CUKUP SEKEDAR MENGAGUMIMU

CUKUP SEKEDAR MENGAGUMIMU

rasa kesepian yang menggelora

"Audzubillahiminasyaitonirojim............."

Indahnya lantunan ayat Qur'an itu menggema di seluruh sudut ruangan.

Laura. Pemilik suara itu sedang menghayati ayat demi ayat yang ia lafadzkan. Diikuti dengan air mata yang perlahan jatuh di sudut mata Laura. Baginya, rutinitas yang ia lakukan setiap malam, adalah obat yang ampuh meluluhkan segala kesepiannya. Dengan mengaji, rasanya ia telah bercerita banyak hal kepada sang Pencipta. Allah SWT.

Ya, Laura—anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Namun, tidak sama halnya dengan anak tunggal lainnya yang selalu mencurahkan waktu bersama orang tuanya. Laura justru hanya ditemani dua orang pembantu yang telah dibayar kedua orangtuanya untuk menjaga dan mengurusi Laura selama mereka tidak ada di sampingnya.

Malam itu, seakan alam ikut merasakan kesedihan Laura. Seakan ikut bercengkrama mendengar doa Laura. Hujan turun begitu deras hingga terdengar bunyi yang menghantam atap rumah Laura. Menutupi suara Laura yang mulai bergetar agar tak ada manusia lain yang mendengarnya.

"Shadaqallahul adzim."

Laura menutup Qur'an, lalu mulai melihat kearah jendela yang menghembuskan angin kedalam kamarnya. Pipi putih nan bulat itu sudah nampak sangat basah.

Ia berjalan ke arah jendela kamarnya. Terlihat seorang gadis berhijab panjang nampak kehujanan dan berlari menuju rumah kecil di sebelah rumah Laura. Gadis itu basah kuyup hingga sampai ke tujuan. Namun, air mata Laura semakin deras melihat gadis itu yang telah disambut hangat oleh sepasang suami istri dan adik laki-laki kecil di sebelah rumahnya, dengan wajah penuh kekhawatiran.

Iri. Kesepian. Rindu. Itulah yang kini menguasai hati dan pikiran Laura sekarang. Iya amat sangat kesepian dan merindukan kedua orangtuanya.

"Ya Allah, ampuni hambamu yang saat ini hatinya sedang dikuasai syaiton. Rasa iri yang luar biasa melihat keluarga itu sampai lupa rasanya bersyukur bahwa hambamu masih punya engkau.. Ya Allah, jadikanlah rasa kesepianku menjadi pintu semakin dekatnya hamba padaMu.. Ya Allah, sampaikanlah pula rinduku pada Ibu dan Ayahku. Berikanlah perlindungan bagi keduanya dan mudahkanlah segala apa yang sedang menjadi urusan keduanya." Doa Laura dalam hati.

Ia menatap langit-lang it yang tidak nampak cahaya sedikitpun dari sang bulan dan bintang. Air matanya kini mulai berhenti mengalir. Tidak lama kemudian, ia menatap jam yang berada di meja belajar nya tepat di samping kanan jendela. "Udah jam setengah 10 malam ternyata. Udah waktunya tidur." Ucapnya.

Laura kembali menarik nafas panjang, lalu perlahan menghapus sisa air matanya yang masih menyelimuti pipi bulatnya. Kemudian menutup jendela dan berjalan ke arah keluar kamar. Ya, ia berencana mengambil wudhu lagi lalu tidur.

**********

Piuk piuk piuk...

Handphone itu terus berbunyi membangunkan sang pemilik.

"04.20 WAKTUNYA PERSIAPAN SHOLAT SUBUH" Begitulah yang tertera dilayar Handphone Laura. Ya, itu adalah alarm yang disetting Laura untuk membangunkannya jika ia sampai tertidur pulas.

Laura bergegas menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan berwudhu. Setelah itu, ia mulai bersiap-siap sembari menunggu adzan berkumandang.

Beberapa menit kemudian, adzan Masjid di dekat rumah Laura berkumandang. Laura mengambil posisi di atas sajadah bulu kesayangannya. Mengangkat kedua tanganya untuk berdoa ketika mendengar adzan tersebut berhenti. Lalu menunaikan kewajibannya tersebut.

Sholat qobliyah subuh, sholat wajib subuh, berdzikir dan di akhiri dengan berdoa.

40 menit berlalu. Laura melipat dan manaruh kembali perlengkapan sholatnya. Ia melirik kembali ke Jam kamar miliknya. 05.42. Ia kemudian segera bersiap-siap untuk kembali melakukan aktivitasnya. Sekolah.

Laura kini duduk di bangku SMA. Sebagai salah satu siswi terbaik di sekolahnya. Laura terkenal dengan sifatnya yang tertutup, pendiam atau sering disebut introvert dan alim namun memiliki paras yang cantik. Ia dikagumi banyak teman pria di sekolahnya, namun ketaatannya pada Agama membuatnya menghindari hal-hal seperti itu. Ia hanya mempunyai satu teman perempuan yang menemaninya dari ia masih duduk di bangku sekolah dasar hingga kini menjadi teman sekelas di SMA.

**********

"Mba, aku pamit ke sekolah ya." Ucap Laura kepada Mba Ayem—pembantu yang mengurus rumah Laura, yang sedang asyik memasak.

"Eh neng, kok tidak makan dulu sih? Mba udah masak nasi goreng banyak ini. Kasihan kan kalau tidak dimakan." Balas Mba Ayem.

"Mba bungkusin saja boleh tidak? Aku makan di sekolah saja. Soalnya, pagi ini aku ada pelajaran agama mau setoran hafalan, aku takut lupa kalau udah sarapan!"

"Ya udah neng! Tunggu bentar ya, sedikit lagi kelar, baru mba bungkusin."

"Oke mba. Aku tunggu di ruang tamu saja ya." Ucap Laura dan berjalan menuju ruang tamu. Sembari menunggu Mba Ayem, ia duduk dan mengulang-ulang hafalan yang telah ia hafalkan seminggu ini.

"Assalamualaikum..." Suara cempreng perempuan yang tidak asing di telinga Laura, membuatnya langsung menoleh kearah pintu yang sudah terbuka sedari tadi. Berdiri seorang perempuan pemilik suara tersebut.

"Waalaikumsalam... Sini masuk Dinda." Laura memanggil perempuan itu. Ya, Dinda—sahabat satu-satunya yang ia miliki. Rumah Dinda berada tepat di sebelah rumah Laura. Setiap pagi, mereka selalu pergi sekolah bareng. Bergantian saling menjemput ke rumah masing-masing.

"Tunggu ya, Din. Mba Ayem lagi bungkusin bekal."

"Iya, Ra. Tidak apa-apa. Masih lama juga waktunya kok!" Balas Dinda sembari menengok jam tangan miliknya.

"Neng, ini mba udah siapin bekalnya. Eh, Dinda! Dinda juga mau disiapin bekal sama mba, tidak?" Tanya Mba Ayem.

"Ngerepotin mba tidak nih?" Goda Dinda.

"Tidak atuh kalau untuk neng Dinda mah! Yaudah tunggu bentar aja ya neng, mba siapin." Ucap Mba Ayem sambil ngedipin mata ke arah Dinda dan berlalu kembali ke dapur.

Dinda—gadis perawakan Jawa dan Sulawesi ini, memiliki pembawaan yang berbanding terbalik dengan Laura. Ia lebih ceria dan ekstrovert. Dinda merupakan anak pertama dari keluarga sederhana. Dinda bukan dari keluarga kaya seperti Laura tapi ia lebih beruntung karena memiliki Bapak, ibu dan adik yang selalu menemaninya di rumah.

"Ini neng Dinda bekal buat neng!" Mba Ayem memberikan tas yang berisi rantang ke arah Dinda.

"Makasih ya Mba Ayem ku yang cantik.....!"

"Mba, aku sama Dinda kesekolah dulu ya.. Assalamualaikum." Ucap Laura sembari menyalim tangan Mba Ayem.

"Assalamu'alaikum mba ku." Ikut Dinda menyalim tangan Mba Ayem.

"Wa'alaikumsalam hati-hati ya neng..!" Balas Mba Ayem.

Mereka berdua pun menunju ke sekolah dengan berjalan kaki. Sekolah mereka hanya berjarak 3km dari rumah mereka. Selama perjalanan mereka bercanda gurau sembari mengingat hafalan yang menjadi tugas mereka.

**********

Tring... Tring...

Bel sekolah SMA PERSADA BANGSA berbunyi.

Seorang guru perempuan masuk kedalam kelas diikuti anak laki-laki di belakangnya. Kelas tersebut yang tadinya ramai dengan suara berisik para siswa kini menjadi sunyi ketika guru tersebut mulai menampakkan wajahnya di pintu kelas.

"Berdiri! Beri salam!" Teriak seorang siswa memberi aba-aba lalu berdiri, kompak teman-teman sekelasnya ikut berdiri.

"Selamat pagi bu guru!" Teriak seluruh siswa-siswi dikelas tersebut.

"Pagi anak-anak." Balas guru tersebut lalu menuju kursi guru.

Setelahnya semua siswa-siswi duduk kembali. Namun, wajah mereka terlihat antusias apalagi para siswi di kelas tersebut. Karena melihat siswa laki-laki tampan yang nampak asing berdiri di sebelah guru mereka.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Jee Ulya

Jee Ulya

Aku suka kata-kata yang mengalir lambat kayak giniii

2025-02-01

1

Nis♤deL

Nis♤deL

nada dering samsung kak? /Shy/

2025-02-03

1

♬♩♪♩ Haruki♩♪♩♬

♬♩♪♩ Haruki♩♪♩♬

semangat Thor!

2025-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!