Ayah Anakku

Ayah Anakku (15)

" Mas sudah ingat semuanya kan?!," tanya Kiara saat keduanya sudah masuk ke dalam kamar.

Galih kembali ke hotel. Rumah Kiara tidak memiliki kamar lagi sementara ia tak mungkin tidur berdesakan dengan cucunya. Wildan pun ikut dengan Galih.

" Iya. Aku sudah mengingat semuanya," jawab Bayu.

Ia awalnya berniat untuk pura-pura. Tapi, niat baik untuk memperbaiki hubungan tidak akan berjalan lancar jika di awali kebohongan.

" Sejak kapan?,"

" Sejak aku terbangun dari pingsan waktu itu,"

Kiara menganggukkan kepalanya. "Berarti sejak awal kita bertemu mas sudah ingat?,"

Galih mengangguk.

" Kenapa tidak bilang?,"

" Aku hanya tidak ingin kamu tak nyaman. Hubungan kita dulu sangat kaku sebagai sepasang suami istri,"

"...."

" Aku ingin memulai hubungan dari awal. Menjalankan peran kita sebagai sepasang suami istri dan orang tua untuk Aksa," harap Bayu.

Kiara diam. Ia pun ingin. Tapi, belum yakin.

" Apa kamu masih ragu?," tanya Bayu.

" Ya."

" Beri aku kesempatan untuk membuktikan semuanya. Aku serius." Bayu menatap Kiara.

" Tapi. ..."

" Saat aku mengatakan akan mendaftarkan pernikahan kita agar sah, saat itu aku serius. Aku mulai nyaman saat ada di dekatmu. Aku tidak ingin kita berpisah sekalipun kamu sudah melahirkan.

Aku juga tak tega memisahkan anakku dari ibu kandungnya,"

" Bagaimana dengan Bu Yumna?," tanya Kiara.

" Ada apa dengan dia? Dia sudah bukan istriku. Harusnya bukan masalah kan?,"

" Tapi, aku merasa takut kalau ancaman Bu Yumna akan dia realisasikan jika tahu aku masih menjadi istrimu. Yang aku tahu, Bu Yumna sangat mencintai mas,"

Bayu berdecih. "kalau cinta, tidak mungkin dia sel1ngkuh sampai hamil anak orang lain,"

" Astaghfirullah, jadi Bu Yumna saat itu hamil anak orang lain?,"

" Ya. Sangat memuakkan bukan. Dia menyuruhku untuk menikahi mu hanya agar kamu hamil anakku. Bahkan dengan cara inseminasi hanya agar aku tidak bersentuhan langsung denganmu.

Tapi, dia sendiri melakukan hal menj1jikan dengan laki-laki lain. Kalau memang mau hamil, kenapa bukan darah dagingku saja?,'

Cinta? Entah kemana perginya. Sejak pengkhianatan itu terungkap, cinta itu seolah hilang tak berbekas.

" Bagaimana dengan Bu Yumna sekarang?," tanya Kiara penasaran.

" Dia sudah menikah dengan ayah dari anak yang ia kandung,"

Kiara manggut-manggut.

" Jadi, tidak ada masalah kan?,"

" Apa Bu Yumna masih suka menemui mas?,"

Bayu diam. Menemui? Secara langsung tidak. Tapi, ia tahu kalau Yumna memantaunya dari jauh. Itu berdasarkan laporan anak buah ayahnya.

Kiara tersenyum kecut. Dari diamnya, Kiara sudah bisa pastikan kalau mantan istri suaminya itu masih suka menemui suaminya.

" Kami belum pernah sengaja bertemu sejak perpisahan. Kecuali tanpa sengaja. Walaupun dari laporan anak buah Papa, dia suka menguntit ku,"

Kiara diam.

" Jangan khawatir. Sekarang ada aku yang menjaga kalian. Soal perbuatannya pada ibu, aku akan mencari buktinya. Jika ia benar-benar bersalah, kita bisa langsung melaporkan ke polisi. Melaporkan tanpa persiapan juga takutnya malah membuat Yumna bisa membuat alibi,"

Kiara mengangguk. Setidaknya suaminya percaya pada ucapannya.

.

.

" Kia, Papa minta maaf," ucap Galih.

Siang ini ia sengaja meminta waktu untuk bicara berdua.

Mereka duduk di bangku samping rumah yang menghadap ke sawah.

" Maafkan sikap Bayu yang membuatmu ada di posisi ini. Memanfaatkan keadaan Bi Asih dan menjeratmu dalam pernikahan kontrak,"

Kiara menunduk. Ia tak menyangka akan mendapatkan permintaan maaf dari laki-laki yang berstatus mertuanya.

" Tuan tidak marah?,"

Galih hanya tersenyum. "Kalaupun harus marah, aku marah pada putraku. Bagaimana bisa dia mempermainkan pernikahan seperti itu?,"

Galih tak pernah marah pada Kiara. Ia justru korban dari keegoisan Yumna dan Bayu.

" Kamu sekarang menantuku. Ibu dari cucuku. Panggil aku Papa, aku ayah mertuamu,"

Kiara menatap Galih yang tersenyum tulus padanya. Perasaan hangat karena diterima dengan tangan terbuka membuat Kiara terharu.

" Jangan khawatirkan apapun lagi. Biar Papa dan Bayu yang mengurus semuanya,"

Bayu tahu jika Kiara mengkhawatirkan sesuatu dan itu Yumna.

" Terimakasih,"

.

.

" Bagaimana, semuanya sudah beres?," tanya Bayu pada Bayu dan Wildan yang baru sampai di rumah. Yogi ayah Raka sudah kembali ke rumahnya.

" Alhamdulillah, Pah. Semuanya sudah beres. Transaksi kali ini sudah langsung ada bukti nya. Pak Burhan atau keturunannya tidak akan lagi bisa mengusik madrasah," jelas Bayu panjang lebar.

" Syukurlah." pak Galih tenang.

" Ayah, mobilnya rusak. Tidak bisa bergerak," Aksa membawa mobil remote control miliknya ke hadapan Bayu.

Wajah Aksa sedikit takut. Takut jika Ayahnya marah.

" Coba, sini," Bayu mengeceknya dan memang mobil itu tidak bergerak.

" Hmm. Ini kenapa?," bisa Bayu lihat kalau body mobilnya tidak mulus.

" Tadi, nabrak pohon. Aksa tidak sengaja," Aksa menundukkan kepalanya.

Bayu mengusap kepala Aksa. "tidak apa-apa. Nanti ayah belikan yang baru," ucap Bayu.

Membeli lagi mobil mainan itu hal yang mudah bagi Bayu.

" Jangan!! Perbaiki saja. Kalau masih bisa di perbaiki, kenapa harus beli baru. Kata Bunda begitu,"

" Iya, nanti coba minta Om Yudi betulkan ya." Kiara yang datang sambil meletakkan minuman dingin di atas meja menimpali.

Ia tak mau anaknya menyepelekan sesuatu.

" Ayah saja yang betulkan. Tidak perlu minta ayahnya Raka," ucapannya tak terima.

" Ya, ampun Bayu. Gitu aja cemburu," Wildan terkekeh.

Wajah sahabatnya ini aneh. Perasaan dulu dia tak mudah cemburu pada Yumna. Ia sangat percaya pada mantan istrinya itu.

" Ck."

" Sudah, minta tolong Om Yogi saja ya. Ayahmu tidak paham cara membetulkan mainan," Galih malah membuat Bayu semakin berwajah muram.

" Jadi, ayah tidak sehebat Om Yogi?,"

Bayu tak terima. Soal hebat, dia sangat hebat kan? Perusahaan tidak akan maju kalau bukan karenanya.

" ayahmu juga hebat, sayang. Hanya saja dalam hal lain."

" Benarkah?,"

" Tentu saja," jawab Bayu bangga. Galih dan Wildan hanya menggelengkan kepalanya. Semakin besar kepala lah dia.

"Apa kehebatan ayah?,"

" Ayah bisa memimpin perusahaan besar dimana banyak orang kerja pada ayah. Ayah bos mereka,"

Mata Aksa berbinar mendengar kata Bos. Yang ia tahu ayah Raka bahkan punya bos yang memberinya gaji.

" Benarkah? Apa ayah juga kerja di gedung tinggi?,"

" Tentu saja. Gedungnya sangat tinggi,"

" Aksa mau lihat!!!," antusias Aksa membuat Bayu terkekeh.

" Boleh. Ayo kita lihat gedung tempat ayah kerja. Kita juga akan lihat rumah mewah kita,"

" Kapan? Ayo kita lihat sekarang!!," Aksa sudah tak sabar. Rumah mewah dalam pandangannya adalah yang sering ia lihat di televisi. Apakah rumah ayahnya juga semewah itu? Aksa penasaran.

" Tidak bisa sekarang, sayang. Susah sore. Besok saja kita ke kota ya. Sekalian jalan-jalan ya,"

" Aksa mau ke kebun binatang seperti Bang Raka. Dengan bunda dan Ayah. Aksa belum pernah,"

Hati Kiara mencelos. Selama ini mereka hanya berdua pergi kemanapun. Atau dengan Ambu jika beliau mau.

" Ya, besok kita ke kota Ya. Kita ke kebun binatang setelah melihat rumah Aksa dan gedung tempat ayah bekerja,"

Aksa mengangguk setuju.

.

.

TBC