NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 3

Warisan Mutiara Hitam 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:60.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 3)

Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.

Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.

Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.

Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyeberangi Lautan Hampa

Lautan yang memisahkan Kepulauan Hantu dan Benua Tengah dikenal sebagai "Lautan Hampa". Bukan karena kosong, melainkan karena begitu banyak kapal yang menghilang di sana tanpa jejak, seolah ditelan oleh kehampaan itu sendiri. Monster laut di sini berukuran gunung, dan badai spiritual bisa muncul entah dari mana, mengacaukan kompas dan menghancurkan jiwa navigator.

Namun, bagi Kapal Induk "Naga Hitam"—yang kini telah dimodifikasi habis-habisan dan diganti namanya menjadi "Bahtera Penembus Awan"—lautan ini hanyalah jalan yang sedikit bergelombang.

Di ruang mesin kapal, Zhuge Ming berdiri dengan keringat dingin mengucur, menatap inti penggerak baru yang mengerikan. Mesin Kayu Jiwa Naga asli telah dicopot. Sebagai gantinya, Chen Kai telah menanamkan Inti Stabilizer Ruang (yang dia dapat dari warisan Xing Tian) sebagai jantung kapal.

WUUUUNG... ZRRRT!

Kapal raksasa seberat ribuan ton itu tidak berlayar di atas air. Ia melayang satu meter di atas permukaan ombak, dibungkus dalam gelembung distorsi spasial tipis.

"Kecepatan saat ini... empat ribu mil per hari," lapor Zhuge Ming dengan suara gemetar melalui jimat komunikasi. "Tuan, struktur lambung kapal mulai bergetar. Logam biasa tidak dirancang untuk menahan tekanan perjalanan ini."

Di geladak atas, Chen Kai berdiri di haluan, angin laut yang asin menerpa jubah alkemis barunya yang berwarna biru tua. Dia tidak lagi mengenakan topeng Raja Hitam. Wajahnya yang tampan namun dingin terlihat jelas, meskipun dia telah sedikit mengubah struktur tulangnya menggunakan kontrol otot minor agar tidak langsung dikenali dari poster buronan lama.

"Tahan sebentar lagi, Zhuge," jawab Chen Kai tenang. Matanya yang tajam menatap cakrawala utara yang berkabut. "Kita hampir sampai. Aku sudah bisa merasakan perubahan kepadatan Qi di udara."

Di sampingnya, Gui—si pembunuh bayaran yang kini berperan sebagai pengawal pribadi—menjilat bibirnya dengan gugup. "Energi spiritual di sini... rasanya berat. Seperti bernapas di dalam air."

"Itu Benua Tengah," kata Chen Kai. "Tanah di mana bayi yang baru lahir pun memiliki meridian yang terbuka. Bersiaplah, Gui. Di sana, Inti Emas seperti kita hanyalah preman pasar."

Tiba-tiba, kabut di depan mereka terbelah.

Sebuah daratan masif muncul dari balik cakrawala. Itu bukan pulau. Itu adalah benua yang membentang sejauh mata memandang.

Dan di pesisir pantai, berdiri sebuah kota pelabuhan yang megah.

Kota Awan Putih.

Kota itu dibangun di atas tebing kapur putih raksasa yang menjulang ratusan meter dari laut. Bangunan-bangunannya terbuat dari batu putih yang berkilauan, dengan atap biru yang serasi dengan langit. Sebuah menara pagoda raksasa setinggi awan berdiri di tengah kota—markas cabang Sekte Alkemis Dewa.

Namun, yang paling mencolok adalah pelabuhannya. Dermaganya dipenuhi oleh kapal-kapal dagang berukuran raksasa yang membuat kapal perang Sekte Hiu Besi terlihat seperti sampan nelayan. Dan di atas pelabuhan itu, sebuah formasi pertahanan besar berwarna putih susu menyelimuti seluruh kota, memancarkan tekanan yang setara dengan Jiwa Baru Lahir Tahap Puncak.

"Matikan penggerak spasial," perintah Chen Kai. "Kita masuk dengan mode layar biasa. Jangan menarik perhatian formasi kota."

WUNG...

Gelembung spasial menghilang. Bahtera Penembus Awan turun ke air dengan deburan besar, kembali menjadi kapal dagang bersenjata yang terlihat "normal" (meskipun masih sangat besar).

Bendera Sekte Mutiara Hitam telah diturunkan, digantikan oleh bendera netral bergambar kuali obat dan pedang—simbol pedagang alkimia independen.

Mereka berlayar mendekati pos pemeriksaan pelabuhan. Sebuah kapal patroli cepat milik penjaga kota, diawaki oleh sepuluh kultivator Inti Emas Tahap Awal berseragam putih-emas, mendekat.

"Berhenti!" teriak kapten patroli, seorang pria paruh baya dengan wajah sombong. "Identifikasi diri kalian dan tujuan kedatangan!"

Chen Kai memberi isyarat pada Gui untuk tetap diam. Dia sendiri melangkah ke pagar kapal, menangkupkan tinjunya dengan sopan namun tidak merendah.

"Saya adalah Alkemis Ye Chen, pengembara dari Laut Timur," kata Chen Kai, suaranya tenang dan berwibawa. "Kapal ini membawa bahan-bahan herbal langka. Tujuan kami adalah berpartisipasi dalam Turnamen Agung Alkemis."

Kapten patroli itu memindai kapal dengan indra spiritualnya. Dia merasakan aura kuat dari Gui dan Zhuge Ming (Inti Emas Tahap Menengah), serta ratusan aura Inti Emas Awal dari anggota Legiun Bayangan yang bersembunyi di dek bawah. Wajahnya sedikit berubah. Kapal dagang biasa tidak membawa pasukan sebanyak ini.

"Alkemis Ye?" Kapten itu mendengus curiga. "Kami menerima banyak 'alkemis' akhir-akhir ini yang ternyata hanya bajak laut yang mencoba menyusup. Kami perlu memeriksa kargomu. Dan biaya masuk pelabuhan adalah lima ribu batu roh tingkat menengah."

"Lima ribu?" Gui menggeram pelan. Itu pemerasan terang-terangan. Di Kepulauan Hantu, biaya masuk paling mahal hanya lima ratus.

Chen Kai mengangkat tangannya, menenangkan Gui.

"Pemeriksaan kargo akan memakan waktu, dan beberapa herbal saya sensitif terhadap cahaya," kata Chen Kai. "Adapun biaya masuk..."

Chen Kai tidak mengeluarkan batu roh. Dia mengeluarkan sebuah botol giok kecil dari lengan bajunya dan melemparkannya ke arah kapten patroli.

Kapten itu menangkapnya dengan ragu. Dia membuka sumbat botol itu.

WUUUSH.

Aroma obat yang sangat kuat dan murni langsung menyebar, membuat pikiran semua orang yang menciumnya menjadi jernih seketika.

Mata kapten itu membelalak. "Ini... Pil Pembersih Sumsum? Dengan kemurnian... 95%? Sempurna?!"

Sikap kapten itu berubah 180 derajat. Kesombongannya lenyap, digantikan oleh rasa hormat yang mendalam—rasa hormat terhadap status, bukan kekuatan tempur.

"Maafkan kelancangan saya, Grandmaster Ye!" Kapten itu membungkuk dalam-dalam. "Saya tidak tahu ada ahli yang datang. Pil ini... nilainya jauh melebihi lima ribu batu roh. Tolong simpan kembali, biaya masuk Anda gratis. Itu adalah kehormatan Kota Awan Putih untuk menyambut Anda."

Chen Kai tersenyum tipis. "Simpan saja sebagai hadiah pertemuan. Saya tidak suka membawa uang receh."

Kapten itu gemetar karena gembira. "Terima kasih, Grandmaster! Silakan lewat, gunakan Jalur VIP di Dermaga 1. Saya akan memberitahu menara pengawas."

Kapal patroli itu segera minggir, membuka jalan.

Chen Kai berbalik, kembali menatap kota yang megah di depannya.

"Langkah pertama berhasil," gumamnya. "Di sini, status sebagai Alkemis lebih berharga daripada pedang."

Dia meraba cincin penyimpanannya, di mana Bola Jiwa Long Xiao tersimpan.

Peta sudah di tangan. Identitas sudah diamankan. Sekarang, saatnya bermain di panggung besar.

Bahtera Penembus Awan berlabuh di dermaga VIP yang sepi. Chen Kai, Zhuge Ming, dan Gui turun, meninggalkan sisa Legiun Bayangan untuk menjaga kapal.

Saat kaki Chen Kai menyentuh tanah batu putih Kota Awan Putih, dia merasakan sensasi aneh. Ini adalah tanah kelahiran ayahnya. Tanah yang mengasingkannya.

"Ayo," kata Chen Kai, melangkah ke jalanan kota yang ramai dan bersih. "Kita cari penginapan terbaik. Tuan Muda Ye butuh istirahat sebelum mendaftar turnamen."

Di kejauhan, menara pagoda Sekte Alkemis Dewa menjulang tinggi, seolah mengawasi setiap pendatang baru dengan mata dingin dan penunh perhitungan.

1
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Gigi Hitam telah dicabit🤣🤣🤣
Nanik S
Ternyata Loisha bisa swlamat
Nanik S
Joooooost
Nanik S
Putri Lan... jangan biarkan Tetua Besi hidup
Evi Sirajuddin
Mana adikmu KAI 🤭
Chen Ling
Nanik S
Kalau penjaga Gerbang srigala Mutan lalu Tuan Rumahnya sekuat apa
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Lembah kematian
Hendra Yana
makin seruu
BankToso
sehat selalu thor, semangat update ya thor 👍🙏
Nanik S
Kemana Gadis kecil itu
Nanik S
Blaaaaar.... ambil apimu... Hangus dan Gosong 🤣🤣🤣🤣
Nanik S
Nah begitu Kai... gadis kecil perlu ditolong agar tidak patah semangat
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kai🌺⚔️🌼
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sriiiinkz 🌼⚔️🌺
Nanik S
Prang.... buang saja resep Sampah
Inulsyila
gaspollll
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu 🌼⚔️🌺
Nanik S
Harusnya gadis itu diajak sekalian Kai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!