Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 ( Merahasiakan keberadaan ku )
Pagi hari seperti biasa Andrew tengah di sibukkan dengan beberapa dokumen yang sangat menumpuk berada di atas meja kerjanya,”Bagaimana kerjasama dengan perusahaan Nugraha?” tanya seorang pria paru baya yang langsung mendudukkan dirinya dan berhadapan dengan Andrew.
“Semua berjalan dengan lancar tapi aku tidak ingin menemuinya lagi. Ayah saja yang menemuinya jika nanti ada meeting dengan perusahaannya,” seru Andrew.
Pria itu tersenyum terkekeh karena ia tau alasan Andrew tidak ingin bertemu lagi dengan CEO perusahaan Nugraha,”Ayah kesini ingin memberikan ini padamu,” ujar Mark memberikan sebuah undangan pesta ulang tahun dari keluarga Sanjaya.
Andrew membaca undangan tersebut lalu ia meletakkannya kembali,”Aku kira pesta ulang tahun siapa? Ternyata anniversary kedua orang tua Anjani,” Andrew memutar bola matanya malas dan meletakkankembali undangan tersebut.
“Ayah harap kamu datang bersama Jesan. Lupakan dulu masalah pribadimu dengan putrinya,” pinta Mark lalu ia pergi meninggalkan ruangan Andrew.
“Bersama Jesan? Belum tentu dia mau kalau tau undangan ini ternyata dari keluarga Anjani pastilah ada Hasta di sana,” Mark tidak tau tentang masalalu Jesan karena Andrew tidak pernah menceritakan apapun sehingga ia tidak tau jika suami dari Anjani adalah masa lalu Jesan.
Di tempat lain tepatnya di kediaman Anjani dan Hasta tinggal, seperti biasa Hasta ingin bersiap ke kantor. Setelah pertengkaran hebat kemarin keduanya merasa canggung dan tidak menyapa satu sama lain. Berbeda dengan pertengkaran sebelumnya yang memang sering terjadi diantara mereka yang mana Hasta tidak pernah bertegur sapa bahkan melirik Anjani pun tidak tapi kali ini mungkin memang Hasta sudah keterlaluan membuatnya berani menyapa Anjani terlebih dahulu.
“Anjani … soal kemarin aku benar-benar minta maaf padamu. Aku gak bermaksud nyakitin kamu aku hanya ingin kamu mengerti tentang perasaan ku padamu yang tidak bisa berubah sampai kapan pun,” terang Hasta.
Anjani menarik sudut bibirnya dan mengahampiri Hasta yang berdiri dengan penampilannya yang sudah siap berangkat ke kantor,”Kemarilah, kita sarapan dulu sebelum kau bernagkat,” Anjani menarik kursi dan mendudukkan Hasta lalu dengan telaten ia mempersiapkan sarapan pada suaminya itu.
“Aku mengerti dan mungkin aku terlalu berharap. Maafkan aku juga yang telah egois memaksamu untuk mencintaiku tapi Mas boleh aku meminta sesuatu padamu,” tanya Anjani.
“Apa?” sahut Hasta.
“Minggu depan pesta annivarsary kedua orang tuaku. Aku harap kita bisa bersikap selayaknya suami istri yang bahagia. Setidaknya aku bisa memberikan hadiah kebahagiaanku untuk mereka yang memang hanya ingin melihat putrinya merasakan kebahagiaan di dalam keluarga kecilnya. Jujur saja aku sangat sedih saat mereka membahas soal cucu khusunya mama ku yang sangat bahagia hanya dengan membayangkannya saja tapi aku sadar itu tidak akan pernah terjadi.
“Bisa menikah denganmu saja aku sudah bahagia setidaknya aku tidak kehilanganmu,” terang Anjani yang mana membuat Hasta terdiam.
“Maaf, aku terus saja bicara makanlah nanti keburu dingin membuatmu perut mu sakit,” ujar Anjani yang mulai memakan sarapannya.
Sebuah tangan terulur ke atsa kepala dan mengelus lembut rambut indah Anjani membuat tubuh wanita itu terdiam seraya membeku lalu ia menoleh ke arah Hasta. Pria itu langsung memeluk dirinya membuat Anjani tersenyum senang.
“Baiklah, aku akan penuhi permintaan mu. Terimakasih kau sudah mulai mengerti perasaannku. Aku menyangimu seperti adikku sendiri, Anjani,” ujar Hasta.
Anjani meagngguk, tetapi Hasta tidak tau wanita yang ia anggap sudah berubah memahaminya sedang merayakan kemenangnya,”Jadi, harus seperti inikah aku bisa dekat denganmu, Hasta dan kau akan menyayngiku? Baiklah, aku akan meneruskan kepura-puraan ini agar bisa menarik perhatianmu,” batin Anjani tersenyum menyeringai.
*
*
Sesuai janjinya Andrew meluangkan waktunya untuk adik tercintanya tapi ia tidak membawanya ke pantai melainkan sebuah moll. Mereka mengelilingi moll hampir satu jam lamanya hanya untuk memenuhi keinginan Jesan. Sungguh kakak yang sangat pengertian walaupun batinnya sedang tersiksa, tetapi Andrew tidak menunjukkkan nya hanya sesekali ia mengeluh membuat Jesan merajuk kembali. Akan tetapi, tidak lama karena Andrew membujuknya kembali untuk membeli apa yang sang adik ingin kan membuat senyuman terbit d bibir indah gadis itu.
Tibalah mereka di sebuah restoran favorit Jesan yang mana menu makannnya tersedia makanan kesukaannya yaitu bakso. Berbeda dengan Andrew yang tidak terlalu suka dengan daging ia memilih menu vegetarian karena memang Andrew selalu menjaga pola makannya membuat tubuhnya terawat.
“Makanlah sayuran jangan daging terus yang kau makan. Nanti lemak mu bertambah ga ada pria yang ingin menjadi pasanganmu nanti,” sindir Andrew.
“Nyindir diri sendiri ya, kakak juga belum bisa move on dari cinta pertama nya sampe sekarang belum punya pasangan,” seru Jesan menyindir balik Andrew. Padahal ia juga tau kalau adiknya tidak akan pernah bisa melupakan Hasta.
“Ya, makanya mulai sekarang kita jangan salah memilih pasangan. Bisa-bisa jagain jodoh orang,” celetuk Andrew.
“Jangan salah pasangan nanti sesat di jalan dan jagain jodoh orang, begitu maksud kakak,” balas Jesan.
“Eh kayak pernah denger tapi di mana ya?” seru Andrew seraya berpikir keras.
Jesan hanya menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Andrew,”Aku udah selesai, mau cuci tangan dulu sekalian aku juga mau ke toilet,” pamit Jesan yang dianggukki Andrew.
Sampai toilet Jesan mencuci tangannya seperti biasa orang lain lakukan. Suasana toilet lumayan sepi hanya terdengar suara keran air yang mengalir di atas wastafel. Setelah selesai Jesan meletakkan tangannya di atas mesin pengering.
“Akhh … perutku sakit,” ringis seseorang yang mana membuat langkah Jesan terhenti, tetapi ia sedikit mengabaikannya dan melanjutkan langkahnya.
“Sakit banget … tolong! Siapapun yang di luar tolong aku, hiks,” tangisnya.
Brakk
Jesan membukkan pintu ia sangat terkejut melihat seorang wanita yang tengah duduk di atas closet seraya memegangi perutnya merintih kesakitan. Lalu wanita itu balik menatap Jesan dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. Ternyata hanya mereka berdua yang ada di toilet tersebut.
Bukannya menolong dengan cepat, Jesan malah terdiam di tempat tubuhnya terasa membekku ia tidak percaya saat ini bisa bertemu kembali dengan wanita itu,”Je-Jesan …,” lirih Weni.
Jesan tersadar ia langsung membantu Weni berdiri dan keluar dari toilet,”Maaf, gue nganter lu cuma sampe sini aja. Gue…”
Bugh
Weni memeluk Jesan dan menangis sejadi-jadinya di pelukan sahabatnya itu,”Lu kemana aja, Jes. Ini Jesan kan? Sahabat gue, teman seperjuangan gue dulu, hiks,” isak Weni lalu Jesan melepaskan pelukannya perlahan.
“Lu masih ngenalin gue?” ucap Jesan memastikan lalu Weni pun mengangguk pelan.
Disisi lain Andrew tengah gelisah karena Jesan sudah setengah jam berada di toilet tapi tidak kunjung kembali ia pun memanggil pelayan dan langsung membayar makannnya setelah itu ia bergegas menuju toilet.
“Sedang apa dia di tolet. Apa dia tidur di sana lama sekali aku menunggu,” gerutu Andrew.
“Ceritanya panjang, Weni. Sekarang gue gak bisa ceritain sama lu dan juga ga bisa kasih tau di mana gue tinggal. Yang pasti gue mohon sama lu tolong rahasiain keberadaan gue khususnya …”
“Jesan,” ucapannya terpotong karena Andrew memanggilnya lalu keduanya pun menoleh ke arah Andrew yang menghampirinya.
“Kakak, kenapa kesini?” tanya Jesan.
“Kau lama sekali. Ayo cepat pulang,” titah Andrew.
“Gue pamit ya, lu bisa kan jalan sendiri. Maafin gue nanti kalau kita ketemu lagi gue bakal jelasin semuanya,” pamit Jesan dan ia pun hanya menganggukkan kepalanya sembari menghapus air matanya.
Tidak lama Rama yang baru saja datang untuk menjemput Weni terkejut melihat raut wajah wanita itu yang seperti habis menangis,”Kau habis menangis? Apa perutmu sakit lagi?” panik Rama.
“Hanya sedikit keram ini biasa terjadi di kehamilan semester pertama, Mas,” ya, Weni sedang hamil muda ia telah menikah dengan Rama tiga tahun lalu, tetapi Weni tetap ingin bekerja sampai anak mereka lahir.
Rama sempat melarangnya ya, walalupun saat ini Weni bekerja sebagai manager restoran menggantikan Angga yang sudah mengundurkan diri karena ia sudah mempunyai restoran sendiri tetap saja Rama sangat merasa khawatir dan ingin Weni berhenti bekerja. Bukan tidak ingin, tetapi Weni tidak mau membebankan semua biaya hidup mereka dan juga sang mertua mama Weni yang saat ini tinggal seorang diri.
*
*
Bersambung