Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
"Aku akan anterin ini dulu, Lin. Kamu nggak papa, kan, aku tinggal bentar?"
"Iya, Kak, nggak papa. Lagian di sini ada Putri juga kok."
"Kalau dia ke sini, kamu langsung teriak aja, ya, dan kamu harus pikirin tawaran aku tadi. Aku tunggu jawaban kamu besok," ucap Aulia kemudian berlalu pergi.
Saat Alin akan berjalan menuju dapur kafe, tiba-tiba ada orang yang langsung menarik tangannya hingga membuat Alin berbalik dan tanpa sengaja memeluk orang tersebut.
"Pak Al ... mppm!" Alin sangat terkejut melihat keberadaan Al yang langsung menutup mulut Alin dengan tangannya.
"Kamu jangan macam-macam dengan saya, Alin, kalau kamu berani kabur dari saya, saya pastikan kamu nggak akan bisa hidup tenang. Dan satu lagi, anak buah saya akan mengawasi kamu dari jauh. Jadi, jangan harap kamu bisa pergi dari kota ini," bisik Al. Alin berusaha untuk melepaskan diri dari Al, tapi tenaga Al jauh lebih besar darinya.
"Hei! Kamu apain teman saya?" Seseorang berteriak kencang yang membuat Al pun segera melepaskan Alin dari pelukannya.
"Loh! Bang Al?" Orang itu ternyata adalah Putri. Putri begitu kaget saat Al membalikkan badannya.
"Sorry, Put, tadi gue nggak sengaja meluk teman lo, dia hampir aja jatuh tadi makanya gue tolongin."
"Oh gitu? Aku kira tadi Bang Al mau ngapain." Putri mendekat pada Alin.
"Gue ke meja gue dulu, ya, Put." Sebelum pergi Al masih sempat menatap Alin tajam dan menekankan lewat tatapan itu jika ancamannya tak main-main.
"Iya, Bang. Terima kasih, ya, udah nolongin teman aku," ucap Putri sambil tersenyum pada Al dan merangkul Alin yang masih membisu.
"Iya, sama-sama." Al lalu meninggalkan Alin dan Putri untuk kembali ke mejanya.
"Kamu nggak papa, kan, Lin?" tanya Putri yang terlihat khawatir.
"I---iya, aku nggak papa, kok, Put," jawab Alin yang sedikit tergagap karena masih syok dengan kejadian tadi.
"Aku ke toilet bentar, Put," lanjutnya lalu meninggalkan Putri yang masih menatapnya dengan rasa penasaran.
***
Malam ini, Al sedang mengantar Bella pulang. Kini, mobilnya pun sudah tiba di depan apartemen yang dia belinya untuk Bella.
"Sayang, kamu kenapa? Kok, dari tadi diam aja?" tanya Bella yang sejuk tadi memperhatikan Al yang tengah memikirkan sesuatu.
"Ternyata kita udah salah nuduh Alin. Bukan dia yang udah nyuruh orang yang ngambil barang-barang kamu kemarin. Raja yang udah ngelakuin itu karena dia mau ngerjain kamu." Setelah didesak Bella, akhirnya Al membuka suara.
"Terus? Maksud kamu, kamu nyesal nyakitin dia semalam, iya?" tanya Bella sedikit kesal dan tak suka mendengar nada bicara Al yang seakan menyesal telah menyakiti Alin.
"Nggak, bukan gitu, tapi---"
"Tapi apa, Al? Kamu mau bilang kalau kamu merasa bersalah? Ingat, Al, ayahnya yang udah bunuh adik kamu, kamu nggak boleh kasihan sama dia. Anggap aja semalam kamu nyakitin dia untuk balas dendam, jadi, kamu nggak perlu merasa bersalah. Adik kamu udah aku anggap kayak adik aku sendiri, jadi, aku mohon, buat anak pembunuh itu menderita lalu setelah itu bunuh dia."
Al hanya diam mendengar perkataan Bella.
"Kamu dengar aku, kan, Al?"
"Iya, aku dengar. Aku janji nggak akan lakuin hal lagi," ucap Al.
Tentu saja jawaban itu membuat Bella sangat senang. Tak akan ia biarkan dendam di hati Al untuk Alin memudar begitu saja, akan dia buat api dendam itu semakin besar dan membakar Alin dengan rasa sakit yang begitu menyedihkan.
"Terima kasih udah ngantarin aku, aku masuk dulu, kamu hati-hati di jalan." Bella keluar dari mobil Al. Setelah itu, Al pun melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah.
***
Kini, Alin sedang menyusuri jalanan untuk pulang ke rumah Al. Sebenarnya, Putri tadi mengajaknya untuk pulang bersama dia dan Andre. Namun, Alin menolaknya karena tak ingin Putri tau di mana dia tinggal dan memilih berjalan sambil menunggu ojek yang lewat.
Namun, sampai sekarang, belum ada tanda-tanda ojek akan lewat, karena jalanan lumayan sepi dan malam sudah semakin larut.
"Hai cantik."
Tiga orang preman menghadang Alin, membuat Alin langsung ketakutan.
"Maaf, Bang, saya nggak punya barang mahal, tolong biarin saya lewat," ucap Alin yang ketakutan sambil berjalan mundur karena para preman itu berjalan mendekatinya dengan senyum menyeringai.
"Neng cantik nggak usah takut, kita nggak akan ngapa-ngapain neng kok, kita cuma mau senang-senang doang."
"Ayo kita senang-senang dulu yuk, Neng." Tiga premium itu menatap Alin dengan tatapan penuh hasrat. Kecantikan Alin membuat mereka seperti kehilangan akal sehingga sudah tak sabar menikmati tubuh indahnya.
"Nggak, saya nggak mau, saya mau pulang," teriak Alin yang bersiap untuk lari. Namun, salah satu preman langsung menahan tangannya.
"Lepasin! Tolong!"
"Percuma kamu teriak, nggak akan ada yang bisa nolongin kamu. Hahaha...."
"Tolong!" Malam sudah semakin larut dan tak ada siapapun yang melewati jalanan sepi tersebut. Namun, Alin terus berteriak meminta tolong dan berharap ada seseorang yang datang menyelamatkannya.
"Ayo cepat bawa dia, gue udah nggak sabar nih." Salah satu preman sudah membuka pakaian bagian atasnya lalu menyeluruh dua temannya untuk menyeret Alin ke semak-semak yang ada di pinggir jalan.
Dor!
Dor!
Dor!
Satu tembakkan berhasil menembus jantung preman yang sudah bertelanjang hingga tewas. Kemudian dua tembakkan lagi berhasil mengenai dua orang yang tersisa hingga mereka pun juga tewas. Kejadian itu terjadi secara spontan dan tepat di depan Alin.
Alin yang menyaksikan kejadian itu pun langsung shock. Bayangan saat Charles menembak ayahnya di depannya membuatnya tak sadarkan diri. Namun, sebelum Alin ambruk, seorang pria langsung menangkap tubuhnya.
"Kalian urus mayat-mayat ini, bawa ke tempat biasa dan pastikan polisi tidak curiga," perintah pria tersebut kepada anak buahnya.
"Baik, Tuan!"
Pria itupun memasukkan Alin yang pingsan ke dalam mobilnya lalu meninggalkan tempat itu.
***
Di sebuah kamar yang gelap, terlihat seorang gadis yang terbaring di tempat tidur. Dari wajahnya terlihat jelas kesedihan yang mendalam.
"Ayah, jangan tinggalin Alin, Yah. Alin mau ikut Ayah," racaunya masih belum membuka matanya.
"Ayah!" Jeritan Alin yang begitu keras, berhasil membangunkan seorang pria yang sedang tidur di sebuah sofa yang tidak jauh dari tempat tidurnya.
"Ayah, Alin takut, Yah. Kenapa Ayah ninggalin Alin? Alin kangen sama Ayah," tangis Alin yang terbangun sambil memeluk lututnya.
Melihat Alin yang menangis seperti itu, membuat pria yang tadinya duduk di sofa kini berpindah duduk di samping ranjang lalu membawa Alin ke dalam pelukannya, membiarkan Alin menangis sepuasnya di dalam dekapannya.
Entah dorongan dari mana, Alin pun membalas pelukan tersebut dengan sangat erat. Dia tidak peduli siapa pria yang sedang memeluknya itu, karena gelapnya ruangan tersebut, membuatnya tidak bisa melihat wajahnya.
Pria tersebut mengelus punggung Alin dengan lembut, berusaha memberikan ketenangan untuknya.
Alin semakin mempererat pelukannya saat pria tersebut mencoba untuk melepaskannya.
"Jangan di lepas, saya nyaman seperti ini. Tolong," lirih Alin.
Pria itu menghela napas panjang lalu memeluk Alin dengan erat.
Setelah cukup lama, pria itu merasa Alin sudah cukup tenang, dia pun melepaskan pelukanny, lalu membaringkan tubuh Alin kembali ke tempat tidurnya. Pria itu pun menghapus sisa-sisa air mata di sekitar mata indah milik Alin yang kini sudah kembali tertidur pulas.
"Apa gue udah keterlaluan sama lo? Tapi apa yang harus gue lakuin, Lin. Gue sebenarnya nggak mau lakuin ini, tapi setelah apa yang udah bokap lo lakuin sama adik gue, membuat rasa benci gue ke lo lebih besar dari rasa kasihan gue ke lo, Lin," gumam Al yang menatap Alin yang tertidur pulas.
Ya, pria tersebut adalah Al. Al-lah yang sudah menolong Alin dari para preman yang ingin mengganggunya. Lalu Al pun membawa Alin yang pingsan pulang ke rumah, lalu meletakkannya di kamar miliknya.
Setelah cukup lama menatap Alin, Al pun kembali berbaring di sofa dan melanjutkan tidurnya.
***
Pagi hari yang cerah ini, Alin terbangun dari tidurnya. Dia pun segera membuka matanya dan terkejut saat melihat di mana dia berada.
"Loh, kok, aku ada di kamar Pak Al? Jangan-jangan ... Tidak!" Alin langsung berteriak lalu dia membuka selimutnya.
"Syukurlah." Dia begitu lega saat mengetahui Al tidak melakukan apa yang sempat terlintas di otaknya.
Kemudian tatapan Alin tertuju pada sofa yang masih terdapat bantal dan selimut di sana.
"Jadi, semalam dia tidur di sofa?" gumamnya.
Kemudian pandangan Alin jatuh pada sepiring nasi goreng yang terletak di atas meja kecil di samping ranjang, tak lupa pula sebuah surat yang tergeletak di sampingnya. Dia pun segera membaca isi surat tersebut.
[Cepat habiskan nasi goreng itu, setelah itu rapikan kamar saya. Saya nggak mau kamar saya tercemar karena kamu. Jangan anggap saya baik sama kamu karena sudah biarin kamu tidur di kamar ini. Satu lagi, jangan salahkan saya kalau rasa nasi goreng itu sedikit asin, karena itu bukan salah saya] Itulah isi surat yang di tulis Al untuk Alin.
"Kalau emang dia benci sama aku? Kenapa dia nyelamatin aku semalam? Kenapa dia nggak biarin aja orang-orang itu jahatin aku?" gumam Alin yang bertanya-tanya dengan sikap Al yang menurutnya sedikit aneh.
Al begitu membenci Alin. Lalu untuk apa dia menyelamatkan Alin? Seharusnya dia biarkan Alin dinodai oleh para preman itu dan bukannya menolongnya lalu membiarkan Alin tidur di kamarnya. Sungguh semua ini membuat Alin sedikit kaget dengan perubahan sikap Al padanya.
Karena sudah merasa lapar, Alin langsung menghabiskan nasi goreng itu hingga tak tersisa sama sekali.
"Mana ada asin, nasi goreng enak kayak gitu kok," batin Alin menatap piring yang sudah kosong. Saking enaknya nasi goreng buatan Al, sampai tak ada sisa walau hanya sebutir nasi pun di sana.
Setelah itu, Alin pun membersihkan kamar Al.
Namun, saat sedang asik membersihkan, matanya tak sengaja menangkap selembar kertas yang membuatnya penasaran. Kemudian ia memungut kertas yang berada di lantai kamar dan membacanya.
"Hah? Jadi, Pak Al yang udah bayar uang kuliah aku?" batin Alin tak percaya saat membaca kertas tersebut.
Teringat beberapa hari yang lalu ada seseorang yang berbalik hati melunasi uang kuliahnya dan sekarang ketika ia sudah tau siapa orang itu, Alin begitu tak menyangka. Lagi-lagi Alin semakin yakin bahwa sebenarnya Al adalah seorang pria yang baik. Hanya saja, dendam pria itu padanya membuat kebaikan hatinya tertutupi oleh dendam.
"Secepatnya aku akan ganti uang dia, aku nggak mau punya hutang sama Pak Al," ujar Alin lalu melanjutkan pekerjaannya membersihkan kamar Al.
Setelah selesai, dia pun segera berlari menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Dia baru ingat kalau dia ada mata kuliah siang ini.
Namun, saat tiba di kamar, dia pun kembali menemukan surat dari Al di atas tempat tidurnya. Dia pun segera mengambil dan membacanya.
[Satu lagi, selama satu Minggu penuh, kamu nggak boleh keluar dari rumah ini, apa lagi mencoba untuk kabur dari saya. Handphone kamu saya yang pegang, saya nggak mau kamu minta bantuan orang lain untuk kabur. Kalau kamu berani kabur, awas aja] tulis Al yang diakhiri dengan ancaman.
Alin terduduk lemas di tepi kasur lantai yang sudah menipis, menatap surat itu dengan sendu.
"Yah, kalau gini caranya, gimana aku bisa ganti uang dia coba? Aku juga nggak bisa kasih kabar sama Putri atau Kak Lia kalau aku nggak masuk kerja seminggu," gumamnya putus asah.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏