semuanya terasa seperti racun yang menggerogoti Arga dari dalam. Namun dia tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan kartu-kartunya. Dia harus sabar, harus memainkan perannya dengan sempurna, hingga akhirnya dia bisa menjatuhkan Alya dan pria itu sekaligus.

"Mas, aku mandi dulu, ya," ujar Alya dengan nada riang, melangkah menuju kamar mereka.

Arga hanya mengangguk, menatap punggung istrinya yang berjalan menjauh. Dalam hati, dia memantapkan sumpahnya. "Nikmati senyummu sekarang, Alya. Tapi aku bersumpah, aku akan menghancurkan duniamu. Aku akan membuatmu menyesal seumur hidup karena telah mengkhianatiku."

Ketika pintu kamar mandi terdengar tertutup, Arga menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Namun, senyuman Alya yang tadi terus menghantui pikirannya. Dia tahu, setiap detik yang dia habiskan berpura-pura tidak tahu akan semakin menyiksa. Tapi dia juga tahu, kesabaran adalah kunci untuk balas dendam yang sempurna.

1
Talnis Marsy
/Good/
Irma
semangat Thor semangat
Irma
udah di kasih suami pengertian nggak kasar mapan pula masih saja kau selingkuh manusia sekarang kurang bersyukur banget

semangat Thor
ayusw: terimakasih sudah mampir,terus ikuti ceritanya ya kak like dan komen biar aouthor semangat buat update nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!