Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Air Terjun
Berolahraga dengan lari pagi adalah kebiasaan Elora di kampungnya. Biasanya setelah lari pagi, Elora akan mampir di sawah pamannya, kadang bermain di sungai bersama anak-anak kampung karena Elora di larang bergaul dengan cowok dewasa.
Sekarang Elora mengerti mengapa paman dan bibinya begitu keras melarang Elora untuk pacaran. Mungkin karena mereka sudah tahu kalau Elora akan dijodohkan dengan orang Spanyol.
Saat ia memasuki gerbang, di lihatnya para pekerja yang mulai menuju ke kebun anggur.
"Teresia ....!" panggil Elora pada gadis yang memberikannya bunga.
Teresia tersenyum. Ia membungkuk hormat. "Nona.....!"
"Kamu tidak sekolah?" tanya Elora.
"Sekarang kan hari Sabtu. Jadi kami tak masuk sekolah."
"Oh begitu. Terus sekarang mau kemana?"
"Mau ikut panen anggur dengan papa."
"Aku ikut ya?" Elora langsung memegang tangan Teresia dan mereka melangkah bersama menuju ke kebun anggur.
Para pekerja kaget melihat Elora.
"Nona, jangan di sini. Panas. Nanti kulit nona terbakar." kata mandor Felix.
"Belum terlalu panas, Felix. Aku hanya mau tahu bagaimana caranya memanen anggur. Lagi pula aku memakai topi dan kaos lengan panjang." kata Elora. Rambut hitamnya diikat satu.
Tak ada yang bisa menahan Elora. Gadis itu segera ikut memanen dengan para pekerja. Ia bahkan ikut menyanyi dengan mereka.
Di mansion......
"Elora di mana, Nuna? Panggil dia untuk sarapan bersama. Hari ini dia tidak ke rumah sakit kan?" tanya Tizza.
Mereka semua sudah duduk di ruang makan sedangkan Elora tak ada.
"Mungkin dia belum bangun." kata Hernandes sedikit meremehkan Elora. Jujur saja kalau dia tak terlalu menyukai Elora karena menurutnya tidak cocok untuk putranya.
"Nona Elora sudah bangun sejak pukul 5 pagi. Dia biasanya lari pagi di sekitar perkebunan. Namun pagi ini, di grup wa para pekerja, mereka membagikan video. Nona Elora sedang ikut memanen anggur bersama para pekerja." Nuna menunjukan video itu melalui ponselnya.
Tizza tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Anak ini. Apa dia tak takut kulitnya menjadi hitam karena panas matahari?"
Simone mengambil ponsel Nuna itu dan melihat video itu sekali lagi. "Dia kelihatan begitu bahagia."
"Mungkin sebaiknya dia di coret dari daftar calon menantu, Tizza. Jadikan dia saja asisten mu. Elora tomboy, periang, supel, dan tak mau diperintah. Sangat tidak cocok dengan Enrique yang pendiam dan selalu punya aturan." ujar Alea membuat Tizza menatap iparnya dengan wajah tak suka.
Alea hanya tersenyum. Ia meneguk jus nya lalu berdiri. "Aku suka dengan Elora. Namun dengan sikapnya itu, dia lebih cocok menikah dengan Pedro yang sama-sama periang." lalu Alea meninggalkan ruang makan karena memang dilihatnya kalau papanya sudah selesai sarapan.
Enrique hanya diam. Ia menatap mamanya. Ia tahu kalau mamanya tak suka dengan ucapan Alea.
"Aku mau ke ladang dulu." Enrique segera meninggalkan ruang makan. Ia mengambil topi nya dan segera ke ladang dengan mobil jeep nya.
Dari jauh ia dapat mendengar tawa Elora. Entah apa yang ia percakapan dengan para pekerja. Sepertinya panen mereka sudah selesai dan sekarang mereka sedang menikmati kopi dan kue.
"Tuan......!" Felix langsung menyambut Enrique.
"Bagaimana panen hari ini?"
"Sudah selesai, tuan."
"Segera bawa ke gudang."
"Siap, tuan."
Para pekerja yang lain langsung terdiam melihat Enrique. Sedangkan Elora justru terus menikmati kue yang ada seolah tak peduli dengan kedatangan Enrique.
"Elora, kembalilah ke mansion. Mama mencari mu." kata Enrique.
Elora berdiri. "Aku pamit dulu ya. Bye...."
Semua pekerja melambaikan tangannya pada Elora. Enrique pun ikut pergi.
"Hei, kamu mau kemana?" tanya Enrique melihat Elora berjalan ke arah lain.
"Ke mansion. Memangnya kenapa?"
"Ayo naik ke Jeep."
"Aku mau jalan kaki!"
"Elora, kamu mau mempermalukan aku dengan berjalan kaki ke mansion sementara di sini ada Jeep?" tanya Enrique dengan wajah merah menahan emosi.
Elora pun naik ke Jeep dengan wajah kesal. Enrique segera duduk di sampingnya dan langsung menjalankan mobilnya.
Saat Elora menoleh ke arah bukit, matanya langsung berbinar.
"Enrique, apakah itu air terjun?"
"Ya."
"Aku mau ke sana!"
"Aku banyak pekerjaan."
"Ya sudah aku turun di sini saja nanti aku telepon bibi dan bilang akan ke air terjun."
"Elora !" Sentak Enrique.
"Kok marah sih? Aku kan tak meminta kamu mengantarku. Aku hanya ingin ke sana."
"Kamu itu ya....." Enrique menghentikan mobilnya.
Saat Elora akan turun, dari mobil, Enrique justru menahan tangannya. "Pasang sabuk pengaman mu karena jalan ke air terjun tak begitu bagus."
Elora langsung tersenyum. Ia memasang sabuk pengamannya dan Enrique menjalankan mobilnya lagi.
Benar saja, jalan menuju ke air terjun bukanlah jalan yang terbuat dari aspal. Melainkan jalan berbatu yang membutuhkan keahlian khusus untuk mengemudi.
Namun saat mobil berhenti di tepi jalan, Elora sangat kagum melihat air terjun itu. Hampir sama dengan yang ada di desanya.
"Wah, indah sekali." Elora langsung berlari mendekati air terjun itu. Ia membuka sepatu dan kaos kakinya, membuka topinya, lalu membuka karet yang mengikat rambutnya. Gadis itu langsung menyebut ke dalam air dengan perasaan gembira.
"Enrique, pulanglah. Nanti aku pulang jalan kaki saja. Aku akan lama di sini." kata Elora sambil berenang ke sana kemari.
Air terjun itu jatuh dan membentuk kolam di bawahnya. Airnya sejuk dan pemandangannya indah.
Enrique mendekat. "Jangan terlalu lama Elora. Di sini banyak ular berbisa. Penduduk desa di sini hanya datang ke air terjun ini kalau ada perayaan tertentu. 5 menit saja kamu mandi setelah itu kita pulang."
"Masa sih hanya 5 menit?" Elora kembali berjenjang. Ia terlihat seperti kanak-kanak yang begitu senang karena bermain air.
Enrique merasa bodoh karena mengikuti keinginan Elora untuk datang ke tempat ini. Lelaki itu dengan awas memperhatikan sekeliling. Sudah banyak tumbuhan liar yang tumbuh. Biasanya tempat ini akan dibersihkan oleh penduduk desa jika ada perayaan hari suci menjelang paskah.
Enrique baru menyadari kalau Elora punya rambut panjang yang hitam. Gadis itu selalu mengikat rambutnya atau kalau ia ke rumah sakit, ia akan menyanggul rambutnya.
"Enrique, airnya sejuk. Ayo mandi!"
Enrique mengeram kesal. "Elora, aku harus berangkat ke kota."
Elora nampak kesal. Ia mendekat ke pinggir kolam. "Tolong tarik aku!" kata Elora sambil mengulurkan tangannya. Enrique nampak malas melangkah mendekat, lalu menarik tangan Elora. Namun yang terjadi adalah, Elora justru menarik tangan Enrique sangat kuat sehingga lelaki itu ikut jatuh ke dalam kolam
"Elora .....!" teriak Enrique marah.
Elora tertawa senang. Ia menjauh dari Enrique namun lelaki itu dengan cepat memeluk memeluk Elora dan membawanya ke luar dari kolam dengan cepat.
"Ada ular." bisik Enrique sambil menunjuk cabang pohon yang ada di atas kolam.
Elora terkejut. Tubuhnya langsung menggigil ketakutan. Elora sangat takut dengan ular.
"Ayo kita pergi." Enrique menarik tangan Elora lalu keduanya segera masuk ke dalam mobil. Enrique pun menginjak pedal gas lalu meninggalkan tempat itu.
Saat mereka tiba di depan pintu utama mansion, nampak Tizza bersama dengan Anna dan Cecil baru saja keluar.
"Astaga, kok kalian bisa basah seperti ini?" tanya Tizza namun ia terlihat senang.
Enrique tak menjawab. Ia hanya menunjukan wajah kesalnya lalu segera masuk ke dalam rumah sedangkan Elora hanya tersenyum dengan sedikit salah tingkah karena Anna dan Cecil menatapnya dengan sejuta tanda tanya yang ada.
"Aku mau mandi dulu, bibi." kata Elora lalu segera berlari menuju ke kamarnya.
Tizza menatap kepergian Elora sambil mengerutkan dahinya. "Apakah mereka pergi ke air terjun? Nggak mungkin lah. Di sana kan banyak ular. Namun mengapa mereka bisa basah seperti itu?"
"Mungkin terjadi sesuatu di kebun anggur, bi. Kasihan juga Enrique. Kelihatan sekali kalau ia kesal." kata Cecil diikuti anggukan Anna.
"Ayo kita pergi !" Tizza mengajak kedua calon menantunya ini untuk ke tempat penyimpanan anggur karena ada yang ingin ia kerjakan di sana. Sebenarnya ia juga ingin agar Elora ikut namun ia tak mau menganggu Elora dan Enrique yang nampaknya ad momen romantis.
*********
"Nuna, mau kemana dengan kotak obat itu?" tanya Elora saat ia masuk ke rumah untuk mengambil air minum.
"Mau di bawa ke kamarnya tuan Enrique."
"Dia sakit?" tanya Elora heran. Karena tadi mereka baik-baik saja."
"Pinggang tuan katanya terluka."
"Terluka? Tapi karena apa? Tadi kami kan baik-baik saja saat pulang dari air terjun."
"Nona dari air terjun? Bersama tuan?" Nuna menahan senyum.
"Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Ayo kita ke kamar Enrique."
Keduanya menaiki tangga sampai akhirnya tiba di depan kamar Enrique. Nuna mengetuk pintu yang nampak tak tertutup seluruhnya.
"Masuk, Nuna!" kata Enrique karena ia yakin kalau itu Nuna. Enrique tadi menelpon Nuna dan memintanya membawa kotak obat.
"Tuan, ini kotak obatnya."
Elora langsung mucul di belakang Nuna. " Enrique, kamu luka karena apa?"
"Kok kamu ke sini sih?" tanya Enrique.
Elora tak memperdulikan perkataan Enrique. Cowok itu menggunakan celana pendek tanpa atasan sehingga luka di pinggangnya langsung terlihat.
"Ini luka karena apa?" hanya Elora.
"Saat kamu menarik aku ke dalam kolam, aku jatuh dengan pinggang yang membentur batu yang agak tajam." jawab Enrique.
"Nuna, keluarkan alkohol dan obat merah." perintah Elora.
"Kamu mau apa sih?" tanya Enrique. Ia menjauh namun Elora justru menarik tangannya dan mendorong cowok itu untuk duduk di atas ranjang.
"Aku sudah biasa melihat cowok dengan perut sixpack kayak gini. Bahkan ada yang lebih seksi lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku akan tertarik denganmu." kata Elora lalu menuangkan cairan alkohol di atas kapas dan mulai membersihkan luka Enrique.
Enrique menahan sakit dan perih namun dia tak bersuara.
Diam-diam Nuna meninggalkan mereka. Ia tersenyum sambil berharap ada api cinta yang akan muncul di antara mereka.
"Nuna, dari mana?" tanya Tizza yang sudah kembali dari gudang anggur.
"Dari kamar tuan Enrique. Pinggangnya mengalami luka karena mandi di air terjun."
"Astaga, jadi dia dan Elora beneran ke air terjun? Aku mau melihat anakku." Tizza menyerahkan botol anggur yang dipegangnya pada Nuna.
"Nyonya, nona Elora ada di atas. Dia sedang mengobati luka tuan Enrique."
Langkah Tizza terhenti. Ia membalikan badannya dan kembali menatap Nuna, Cecil dan Anna.
"Ayo kita buat kue di dapur." katanya lalu melangkah menuju ke dapur.
Anna sebenarnya ingin naik ke atas. Namun ia belum pernah ke kamar Enrique. Begitu juga dengan Cecil.
"Cecil, Anna, ayo kita buat kue!" teriak Tizza membuat kedua gadis itu saling berpandangan dengan wajah cemberut.
**********
Adakah sesuatu yang akan terjadi di kamar Enrique?
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
gws mami....