NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siswa Magang

Pagi tadi Irwan berangkat ke kampus jauh lebih pagi dari biasanya, Irwan pada hari itu hendak mengumpulkan berkas yang di minta oleh dospem nya untuk keperluan magang. 

Irwan merupakan mahasiswa dari fakultas keperawatan jiwa. Pada hari ini ia telah memakai seragam praktiknya, ya itu pakaian kemeja yang berwarna hijau namun warnanya mendekati kearah putih dan celananya berwarna hijau muda. Dari kemeja lengan pendeknya yang memiliki lis berwarna hijau sama dengan celananya pada bagian lengan, kerah baju dan pada depan yang terdapat kancingnya. Ribet ya outhor jelasinnya, pokoknya gitu dah. 

Irwan seorang mahasiswa keperawatan jiwa, berusia dua puluh tahun. Dengan perawakan tubuh tinggi tegap dan berbadan atletis, bisa dibilang sama persis dengan perawakan kakak iparnya. Hanya saja Dimas berkulit putih dan sangat tampan, sementara Irwan memiliki kulit sawo matang dan rambutnya rada gondrong. Akan tetapi Irwan sangat dipuja puja oleh kaum hawa di universitasnya, banyak dari lintas jurusannya yang suka padanya. Mulai dari fakultas keperawatan non jiwa, fakultas bisnis, farmasi dan masih banyak lagi. Kalau untuk fakultas keperawatan jiwa yang sama dengannya sangat tidak mungkin ada yang menyukainya, karna hampir seratus persen mahasiswanya laki laki hanya ada satu wanita, itupun perempuan tomboy. 

"Eh maaf aku telat. Aku tadi abis ngumpulin berkas ke kantor dospem" Kata Irwan berlari tergesa gesa menghampiri dua temannya yang menunggu di taman kampus. 

"Kurang lama kamu datangnya, harusnya kamu datang tiga jam lagi wan. Minimal sampai jenggot kita sama kayak odgj lah" Sarkas Farid teman satu kelompok Irwan. 

"Iya, atau kalok nggak sampek kita jadi pasien odgj nya" Timpal Diki karna kesal kelamaan menunggu. 

"Dih ogah, kamu aja yang jadi pasien odgj. Aku mah enggak" Kata Farid menolak sarkasan dari Diki. 

Mereka berdua merasa kesal karna Irwan datang terlalu lama, padahal mereka sudah ditunggu oleh kepala perawat rumah sakit jiwa. Karna mereka pada hari ini akan onservasi tempat dan akan mendapat arahan dari kepala keperawatan yang akan membimbing dan mendampingi mereka. 

"Ya udah sih maaf. Kan aku buru buru harus nyiapin berkas dulu, mana tadi diomelin lagi sama pak dospem" Irwan meminta maaf dan beralasan mengapa ia sampai terlambat. 

"Halah, alasan klasik. Ya udah ayo kita berangkat, baru mau magang udah telat" Farid masih saja mengomel. 

Akhirnya, mereka bertiga berangkat dengan menaiki dia motor. Irwan mengendarai sendiri motornya, sementara Farid dan Diki berboncengan. Motor yang Irwan kendarai berjenis trail seratus lima puluh cc, motor yang biasa digunakan untuk trek terjal di alam bebas. Sama dengan Irwan, motor yang dikendarai oleh Farid dan Diki berjenis sama hanya ada sedikit perbedaan antara motor mereka berdua. 

Sekitar tiga puluh menit dari kampus menuju rumah sakit jiwa tempat mereka akan magang. Kini mereka telah sampai, baru saja turun dari motor dan melepaskan helm, mereka mendapati pemandangan perawat yang tengah main kejar kejaran dengan pasien odgj. Akan tetapi mereka langsung memalingkan wajah berbarengan saat tak sengaja dan secara tiba tiba pasien itu melepaskan celana tanpa rasa malu, namanya juga odgj. 

"Hehmmm, mata langsung ternodai" Gumam Diki setelah menoleh. 

"Bilang aja suka" Ledek Irwan dan direspon oleh Farid dengang tawa, mereka bertiga sama sama tertawa. 

"Sembarangan kalian, nggak bakal nafsu sama odgj" Jawab Diki. 

"Amit amit dah" Kata Irwan menimpali seraya menggelengkan kepala. 

"Ya udah yok masuk, takutnya diomelin sama kepala perawat" Ajak Farid. 

Dan mereka bertiga langsung masuk kedalam rumah sakit itu, tampilan rumah sakit yang tak terlihat besar, bahkan parkiran tak terlalu luas. Namun saat tiga sekawan itu masuk pada halaman didalam begitu luas dan memanjang. Gedung gedungnya pun berjejer, mulai dari ruang poli, ruang penjaga dan ruang perawat. Belum termasuk dengan ruang rawat pasiennya yang berada sedikit jauh dari gedung utama. 

"Ini rumah sakit dilihat dari depan kayak kecil banget, kok pas masuk kenapa jadi seluas ini" Monolog Diki yang berjalan seraya mengedarkan pandangan kesekeliling. 

"Dik kamu ngapain sih, jalan kayak orang takut gitu. Malah main dorong dorong gitu" Irwan menyikut Diki yang mendorong dorong dirinya saat berjalan. 

"Kayaknya Diki takut dicipok sama odgj yang tadi, hahah" Tebak Farid sambil tertawa. 

"Sembarangan aja kamu" Bantah Diki. 

"Lagian ngapain sih kamu jalan dorong dorong kayak gini" Tanya Irwan pada Diki. 

"Enggak aku heran aja, tadi tampak luar rumah sakitnya keliatan kecil banget. Malah kayak puskesmas, tapi pas didalam sini kenapa besar banget. Ini bukan rumah sakit goib kan" Kata Diki yang sedikit merinding. 

"Hus, kalok ngomong jangan sembarangan, pamali" Farid megibaskan sekali tangannya didepan wajah Diki. 

"Tau tu anak, penakut banget jadi orang" Kata Irwan menimpali. 

"Naaaaahh" Tiba tiba ada orang yang melompat dihadapan mereka, dan sukses membuat tiga sekawan itu berjingkrak kaget. 

"Waduh, apa ini" Ucap mereka bertiga yang terkaget. 

Bagaimana tidak kaget, tiba tiba ada orang melompat dihadapan mereka seraya menunjukan gestur seperti orang tengah hendak menangkap ayam. Meski pakaiannya tidak compang camping, tapi potongan rambutnya botak plontos. 

"Dia pasien kayaknya" Ucap Farid menebak. 

"Tapi bajunya kayak baju perawat" Jawab Diki yang masih berusaha menetralkan perasaannya yang masih terkejut. 

"Kalian dari mana saja? Kenapa baru datang?" Kata orang yang membuat mereka bertiga terkejut. 

"Oh, benar dia perawat. Mungkin karna kebiasaannya ngerawat odgj makanya sedikit ketularan gila" Bisik Irwan pada kedua temannya. 

"Weh, bener juga" Jawab Diki dan Farid sambil terkikik.

"Lah, ditanya malah nggak jawab, kok malah cekikikan. Kalian pasien ya?" Kata orang yang ada didepannya itu. 

"Oh, maaf Pak. Kita cuma kaget aja, maaf kita terlambat karna harus ngurus beberapa berkas ke kampus" Jawab Irwan mewakili kedua temannya. 

"Oooh, ya sudah. Ikuti saya" Orang berkepala plontos itu mengajak mereka bertiga untuk mengikutinya. 

Namun selama berjalan, dan cukup jauh menyusuri lorong lorong rumah sakit. Orang itu tak mengajaknya bicara sama sekali, malah ia berjalan dengan meletakkan tangannya dibelakang sambil tolah toleh tidak helas. 

"Ini kok diem aja, terus dari tadi jalan muter muter kayak unfaedah. Sebenernya dia perawat apa pasien?" Bisik Farid pada kedua temannya. 

"Eh, siapa itu yang bisik bisik" Sahut bapak berkepala plontos itu. 

"Oh enggak pak, ini teman saya katanya digigit nyamuk" Jawab Diki. 

"Hus, jangan ngomong gitu. Emang gelagatnya aneh, tapi mungkin kita mau diajak ke ruang perawat mungkin" Kata Irwan menebak. 

"Tapi dari tadi jalan terus kayak nggak tau arah gini" Ucap Farid masih merasa janggal dengan orang yang didepannya. 

Tiba tiba saja ada orang yang berpakaian sama dengan bapak berkepala plontos itu mendekat dan menegur mereka. 

"Mas, mas mas ini siswa magang ya?" Tanya orang itu. 

"Iya Pak" Jawab mereka bertiga serempak. 

"Mas mas ini ditunggu sama kepala perawat diruang perawat mas, cepat kesana ya jangan tunggu lama, nanti kepala perawatnya marah" Kata orang itu memberi tahu. 

Raut wajah mereka kompak keheranan setelah mendengar pernyataan dari petugas itu. 

"Lah terus dia siapa?" Tanya Irwan seraya menunjuk orang didepannya. 

"Oh, dia salah satu pasien kami mas" Jawab petugas itu. 

"Lah kok bajunya sama kayak bapak?" Tanya Diki berikutnya. 

"Oh, tadi dia berontak. Dan tiba tiba mengambil seragam rekan saya, ini baru mau saja ajak ke ruang rawat" Jawabnya. 

"Lah?" Mereka bertiga terkejut dan menepuk jidat. 

Tanpa sadar selama mereka diajak menyusurk lorong oleh odgj itu, mereka bertiga tidak memperhatikan bagian celana pasien itu. Memang bajunya seagam dengan perawat, akan tetapi celananya pendek dan lusuh. 

"Oalah, baru juga sampai. Malah diajak room tour sama pasien odgj" Mereka bertiga sama sama menepuk jidat. 

Disaat tiga sekawan itu menemui kepala perawat, disuatu kota tepatnya di kantor  gubernur. Hanifah tengah membereskan mejanya, mengemasi barang barang miliknya yang ada diatas meja. Sama dengan Romi, karna besok pagi dan seterusnya. Romi dan Hanifah sudah berpindah tugas ke kantor Kabupaten, dan rencananya hari ini Romi ingin menemui Dimas. Satu kardus berisi alat alat tulis dan beberapa aksesioris meja, Hanifah bawa pulang. Karna barangnya begitu banyak, Hanifah merasa kerepotan saat hendak membuka pintu. 

"Sar, tolong bukain dong pintunya" Hanifah meminta tolong pada sarah teman satu ruangannya untuk membukakan pintu. 

Dengan segala kerepotan dan kerempongan Hanifah membawa barang barangnya, ia sampai kesulitan untuk keluar. Dan tak sengaja menabrak Romi yang berjalan hendak menuju luar kantor. 

"Aduh, hati hati dong" Kata Romi yang ditabrak. 

"Ya maaf, orang nggak sengaja. Lagian ngapain lewat tiba tiba gitu, modus pasti ya" Kata Hanifah menuduh Romi. 

"Hidih, kurang kerjaan amat modusin kamu. Unfaedah" Jawab Romi. 

"Lagian kamu ngapain sih bawa rongsokan kayak gini di kantor" Lanjut Romi mengomrntari bawaan Hanifah. 

"Yeeee sembarangan ngatain rongsokan, ini barang barang berharga yang aku punya dikantor ini. Mau ku bawa pulang" Jawab Hanifah dengan nada mengomel. 

"Mentang mentang mau pindah, semua printilan kantor dibawa pulang. Apa nggak sekalian tuh, bawa mesin fotocopy, sama printer nya sekalian" Kata Romi berpendapat. 

"Sembarangan, emang aku rampok"

"Loh emang bukan?"

"Ya bukan lah"

"Ya maap"

"Udah udah, bukannya bantuin malah ngajak debat. Minggir sana" Usir Hanifah dengan sedikit mendorong Romi. 

"Dih dasar mak Lampir" Umpat Romi. 

"Dasar budi" Jawab Hanifah tak mau kalah. 

"Masa iya sih kamu bukan rampok, tapi kenapa kamu berhasil membobol hatiku. Ciat.. " Gumam Romi seraya memandangi punggung Hanifah yang menjauh seraya tersenyum dan tersipu malu. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!