NovelToon NovelToon
LEMBAYUNG DI BALIK JENDELA

LEMBAYUNG DI BALIK JENDELA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / duniahiburan / Fantasi Wanita
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dedhy Karlang

Kehidupan Aira berubah ketika seorang pria misterius bernama Arga pindah ke rumah di sebelahnya. Arga adalah seorang penulis yang mencari inspirasi untuk novel terbarunya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja menumbuhkan rasa penasaran di hati masing-masing. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai saling membuka diri dan berbagi cerita, menemukan bahwa mereka memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedhy Karlang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ARGA DEPRESI KARENA PERCERAIAN

Dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, Aira sangat menikmati perjalanan di atas mobil bersama anaknya. Musik lembut mengalun dari radio, dan suasana di dalam mobil terasa hangat dan damai. Anak Aira, dengan wajah yang penuh keceriaan, terus berceloteh tentang petualangan mereka di pantai. Sesekali, Aira melirik ke arah anaknya dan tersenyum, merasa bersyukur bisa menghabiskan waktu berkualitas bersama.

Saat mobil berhenti di lampu merah, pandangan Aira terpaku pada seseorang di seberang jalan. Orang tersebut berpakaian lusuh dan sobek, layaknya orang gila. Sekilas, tidak ada yang aneh, namun Aira merasa ada sesuatu yang familiar. Sesekali pandangan Aira beralih ke arah lampu merah, sesekali melihat orang itu. Tiba-tiba, jantungnya berdegup kencang. Orang itu mirip sekali dengan Arga, mantan suaminya.

Aira sangat kaget dan penasaran. Dia memutuskan untuk memutar balik mobilnya perlahan dan menghampiri orang itu. Semakin dekat dia mendekat, semakin jelaslah bahwa dugaan Aira benar. Orang yang berpakaian lusuh itu adalah Arga, mantan suaminya.

Hati Aira bergejolak. Setelah bertahun-tahun tanpa kabar, dia tidak pernah membayangkan akan menemukan Arga dalam keadaan seperti ini. Air mata mulai mengalir di pipinya. Dia menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu keluar dan mendekati Arga dengan hati-hati.

"Arga? Ini aku, Aira," suara Aira bergetar saat memanggilnya.

Arga menatap Aira dengan mata yang kosong, tampak tidak mengenali siapa dirinya. Dia terlihat begitu hilang dan putus asa. Aira memanggilnya lagi, berharap bisa mendapatkan respon yang lebih baik, tetapi Arga hanya berbalik dan mulai berjalan menjauh.

Aira tidak menyerah. Dia berlari mengejar Arga dan memegang lengannya. "Arga, kamu kenapa? Ini aku, Aira. Aku di sini untuk membantumu."

Tiba-tiba, Arga berhenti dan menatap Aira dengan ekspresi bingung dan marah. "Lepaskan aku! Jangan sentuh aku!" teriak Arga dengan suara yang serak dan penuh kemarahan. Aira mundur, terkejut dengan reaksi Arga, tetapi dia tidak ingin menyerah begitu saja.

Ternyata, selama ini saat Arga meninggalkan rumah dan menceraikan Aira, dia mulai depresi dan terus berjalan berpindah-pindah tempat. Karena depresinya yang tak terkontrol, akhirnya dia mulai mengalami gangguan jiwa. Melihat keadaan Arga sekarang, Aira merasa sangat terpukul dan tidak bisa menahan tangisnya.

Aira memutuskan untuk membawa Arga kembali ke rumah. Dengan hati-hati, dia membujuk Arga untuk masuk ke dalam mobil. Awalnya, Arga melawan, tetapi Aira dengan penuh kesabaran dan kelembutan akhirnya berhasil membuat Arga masuk ke mobil. Selama perjalanan pulang, Aira tidak bisa berhenti menangis. Dia merasa hancur melihat keadaan mantan suaminya yang sekarang.

Sesampainya di rumah, Arga langsung berubah. Dia mulai berteriak marah, melihat orang-orang di sekitar seolah-olah mereka adalah musuhnya. Aira hanya bisa menangis dan terus menangis melihat keadaan Arga dari kejauhan. Hati Aira hancur melihat orang yang pernah dicintainya begitu dalam kini menjadi seperti ini.

Aira berusaha keras untuk menenangkan Arga, tetapi usahanya seringkali tidak berhasil. Arga tampak semakin frustasi dan marah. Setiap hari, Aira merawat Arga dengan penuh cinta dan kesabaran, berharap bahwa suatu hari nanti Arga bisa kembali seperti dulu. Namun, setiap kali Arga berteriak dan marah, Aira merasa hatinya seperti ditusuk ribuan jarum.

Malam itu, saat Aira duduk sendirian di ruang tamu, dia merenungkan semua yang telah terjadi. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dia tidak akan menyerah. Dia bertekad untuk terus merawat Arga, apapun yang terjadi.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Arga. Aku akan selalu ada di sini untukmu," bisik Aira pada dirinya sendiri, berusaha menguatkan hati.

Aira memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Keesokan harinya, dia menghubungi seorang psikiater terkenal di kota dan menceritakan semua tentang kondisi Arga. Dengan bantuan psikiater, Aira berharap bisa memberikan perawatan yang lebih baik untuk Arga.

Setiap hari, Aira mengantar Arga ke psikiater. Meski Arga sering kali menolak dan berteriak, Aira tidak pernah menyerah. Dia yakin bahwa dengan perawatan dan kasih sayang, Arga akan bisa pulih.

Hari-hari berlalu, dan meski kemajuan yang dicapai sangat lambat, Aira tidak kehilangan harapannya. Dia tahu bahwa perjalanan ini panjang dan penuh tantangan, tetapi dia percaya bahwa cinta dan kesabaran akan membawa mereka ke tempat yang lebih baik.

Dalam hatinya, Aira selalu berdoa agar Arga bisa sembuh dan mereka bisa menjalani hidup yang bahagia bersama. Dia tahu bahwa cinta sejati tidak akan pernah pudar, dan dia bertekad untuk terus berjuang demi kebahagiaan mereka berdua.

Hari-hari terus berlalu dengan cepat, namun setiap hari adalah perjuangan bagi Aira. Merawat Arga yang kini mengalami gangguan jiwa tidaklah mudah. Meskipun begitu, Aira tetap tegar dan tabah. Setiap pagi, ia menyiapkan sarapan untuk Arga, mengajaknya berbicara meskipun hanya mendapatkan tatapan kosong sebagai balasan. Arga sering kali berteriak tanpa sebab, membuat suasana rumah selalu tegang.

Suatu pagi, setelah sarapan, Aira membawa Arga ke psikiater seperti biasa. Dr. Hendra, psikiater yang menangani Arga, memberikan beberapa saran baru untuk membantu menenangkan kondisi mentalnya. "Bu Aira, saya tahu ini sangat sulit, tapi terapi ini membutuhkan waktu dan kesabaran. Tetaplah kuat, Anda tidak sendiri dalam perjuangan ini," ujar Dr. Hendra dengan lembut.

Aira mengangguk sambil menahan air mata. "Terima kasih, Dokter. Saya akan berusaha sekuat tenaga."

Setelah sesi terapi, mereka kembali ke rumah. Aira mencoba beberapa teknik yang disarankan Dr. Hendra, seperti memberikan rutinitas harian yang teratur untuk Arga dan menciptakan lingkungan yang tenang dan aman. Meskipun sulit, Aira merasa ada sedikit harapan setiap kali Arga menunjukkan tanda-tanda kecil perbaikan.

Pada malam hari, saat Arga akhirnya tertidur setelah banyak usaha, Aira duduk di kamar anaknya, memandangi wajah kecil yang tengah tertidur lelap. Dia merasa bersyukur masih memiliki anaknya yang memberikan kekuatan untuk terus bertahan. Aira berdoa dalam hati, berharap Arga bisa pulih dan mereka bisa menjalani kehidupan normal kembali.

Hari demi hari, bulan demi bulan, perlahan-lahan ada kemajuan. Arga mulai menunjukkan sedikit respons terhadap lingkungan sekitarnya. Kadang-kadang dia mengikuti percakapan sederhana dan tidak terlalu sering berteriak marah. Meskipun begitu, kondisi mentalnya masih sangat rapuh dan membutuhkan perhatian penuh dari Aira.

Suatu hari, saat Aira sedang menyuapi Arga makan siang, dia melihat secercah kesadaran di mata mantan suaminya. "Aira...," kata Arga dengan suara pelan dan ragu.

Aira terkejut dan hampir menjatuhkan sendok yang dipegangnya. "Iya, Arga. Aku di sini," jawab Aira dengan suara lembut, penuh harap.

Arga menatap Aira dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku... aku minta maaf," katanya dengan suara yang terputus-putus.

Air mata Aira mengalir deras. "Tidak apa-apa, Arga. Aku di sini untukmu. Kita akan melewati ini bersama."

Momen singkat itu memberi Aira harapan baru. Dia yakin bahwa Arga bisa pulih, meskipun butuh waktu yang lama. Dengan kasih sayang dan kesabaran, dia akan terus berjuang demi kebahagiaan mereka.

Beberapa minggu kemudian, Arga mulai lebih sering menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Dia bisa berbicara dengan lebih lancar dan bahkan mulai membantu Aira dalam pekerjaan rumah tangga sederhana. Perkembangan ini memberikan kekuatan baru bagi Aira untuk terus berjuang.

Suatu sore, saat mereka duduk di teras rumah, menikmati teh bersama, Arga berbicara lagi dengan lebih tenang. "Aira, aku merasa sangat bersalah atas semua yang telah terjadi. Aku tidak tahu harus bagaimana..."

Aira memegang tangan Arga dan menatap matanya. "Arga, yang terpenting sekarang adalah kita bersama. Kita bisa menghadapi semua ini satu per satu. Aku tidak menyalahkanmu. Mari kita fokus pada masa depan."

Arga mengangguk pelan, matanya dipenuhi dengan rasa syukur dan harapan. "Terima kasih, Aira. Aku beruntung memiliki kamu dalam hidupku."

Hari-hari berikutnya diisi dengan berbagai aktivitas yang membantu memperbaiki kondisi mental Arga. Mereka sering berjalan-jalan di taman, membaca buku bersama, dan mengikuti terapi secara rutin. Setiap langkah kecil yang diambil memberikan harapan baru bagi mereka berdua.

Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di taman, Arga berhenti sejenak dan menatap langit. "Aira, aku ingin menulis lagi," katanya tiba-tiba.

Aira tersenyum lebar. "Itu ide yang bagus, Arga. Menulis bisa menjadi terapi yang baik untukmu."

Dengan bantuan Aira, Arga mulai menulis lagi. Awalnya hanya catatan kecil tentang perasaannya, namun lambat laun dia mulai menulis cerita-cerita pendek. Menulis menjadi pelarian dan bentuk terapi bagi Arga, membantu mengembalikan kepercayaan dirinya yang hilang.

Melihat perkembangan Arga yang semakin baik, Aira merasa semakin optimis. Meski perjalanan masih panjang, dia yakin bahwa mereka bisa melalui semuanya bersama. Kebersamaan mereka menjadi semakin erat, dan cinta yang dulu hampir hilang kini mulai tumbuh kembali.

1
Rha
susah di tebak ini alur ceritanya, keren pokoknya
Fitry Aryani
Tmlambah menarik ceritanya
Umi Anis
sangat bagus cerutanya.sedih tidakk berteke
Umi Anis
.
Rahayu Putri pratiwi
hai kak aku mampir nih..

saling sport ya🙏
Citra
saya suka baca ceritanya, sangat menarik
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Fitry Aryani
Kayak kisah nyata/Facepalm/
Fitry Aryani
Keren alurnya, baru baca bab 1
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Citra
kapan update bab baru pagi, ngk sabar nunggunya
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Citra
begadang demi selesaikan babnya saya baca
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Citra
Semangat mulisnya, aku suka baca novelnya
Citra
Tambah seru jalan ceritanya
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 2 replies
Evi
sedih njirtt/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Evi
Sumpah, jalan ceritanya bagus sekali.
Muhammad Supri Prasetyo
ini kisah yang menarik...sebuah perjalanan...seseorang
Dedhy Karlang: Makasih da mampir membaca karyaku
total 1 replies
Muhammad Supri Prasetyo
kisah nya sangat menyentuh
Muhammad Supri Prasetyo
kisah nya sungguh mengharu kan
Evi
sampai di bab ini ajq dulu, sudah ngantuk soalnya
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
Evi
100 buat penulisnya
Evi
Wahhhh, baru baca separoh tapi menarik. layak mendapatkan pujian
Dedhy Karlang: Makasih kk da mampir membaca karyaku/Drool/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!