Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.
Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.
Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Darah Mendidih dan Tulang yang Ditempa Ulang
Rune naga hitam itu tidak menunggu persetujuan kedua. Dengan desingan tajam, simbol kuno itu melesat dan menghantam dahi Xiao Chen, meresap masuk ke dalam kulitnya seperti tetesan tinta di atas air.
"ARGHHH!"
Xiao Chen menjerit tertahan. Tubuhnya mengejang hebat, jatuh dari tempat tidur dan menghantam lantai kayu yang dingin. Rasanya bukan seperti sedang diajari teknik kultivasi, melainkan seperti dituangi besi cair langsung ke dalam pembuluh darahnya.
"Tahan, Bocah!" suara Patriark bergema di kepalanya, tegas dan tanpa belas kasihan. "Darah naga bersifat dominan dan tirani. Ia tidak akan mau berbagi tempat dengan darah manusia yang lemah. Ia sedang membakar kotoran di tubuhmu!"
"Membakar... ini rasanya seperti... mati!" desis Xiao Chen. Kulitnya memerah padam, uap panas mulai mengepul dari pori-porinya. Keringat yang keluar bukan bening, melainkan berwarna abu-abu keruh berbau busuk.
"Jika kau pingsan sekarang, kau akan meledak menjadi kabut darah. Tetap sadar! Pandu energi itu, jangan biarkan ia liar!"
Xiao Chen menggigit bibirnya hingga berdarah untuk mempertahankan kesadaran. Rasa sakit ini luar biasa, seolah setiap inci tulang di tubuhnya sedang diremukkan dan disusun ulang secara paksa. Namun, di tengah siksaan itu, wajah Su Qingyue yang membelanya di depan para tetua terlintas di benaknya.
Dia tidak menyerah padaku. Bagaimana mungkin aku menyerah pada rasa sakit ini?
"Murnikan!" teriak batin Xiao Chen.
Dia memaksa pikirannya untuk mencengkeram energi liar yang mengamuk di dalam darahnya. Perlahan, sangat perlahan, arus panas yang kacau itu mulai menurut. Ia mengalir seperti sungai lava, membersihkan jalur meridian yang tersumbat, membakar kotoran yang selama bertahun-tahun membuat kultivasinya macet.
Di dalam kesadarannya, Xiao Chen bisa mendengar suara gemuruh rendah. Itu bukan suara perut atau detak jantung, melainkan suara darahnya sendiri yang kini mengalir dengan berat dan kuat, menyerupai deru ombak di lautan dalam.
Proses itu berlangsung sepanjang malam.
Sinar matahari pagi menembus celah jendela, menyinari sosok pemuda yang terbaring di lantai yang basah oleh keringat hitam.
Kelopak mata Xiao Chen bergetar, lalu terbuka.
Matanya, yang dulu hitam pekat biasa, kini memiliki kilatan vertikal samar yang menghilang dalam sekejap kedipan. Dia bangkit berdiri. Tulang-tulangnya berbunyi krak memuaskan.
"Baunya busuk sekali," gumamnya sambil melihat lapisan kotoran hitam lengket yang menutupi kulitnya.
"Itu adalah kotoran yang menyumbat bakatmu selama ini," suara malas Patriark terdengar dari manik hitam di lehernya. "Selamat, kau selamat dari tahap pertama Pemurnian Darah Abyssal. Sekarang, coba rasakan kekuatanmu."
Xiao Chen mengepalkan tangannya. Dia tidak menggunakan Qi, hanya kekuatan fisik murni.
KRAK!
Sandaran kursi kayu yang ia pegang hancur menjadi serbuk gergaji hanya dengan satu remasan ringan.
Mata Xiao Chen terbelalak. "Ini... aku bahkan tidak menggunakan Qi. Kekuatan fisikku meningkat setidaknya tiga kali lipat!"
"Itu wajar," jawab Patriark. "Naga tidak mengandalkan trik sihir murahan. Tubuh naga adalah senjata terkuat. Sekarang, bersihkan dirimu. Kau punya tamu yang tidak diundang."
Xiao Chen mengerutkan kening. Telinganya yang kini jauh lebih tajam menangkap suara langkah kaki berat yang mendekat ke halaman kamarnya yang terpencil.
BRAK!
Pintu kamarnya ditendang terbuka tanpa basa-basi.
Di ambang pintu, berdiri seorang pria kekar dengan seragam pelayan senior klan, diikuti oleh dua pengawal. Itu adalah Pelayan Han, orang kepercayaan Xiao Long (sepupu yang sering merundung Xiao Chen). Wajahnya penuh dengan senyum meremehkan.
"Wah, wah. Tuan Muda Sampah masih tidur rupanya," ujar Pelayan Han dengan nada mengejek, sambil menutup hidungnya. "Dan kamarmu bau bangkai. Apa kau mati dan membusuk di sini?"
Xiao Chen menatap mereka dengan tenang. Dulu, dia akan menunduk takut atau marah. Tapi sekarang, melihat mereka terasa seperti melihat semut yang berisik.
"Apa maumu, Han?" tanya Xiao Chen dingin.
Pelayan Han tertegun sejenak melihat ketenangan Xiao Chen, tapi dia segera tertawa. "Langsung ke intinya, bagus. Berdasarkan perintah tetua klan, karena kau gagal dalam ujian kemarin dan tidak memiliki prospek masa depan, halaman ini akan ditarik kembali."
Dia melemparkan sebuah gulungan lusuh ke kaki Xiao Chen.
"Mulai hari ini, kau dipindahkan ke barak pelayan di sektor barat. Halaman ini akan direnovasi menjadi kandang hewan spiritual Tuan Muda Xiao Long. Kurasa itu lebih berguna daripada tempat tinggalmu."
Para pengawal di belakangnya tertawa terbahak-bahak. "Benar, hewan peliharaan Tuan Xiao Long lebih berharga dari sampah tingkat tiga!"
Wajah Xiao Chen tidak berubah, tapi suhu di ruangan itu seolah turun beberapa derajat.
"Kandang hewan?" ulang Xiao Chen pelan.
"Ya! Sekarang kemasi barang sampahmu dan pergi, atau kami akan melemparmu keluar!" Pelayan Han maju selangkah, tangannya terulur hendak mendorong bahu Xiao Chen.
Namun, tangan itu tidak pernah sampai.
WUSH. TAP.
Gerakan Xiao Chen kabur. Dalam sekejap mata, tangannya sudah mencengkeram pergelangan tangan Pelayan Han di udara.
"Hah?" Pelayan Han melotot. Dia mencoba menarik tangannya, tapi cengkeraman Xiao Chen terasa seperti catut besi yang panas. "Lepaskan! Apa kau gila?!"
"Kau bilang tempat ini akan jadi kandang hewan?" bisik Xiao Chen. Matanya menatap tajam ke dalam mata Pelayan Han, memberikan tekanan predator yang membuat bulu kuduk pelayan itu berdiri. "Kalau begitu, kau yang pantas tinggal di sini."
"Kau cari mati!" Pelayan Han mengalirkan Qi nya dia berada di Tingkat 4 Pengumpulan Qi, satu tingkat di atas Xiao Chen yang lama dan mencoba memukul wajah Xiao Chen dengan tangan kirinya.
Xiao Chen tidak menghindar. Dia hanya meremas tangan kanan Han yang dia pegang.
KRAKKK!
Bunyi tulang patah terdengar renyah dan mengerikan.
"ARGGHHHHH!"
Teriakan Pelayan Han membelah pagi yang sunyi. Dia jatuh berlutut, wajahnya pucat pasi menahan sakit yang luar biasa. Pergelangan tangannya bengkok dalam sudut yang tidak wajar.
Dua pengawal di belakangnya mundur selangkah, wajah mereka pucat karena terkejut. Bagaimana mungkin Xiao Chen, si sampah tingkat tiga, mematahkan tulang seorang kultivator tingkat empat hanya dengan kekuatan tangan kosong?
Xiao Chen melepaskan tangan Han, membiarkan pria itu tersungkur di lantai kotor.
"Dengar baik-baik," suara Xiao Chen rendah tapi bergema penuh ancaman. "Kembali dan katakan pada tuanmu. Halaman ini milikku. Jika ada yang ingin mengambilnya, suruh dia datang sendiri dan merangkak di kakiku."
"Sekarang... ENYAH!"
Satu hentakan kaki Xiao Chen ke lantai membuat gelombang kejut kecil yang menerbangkan debu.
Pelayan Han, sambil memegangi tangannya yang patah, merangkak mundur dengan ketakutan. "Kau... kau menyembunyikan kekuatanmu! Tuan Xiao Long tidak akan melepaskanmu! Kau tamat, Xiao Chen!"
Mereka bertiga lari terbirit-birit meninggalkan halaman itu.
Setelah mereka pergi, Xiao Chen menghela napas panjang. Tangannya sedikit gemetar—bukan karena takut, tapi karena adrenalin dari kekuatan barunya.
"Lumayan," suara Patriark terdengar geli. "Walaupun kasar dan berantakan seperti bayi yang baru belajar jalan, setidaknya kau punya nyali."
Xiao Chen menatap telapak tangannya.
"Ini baru permulaan," gumamnya. "Mereka ingin mengambil segalanya dariku? Akan kupastikan mereka membayar setiap penghinaan dengan bunga."
Namun, kemenangan kecil itu tidak bertahan lama. Sebuah burung penyampai pesan berwarna putih mendarat di jendela kamarnya. Di kakinya terikat sebuah tabung kecil dengan segel resmi Keluarga Su.
Jantung Xiao Chen berdegup kencang. Dia membuka pesan itu. Tulisan di dalamnya bukan tulisan tangan Qingyue yang halus, tapi tulisan kaligrafi tegas milik ayahnya Qingyue.
Isinya singkat dan brutal
"Besok siang. Paviliun Danau Giok. Pembicaraan resmi mengenai pembatalan pertunangan. Kehadiranmu diharapkan untuk menandatangani dokumen pelepasan."
Xiao Chen meremas kertas itu hingga hancur menjadi debu di tangannya.
"Mereka tidak membuang waktu," desisnya.
"Apa rencanamu, Naga Kecil?" tanya Patriark.
Mata Xiao Chen berkilat dingin.
"Aku akan datang. Tapi aku tidak akan datang untuk melepaskan. Aku akan datang untuk menyatakan perang."