Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Dia Adalah Istriku
Kini Digo baru saja sampai di rumahnya. Ia tengah duduk di kursi sofa dalam kamarnya sambil menunggu Kinara selesai mandi.
Pelayanan bilang, jika Kinara juga baru saja sampai di rumah.
Tidak berapa lama, Kinara keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono tebal yang melilit di tubuhnya.
Kinara melirik ke arah Digo sebentar sambil berjalan dan mengambil baju dari dalam lemari besar.
"Keluarlah, aku ingin ganti baju sebentar." ucap Kinara.
Digo mengerutkan alisnya. "Sejak kapan aku harus keluar saat kamu akan memakai pakaian?" tanya Digo.
Kinara mendengus kesal dan membuang wajah. "Baiklah, biar aku saja yang keluar." Kinara berniat untuk mengganti pakaiannya di kamar yang lain.
Digo segera menahan tangan Kinara sambil menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya dalam-dalam.
"Sampai kapan kita harus seperti ini Kinara?" ucap Digo lalu mengambil posisi berdiri tepat di depan Kinara. "Kita butuh bicara." lanjutnya tegas.
"Lepas Digo." Kinara mencoba menarik tangannya.
"Sampai kapan kamu akan mendiamkan ku, dan menghindariku seperti ini? Apa kamu tidak merasa lelah?" tanya Digo sambil menatap dalam-dalam bola mata indah milik Kinara.
"Justru aku diam karena aku merasa sangat lelah Digo, aku tidak ingin berdebat." tekan Kinara, wajah cantiknya kini mulai mengeras.
"Tapi diam juga tidak akan menyelesaikan masalah Kinara. Kita butuh waktu untuk membicarakan semuanya." ujar Digo. "Katakan, apa kamu masih sering menemui pria itu?" tanya Digo.
Kinara menarik tangannya dengan kasar. "Itu bukan urusanmu!" tekannya sambil memincingkan mata.
Digo tersenyum miring sambil membuang wajah sebentar. "Bagaimana bisa itu bukan urusanku, sedangkan kamu masih menjadi istriku!"
"Kalau begitu, ceraikan aku!" tantang Kinara.
Digo melebarkan tatapannya menatap mata Kinara lalu menarik tangannya dan menjatuhkan setengah tubuhnya di atas ranjang. Kini tubuh Kinara berada di bawah Kungkungan Digo.
Sekarang wajah mereka berada sangat dekat hingga Kinara mampu merasakan hembusan nafas Digo.
Nafas Kinara mulai memburu, debaran jantung sangat terasa didadanya hingga membuat nafasnya kian terasa sesak.
"Dulu aku begitu mencintaimu Kinara, sampai kamu membuatku seperti orang bodoh! Jangan kamu pikir aku tidak tau jika sebenarnya dia adalah mantan kekasihmu. Bahkan kamu sering menemuinya di belakangku bukan?" tanya Digo sambil mengangkat satu alisnya.
Kinara tercengang mendengar ucapan Digo barusan. Kinara tidak tau, jika sangatlah mudah bagi Digo untuk mencari suatu informasi tentang hubungan mereka.
"Apa kamu memata-mataiku!" tekan Kinara dan dengan keras mendorong dada bidang Digo hingga pria itu terjatuh tidur di sampingnya.
Kinara buru-buru beranjak dan berdiri dari ranjang dan menatap wajah Digo yang tengah tersenyum penuh kemenangan.
"Jangan pernah mencoba membalikkan keadaan atas kesalahanmu dengan menuduhku yang tidak-tidak Digo! Aku sudah cukup tersiksa dengan semua ini." ucap Kinara dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Digo mengangkat tubuhnya dan duduk di tepi ranjang. "Tersiksa? Bukankah kamu yang memulainya Kinara?" ucap Digo dengan nada santai.
"Bukankah kamu ingin meminta bercerai denganku supaya kamu lebih leluasa untuk menjalin hubungan dengan mantan kekasihmu itu?" sindir Digo.
"Jaga ucapanmu Digo! Aku tidak senaif yang kamu pikirkan!" ucap Kinara lalu membalikkan badannya berniat untuk pergi, namun dengan cepat Digo meraih tangannya dan menariknya hingga Kinara terjatuh di atas pangkuannya.
Kinara menatap benci pada wajah Digo. Pria itu menyelipkan jari-jarinya diantara rambut Kinara yang masih basah.
"Dengar Kinara, jika kamu memang ingin bercerai denganku kanapa tidak kamu katakan saja malam itu dirumah sakit?" tanya Digo.
Kinara menggelengkan kepalanya pelan sambil menatap sosok didepannya. "Aku belum segila itu Digo, aku masih menghormati papa Daniel dan janji kedua orangtuanya kita." ujarnya.
"Jadi selama ini kamu menikah denganku karena tekanan janji kedua orangtua kita?" timpal Digo. "Bukankah itu lebih menyakitkan? Kamu menipu dan mempermainkan semua orang." lanjutnya.
Kinara berdiri dari pangkuan digo dan menatapnya. "Bukan begitu Digo! Aku mencintaimu, tapi kamu malah membagi cintaku dengan wanita murahan itu!" ucap Kinara.
Digo berdiri dari duduknya. "Tidak perlu berkata kasar seperti itu Kinara, Renata bukanlah wanita murahan seperti yang kamu ucapkan. Dia adalah istriku." jawab Digo.
"Terus saja membelanya, kamu memang sudah dibuat gila oleh wanita jalang itu!" ketus Kinara yang tampak sangat marah sambil meraih bajunya dari atas ranjang dan pergi meninggalkan Digo dikamarnya.
Malam ini Kinara berniat untuk tidur di kamar yang lain, sementara Digo pergi ke ruangan kerjanya. Ia menatap bingkai foto yang tertata rapi diatas mejanya. Itu adalah foto Kinara dan Digo saat pernikahan mereka.
❣️❣️❣️
Pagi ini mobil Digo tampak memasuki kawasan halaman rumah Daniel. Pria tampan itu memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah tersebut.
Digo langsung keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam.
"Mama di mana bi?" tanya Digo pada kepala pelayan di rumah Daniel.
"Nyonya di kamarnya Tuan." jawab pelayanan itu.
"Terimakasih Bi." Digo langsung berjalan menuju ke kamar utama milik Jihan dan Daniel yang berada di atas.
Saat Digo baru saja selesai menaiki tangga, Jihan baru saja keluar dan menutup pintu kamar tersebut.
"Ma, apa yang mama katakan pada Renata? Tidak seharusnya mama bicara seperti itu!" protes Digo langsung.
"Astaga anak ini!" gumam Jihan langsung mendekati Digo.
"Jangan bicara di sini! papamu sedang istirahat. Ikut mama!" titah Jihan.
Digo pun berjalan dibelakang Jihan dan mengikutinya.
"Apa kamu ingin membuat papa kamu sakit lagi Digo!" sekarang mereka sedang berada di teras kolam renang. Disana tempat teraman bagi Jihan untuk bicara empat mata dengan putra semata wayangnya. Karena tempat itu cukup jauh dari kamar Daniel.
"Aku tidak bermaksud apapun, aku kesini hanya untuk bicara pada mama untuk jangan pernah mengganggu Renata lagi." tegas Digo.
Jihan melipat kedua tangannya. "Oh, jadi jalang itu sudah mengadu padamu."
"Cukup ma! Tolong hargai dia sebagai istriku!" tekan Digo.
"Kamu ingin mama menghargai dia? Tapi apa kamu sadar, wanita itu sudah membuat anak mama ini berubah!" sentak Jihan.
"Aku tidak pernah berubah ma, tapi mama lah yang tidak mengenalku!" ucap Digo. "Aku hanya ingin mama lebih menghargai pilihanku, karena aku berhak atas hiduku sendiri." lanjutnya.
Jihan langsung mengalihkan tatapannya, sementara Digo langsung pergi dari sana dan keluar dari rumah itu.
Jihan merasa semakin kesal karena tidak berhasil memisahkan Digo dan Renata. Jihan pun langsung masuk ke dalam dan bersiap menyiapkan sarapan untuk Daniel.
dan Kinara jika benar itu ulahmu tunggu saja karma datang padamu