NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Panggung yang Dinanti

Di rumah, Widuri kembali membuka novel yang sempat dia beli. Setiap kalimat dalam novel itu memberikan semangat baru.

Dia menulis sesuatu di jurnalnya malam itu:

“Aku nggak tahu apa yang akan terjadi di lomba nanti, tapi aku tahu bahwa aku harus memberikan yang terbaik. Bukan buat guru, bukan buat kepala sekolah, tapi buat diriku sendiri.”

----

Hari lomba debat tiba. Sekolah Widuri mengirim tim mereka ke salah satu universitas di kota Bandung, tempat perlombaan diadakan. Gedung aula yang besar dan penuh peserta dari berbagai sekolah terasa mencekam bagi Widuri dan teman-temannya.

“Wid, kamu oke?” tanya Aini sambil menggenggam tangan Widuri yang dingin.

Widuri mengangguk pelan. “Iya, aku cuma... gugup aja.”

Raka, yang biasanya terlihat santai, ikut menambahkan, “Hei, kita udah latihan keras. Ini cuma soal nunjukin apa yang udah kita persiapkan. Jangan terlalu dipikirin.”

Namun, di dalam hati Widuri, suara ketidakpastian terus berbisik. Bagaimana jika dia lupa argumen? Bagaimana jika lawan mereka lebih pintar? Kekhawatiran itu terus mengganggu pikirannya sampai mereka dipanggil ke panggung.

 

Ketika giliran mereka tiba, Widuri berdiri di podium, berhadapan langsung dengan juri dan ratusan penonton. Raka memulai pembukaan dengan nada yang percaya diri, diikuti oleh Aini yang memperkuat argumen tim mereka.

Ketika giliran Widuri tiba, dia menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara.

“Ladies and gentlemen, sebuah argumen tanpa bukti ibarat bangunan tanpa fondasi. Dan hari ini, kami akan menunjukkan bahwa solusi yang kami tawarkan tidak hanya logis, tetapi juga berdasar pada data dan fakta yang kuat.”

Suaranya yang tegas langsung menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Kata-katanya mengalir lancar, meskipun sesekali rasa gugup sempat menghampiri. Tapi, Widuri berhasil mengatasinya.

Di akhir sesi, Widuri menyadari bahwa dia telah memberikan yang terbaik. Saat mereka meninggalkan panggung, Aini memeluknya erat.

“Kamu luar biasa, Wid!” seru Aini dengan mata berbinar.

Widuri hanya bisa tersenyum lega.

 

Beberapa jam kemudian, pengumuman pemenang dilakukan. Widuri dan timnya berdiri di tengah aula, menunggu dengan cemas.

“Juara pertama lomba debat tingkat kota tahun ini adalah... SMAN 5 Bandung!”

Seruan itu membuat Widuri dan timnya melompat kegirangan. Mereka saling berpelukan sambil tertawa, tak percaya bahwa mereka berhasil membawa pulang piala kemenangan.

 

Di sekolah, kepala sekolah menyambut mereka dengan senyuman lebar.

“Luar biasa! Kalian membuat sekolah ini bangga,” ucapnya sambil menyerahkan piala untuk dipajang di ruang kepala sekolah.

Namun, kebahagiaan itu hanya sesaat bagi Widuri. Dalam perjalanan pulang, dia mulai merenungkan apa yang sebenarnya dia cari dari semua ini. Kemenangan itu penting, tapi apakah itu benar-benar membuatnya bahagia?

Di rumah, Widuri membuka jurnalnya lagi. Dia menulis:

“Hari ini kami menang. Semua orang bangga, tapi aku merasa ada yang kosong. Aku ingin tahu, apa yang sebenarnya membuatku benar-benar bahagia?”

 

Di sisi lain, Galuh mendengar kabar tentang kemenangan Widuri dari media sosial sekolah. Dia tersenyum pahit sambil menatap foto Widuri di podium, memegang piala dengan penuh kebanggaan.

“Dia benar-benar sudah jauh dariku,” gumamnya.

Galuh tahu bahwa Widuri sedang mengejar mimpinya, sementara dia masih terjebak dalam penyesalan. Tapi, dia juga tahu bahwa ini adalah pelajaran berharga baginya.

Dia membuka laptopnya dan mulai menulis surat untuk Widuri, meskipun dia tahu bahwa surat itu mungkin tidak akan pernah dikirimkan.

“Wid, aku bangga sama kamu. Aku tahu aku nggak pantas bilang ini, tapi aku selalu mendukungmu, dari jauh.”

Galuh menutup laptopnya dengan berat hati.

 

Hari-hari berikutnya, Widuri mulai lebih sering merenung. Kemenangan itu memberinya rasa puas, tapi juga membukakan matanya bahwa hidup bukan hanya soal pencapaian.

Suatu sore, Damar menemui Widuri di taman sekolah.

“Wid, aku dengar kabar tentang kemenangannya. Keren banget,” kata Damar sambil duduk di bangku sebelahnya.

“Thanks, Dam. Tapi aku malah merasa... aneh,” jawab Widuri sambil menatap langit.

Damar mengerutkan kening. “Aneh gimana?”

“Aku nggak tahu, kayak ada yang hilang. Aku merasa belum menemukan sesuatu yang benar-benar aku mau,” ungkap Widuri.

Damar tersenyum kecil. “Mungkin itu karena kamu fokus ngejar hal-hal buat orang lain, bukan buat dirimu sendiri.”

Perkataan itu membuat Widuri termenung. Dia mulai sadar bahwa selama ini, banyak yang dia lakukan bukan untuk kebahagiaannya, melainkan untuk membuktikan sesuatu kepada orang lain.

 

Malam itu, Widuri memutuskan untuk mengambil langkah kecil. Dia membuka buku catatannya dan mulai menulis daftar impian yang ingin dia capai untuk dirinya sendiri.

“Ini bukan untuk guru, bukan untuk sekolah, tapi untuk aku,” bisiknya pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!