“Jangan meremehkan seorang wanita, karena marahnya seorang wanita akan membawa kehancuran untukmu!”
~Alatha Senora Dominic~
🍁
Wanita yang kehadirannya tak diinginkan. Ia diabaikan, dikhianati bahkan hidupnya seolah tengah dipermainkan.
Satu persatu kenyataan terbuka seiring berjalanya waktu.
“Aku diam bukan berarti lemah! Berpuas dirilah kalian sebelum giliran aku yang membuat kalian diam.”
Kisah rumit keluarga dengan banyak konflik dan intrik yang mewarnai.
Simak kisah hidup seorang Alatha Senora Dominic di sini 💚
*
Mature Content.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 Kecelakaan
Atha dan Jeremy saling berhadapan. Jeremy menatap Atha dengan sorot mata yang tajam penuh penekanan.
Sedangkan Atha masih duduk dengan santai walaupun meja yang ada di hadapannya sudah tak berbentuk lagi akibat tendangan yang di layangkan sang suami.
Hahaha suami, masihkah ia pantas di sebut suami atas sikapnya selama ini?
“Apa?” Atha menatap Jeremy tenang.
“Kau! Apa yang kau lakukan di sini hah? Kenapa kau diam saja dan tidak menyiapkan pakaian apalagi membangunkan ku?!” teriak Jeremy marah dengan mata melotot.
“Aku lupa!” jawab Atha santai terkesan acuh membuat Jeremy kembali terbakar api amarah.
“Rupanya kau sudah lupa tugasmu di rumah ini.”
“Oh Jeremy... Aku tidak lupa, aku adalah boneka mu yang akan selalu ada di sisimu. Benar begitu kan? Kau sudah sering kali mengingatkan status diriku jadi aku tidak akan melupakannya.”
“Lalu kenapa kau masih di sini hah? Cepat siapkan pakaianku! Dasar bodoh!” teriak Jeremy murka melihat apa yang di lakukan Atha.
“Aku akan menyuruh Arsy menyiapkannya. Aku akan pergi.” jawab Atha masih tetap tenang.
Atha bangkit dari kursi santai dan merapikan pakaiannya.
Belum sempat Atha melangkah, tangannya sudah di cekal oleh Jeremy dengan sangat erat.
Jeremy menekan tangan Atha hingga membuat Atha sedikit meringis merasakan ngilu di pergelangan tangannya.
“Siapa yang mengizinkan dirimu pergi hah?” emosi melingkupi hati Jeremy mendengar penuturan Atha yang mengabaikan dirinya.
Atha menyentak kasar tangan Jeremy dengan kasar. “Persetan dengan dirimu!” setelahnya Atha berjalan dengan cepat meninggalkan Jeremy keluar dari mansion. “Urus urusanmu sendiri, aku muak dengan semua ini.”
Jeremy masih mematung melihat dan mendengar sikap Atha padanya.
Heran dan juga bertanya-tanya kenapa wanita itu sangat berbeda dari biasanya yang selalu patuh.
Hei bung, kesabaran ada batasannya. Dan kau telah mempermainkan batas kesabaran seseorang.
Sebelum Jeremy mengejar Atha langsung menyambar kunci mobil yang ada di garasi. Dengan cepat ia masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya dengan cepat.
Satu lagi masalahnya adalah gerbang utama.
Atha membuka kaca mobilnya. “Cepat buka gerbangnya!”
“Maaf Nona, kami tidak mendapat perintah Tuan.”
“Cepat buka pintu atau akan aku tabrak gerbang ini.” ucap Atha dengan sorot mata yang tajam.
Tidak ada kelembutan dalam setiap ucapannya.
Pengawal itu menelan saliva mendengar bentakan sang Nona yang selama ini terkenal lemah lembut.
Brum... Brum...
Atha semakin menekan pedal gasnya. “Cepat buka gerbangnya!”
Pengawal yang takut Atha berbuat nekat terpaksa membuka gerbang.
Jika sampai Nona ini terluka sang Tuan pasti akan menghajar mereka.
Mobil Atha langsung melesat meninggalkan mansion Renner.
Tangan Atha mencengkram kuat kemudi dengan perasaan campur aduk.
Mobil Atha melaju dengan kecepatan tinggi keluar dari kota New York. Entah kemana tujuannya, Atha hanya mengikuti sepanjang jalan yang ada di hadapannya.
“Jeremy! Selama ini aku patuh karena kau adalah suamiku. Aku berharap suatu nanti Tuhan membuka hatimu untuk berubah. Aku selalu menanti saat itu tiba, namun ternyata kenyataan demi kenyataan membuat harapanku tidak ternilai. Aku memang tidak mencintaimu, aku hanya menghargai dirimu sebagai suami. Semua orang berharap menikah hanya sekali, begitu juga denganku. Aku berharap hal yang sama dalam pernikahan ini walau tidak ada cinta di dalamnya. Tapi... Kau terlalu masuk ke dalam kehidupan keluargaku. Kau mengusik ketenangan Opaku.” Atha menghela nafas dengan kasar. “Kini kau akan melihat siapa sesungguhnya diriku.”
“Wanita yang kau anggap lemah dan bodoh ini akan menunjukkan dirinya yang sebenarnya.”
Atha menekan dadanya yang terasa sesak.
“Aku Alatha Senora Dominic membencimu. Sangat membencimu Faiz Jeremy Renner.”
Atha semakin menekan pedal gas dengan kuat. Semakin menjauh dari kota New York tanpa tujuan yang pasti.
“Xavir Ben Dominic, Hanaya Dominic, Arabella Dominic, Atlanta Serin Dominic... Kalian akan menanggung akibatnya. Aku tidak akan mengampuni kalian.”
Menyebutkan semua nama keluarganya membuat Atha di dera rasa kebencian yang mendalam di hatinya.
Jangankan untuk menangis, kini Atha sudah tidak mampu lagi mengeluarkan air mata.
Semua rasa hormat dan patuhnya telah terbungkus dengan perasaan sakit hati yang mendalam.
Atha memejamkan matanya. Tiba-tiba mobil yang di kendarai oleng.
Brak!
Buum!
Mobil Atha bertabrakan dengan sebuah truk yang berlawanan arah.
Atha tak bisa menghindar hingga menyebabkan kecelakaan itu tak terelakkan.
Dalam sisa kesadarannya Atha bergumam. “Jika aku masih hidup maka kalian akan membayar semuanya! Dan aku sendiri yang akan membalas kalian.” Atha memegang keningnya yang berdarah. “Darah ini menjadi saksi bahwa aku akan kembali untuk menumpahkan darah yang sama.”
🍁
Bersambung...
mantap Thor....