Naya menjadi wisudawan terbaik di hari itu. Tapi siapa sangka, ternyata Papanya sudah menikahkan Dia dengan anak temannya sendiri secara diam-diam tanpa sepengetahuan Naya.
Lantas apakah Naya akan terpaksa melanjutkan rumah tangga barunya atau lari dari kenyataan?
Simak terus updatenya di TERJEBAK PERNIKAHAN RAHASIA DI HARI WISUDA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 Gara-gara Pembalut
“Woyy... manusia... tolongin dong... ”
“Biarin aja. ” Batin Alfath. Dia masih duduk sambil menscroll gadgetnya.
“Punya telinga nggak sih tuh orang... ”
“Woyyy... Kau... jangan diem aja dong... ” Alfath yang risih dengan teriakan Naya mencoba mengalah. Dia menghampiri pintu kamar mandi.
“Kalau ngintip itu jangan di buka lebar-lebar pintunya... ”
“Cepetan... ”
“Kamu mau Aku mandi bersamamu? ”
“Bacot... Cepetan sini... ”
“Orang kalau mau minta tolong itu bicara yang baik. Bukan teriak-teriak seperti orang kesetanan. Apalagi bilang woyyy...woyyy... Nggak sopan banget. Untuk kali ini kesabaranku sedikit penuh. Kalau nanti. TIDAK... ”
“Berhenti ceramah Bodong... Tolong ambilin itu dong... ” Naya sedikit gugup.
“Apa...? Kalau ngomong yang jelas. Jangan setengah-setengah. Ini manusia bukan Alien. ”
“Itu... Disana... cepetan... Jangan banyak tanya... ”
“Iya... yang mana? itu mah banyak nona Naya Almeera. ”
“Aduh gimana ya ngomongnya___”
“Ga jelas banget. Udah ah Aku mau tidur. Ngantuk___”. Alfath meninggalkan Naya begitu saja tanpa memberikan pertolongan apapun.
“Tunggu... Tolong ambilin pembalut. ”
Mata Alfath membulat. Segera balik badan. Karena kaget. Dia juga seperti agak gugup.
“Pembalut? ”
“Iya... Cepetan... ”
“Yang biasanya di pakai perempuan saat itu? ”
“Iya. Banyak nanya lagi... Cepetan... ”
“Aku kan mana paham... ”
“Coba cari di laci pertama deh... ”
“Merk-nya apasih? ”
“Ah... pake nanya lagi...Ya lupa lah Aku... ”
“Nggak ada. ”
“Laci kedua, ketiga. ”
“Nggak ada. ”
“Di belakang tumpukan baju... Cari semuanya...!!! ”
“Oh iya ada... ”
“Cepet bawa sini... ”
“Yaelah Nay, ini mah tinggal bungkusnya aja. Nggak ada isinya... ”
“Ya salam, kalau gitu beliin dong... ”
“Hah, gila Kamu ya... Nggak ah. Aku nggak mau. Titik. ”
“Jahat banget sih Kamu. Ayolah... please, Sakit banget ini... ”
Entah kenapa setiap kali Naya meminta sesuatu kepadanya, Al-Fath selalu memberi. Dan tidak ingin menolak.
“Belinya dimana...? ”
“Di indomaret kek, Alfamart kek, atau apalah terserah. Pokoknya jangan lama-lama. Nanti keburu Aku pingsan. Ini rasanya udah sakit banget. ”
Setiap kali ada kata pingsan Alfath selalu ketakutan. Sehingga Dia segera menyanggupi permintaan Naya. Meskipun agak sedikit gugup
“Oke... Oke, wait a minute. Aku segera kembali... ”
...****************...
“Sialan... bisa-bisanya cewek itu nyuruh-nyuruh. Dan Aku...? Mau aja disuruh Dia. Aduh Fath, sadar Kamu... Sadar... ”. Sepanjang perjalanan mencari toko yang buka, Alfath terus mengomel sendiri. Jam sudah menunjukkan pukul 23.50. Sudah hampir tengah malam. Kurang sepuluh menit lagi.
“Demi apa coba... Rela mati-matian keliling di jalanan cuma demi beli PEMBALUT. Ah tadi apa namanya Aku hampir lupa. ”
“Pembalut...? ”
“Masa iya sih...? ”
Satu Indomaret sudah tutup. Alfath pergi ke tempat lainnya. Indomaret kedua, tutup lagi. Pindah tempat lagi. Alfamart, Zonk.
“Sial... Mau cari kemana lagi sih benda ini...? ”
Alfath terus berkeliling jalan raya. Hampir tiga puluh menit waktunya terbuang sia-sia. Dia hampir putus asa. Tapi tidak berani pulang. Takut jika Naya mengomel dan meneriaki dirinya.
“Nggak peduli... Aku mau tidur, capek keliling dunia. Udah pada tutup semua tokonya... ”
Alfath teringat saat tadi Naya berteriak memanggil dirinya dengan sebutan “Manusia”. Hatinya masih dongkol.
“Sebagai pembalasannya. Aku pulang tidak akan membawakan Dia Pembalut. Titik. Enak aja anak itu teriak-teriak panggil “manusia”. Aku juga punya nama kali... ”
Ting... Satu pesan muncul di layar notifikasi handphone Alfath.
“Naya”
Alfath tidak membuka pesan itu, Dia hanya mengintip dari bar notifikasi.
Naya
Cepetan... Udah mau mati nih rasanya...