Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Karin
Karin berdiri di samping Hanif ketika perwakilan dari PT. Jarpas pamit undur diri setelah makan malam berakhir. Setelah obrolan singkat tersebut akhirnya dia pergi memasuki mobilnya dan meninggalkan Hanif beserta Karin. Oh ada Firzan di belakangnya yang dengan ketat dan penuh kewaspadaan mengawasi teman yang juga bosnya.
Alasan Firzan tentu saja karena takut Hanif terlena. Malam ini Karin bukan saja tampil mempesona dalam balutan midi dress hitam polos yang sangat sederhana namun elegan. Karin berhasil membuat semua yang berada di meja makan terpesona dengan pembawaan dan caranya merespon setiap topik pembicaraan.
Pintar. Firzan sudah tahu berdasarkan data dan informasi yang dia miliki. Dia bahkan menemukan fakta beberapa hari lalu bahwa Karin pernah menjuarai kompetisi bisnis mahasiswa dan dikirim ke Malaysia. Seandainya dia hidup dikelilingi keluarga dan lingkungan yang lebih waras mungkin dia takan menyia-nyiakan kecerdasannya dengan mencari uang secara tidak halal. Sayang saat ibunya membutuhkannya pekerjaan-pekerjaan tidak halalnya itulah yang memberikannya rupiah dengan cepat. Herannya dia masih melakukan itu sampai sekarang, padahal fokus kerja di perusahaan saja sangat cukup untuk membiayai hidupnya. Tapi manusia susah keluar jika sudah terjerat.
"Kamu bawa mobil?" tanya Hanif pada Karin sesaat setelah mobil yang dikendarai koleganya melaju dan menjauh
Karin menggelengkan kepala "Tadi naik taksi, mobil saya di service" jawabnya kemudian
"Kalau begitu saya antar" ucap Hanif
" Fir, panggil Domo" ujar Hanif kemudian pada Firzan yang langsung mengerjakannya.
Tak lama Domo datang dengan mobil Hanif. Firzan langsung membukakan pintu mobil dan meminta Karin masuk sebelum Hanif membukakan pintu untuknya. Karin tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada Firzan meski dalam hati merutuk kenapa gercep amat dia. Pasalnya tadi Karin menangkap gerakan Hanif yang sepertinya berniat membukakan pintu untuknya. Tapi tak mungkin dia mereog dan memaki Firzan.
"Dimana kamu tinggal" tanya Hanif begitu Domo menjalankan mobil keluar dari area parkir restoran
"Apartemen Sudirman" jawabnya
"Kesana dulu Mo" perintah Hanif setelah mendengar jawaban Karin
Kemudian sepanjang perjalanan Hanif dan Karin terlibat obrolan yang cukup menyenangkan. Dari mulai kehidupan pribadi sampai pekerjaan.
"Berarti kita senasib ya Pak, sama-sama yatim piatu" ujar Karin sendu
"Ya. Disyukuri masih ada teman dan hidup layak" jawab Hanif sekalipun tahu Karin berbohong tentang dia yang tak pernah kenal ayahnya.
Di depan Firzan dan Domo mendengarkan dengan seksama. Mungkin Firzan lebih fokus karena Domo harus membagi konsentrasi mengemudikan mobil. Sejujurnya Firzan sedikit ketar-ketir karena sepanjang perjalanan Hanif seolah tersihir dan tampak senang mengobrol dengan Karin. Apalahi harus diakui wawasan Karin sangat luas, dia juga pintar dan terlihat santai serta tenang merespon permbicaraan Hanif. Firzan tak mau bosnya lupa dan terlena. Bisa bahaya bagi bos dan orang di sekitarnya.
"Terimakasih Pak Hanif sudah mengantarkan saya" ucap Karin begitu mobil berhenti tepat di depan lobi apartemen. Domo sigap keluar dan membukakan pintu untuk Karin sebelum Hanif. Tindakannya cepat karena sejak hampir memasuki area apartemen, Firzan memberi isyarat dengan mata,tangan dan kaki, bahkan sempat menendang Domo diam-diam karena takut isyaratnya tak dimengerti.
Domo masuk ke mobil, sementara Hanif hanya membuka jendela dan meminta Karin untuk masuk dan tak perlu menunggunya pergi. Setelah itu Domo langsung tancap gas. Tak butuh waktu lama Firzan langsung nyerocos.
"Asyik ya bos, memang cantik tapi jangan lupa, dia ini ular" Firzan tak menutupi rasa kesal dan sebalnya. Domo melirik Hanif yang cuma tertawa mendengar ucapan Firzan
"Jangan bilang bos sudah terpesona" ujar Domo ikut khawatir
"ck.. Kalian ini kayak baru kenal saja. Masa aku harus kasar dan tak menanggapi omongannya. Tenang saja tak mungkin lupa. Lagipula kalau ditanya masih cantikan Senia kemana-mana" ujar Hanif menyebut santri pondok puteri yang kecantikannya terkenal
"Ya Senia memang cantik gak ada obat bos, tapi si Karin sexy dan lihai" ucap Firzan kesal
"Lah kamu yang sewot, jangan-jangan kamu yang kepincut dia Fir" goda Hanif membuat Firzan kesal dan Domo tertawa terbahak-bahak.
****************
Sementara itu Mela yang malam itu ada acara makan malam ulang tahun teman kantornya diajak Dena sharing taksi online. Karena apartemen Dena lebih dekat maka disepakati mengantarkan Dena lebih dulu ke apartemennya. Saat itu mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di belakang mobil BMW yang menurutnya familiar. Sempat teralihkan saat Dena pamit dan keluar bertepatan dengan perempuan cantik yang juga keluar dari mobil di depannya.
Awalnya Mela tak terlalu ambil pusing, tapi dia jelas sekali melihat sopir Hanif alias mas Domo saat kembali masuk ke kursi driver. Sayangnya kaca mobil di depannya gelap sehingga dia tak bisa melihat siapa saja penumpang di dalamnya. Hanya saja kebetulan sekali beberapa saat kemudian sopir taksi menyalip mobil di depannya dan sekilas Mela melihat penumpangnya. Meskipun tidak jelas tapi Mela yakin selain Domo yang mengemudikan mobil, penumpang lain yang dilihatnya adalah Hanif dan Firzan. Lagipula mudah ditebak mengingat mereka seperti trio yang tak dapat dipisahkan.
"Siapa itu cewek cantik yang diantarnya ya. Rasanya cukup familiar, tapi siapa ya" batin Mela. Memang Mela hanya melihat sekilas dengan jelas perempuan tadi dan tak berniat memperhatikannya. Hanya saja mengetahui yang mengantarkannya adalah Hanif cukup memicu rasa penasarannya. Sepengetahuannya Hanif belum memiliki pacar atau teman dekat perempuan dan jarang sekali terlibat dengan perempuan selain urusan pekerjaan. Ah ya mungkin memang rekan kerja atau partner bisnisnya. Mela tak lagi memikirkannya.
Tapi selesai mandi dan bersiap tidur, Mela kembali ingat dengan Hanif. Meskipun kejadian tadi tidak ada hubungannya tapi membuat Mela kembali mengingat apa yang dia dapat.
Mela lalu menyalakan laptopnya dan membuka folder dengan password yang berisi objek penyelidikannya selama ini. Rasa keponya memang hanya iseng, tapi dengan bantuan Hardian apa yang didapatnya cukup membuatnya tercengang dan semakin dalam mencari informasi.
Sebetulnya kepiawaian dan kegigihan Hardian juga tak akan ada artinya atau sampai sejauh ini jika saat itu tidak secara kebetulan Hardian diminta membantu project temannya. Hardian secara resmi adalah web developer, meskipun kemampuan IT nya jauh dari itu berkat hobinya ngubek komputer. Saat itu pun Mela pun hanya minta bantuan sekedarnya pada Hardian. Dan karena saat mengiyakan permintaan bantuan dari kakak ya bertepatan dengan Hardian mengerjakan project yang ternyata cukup mempermudah pencariannya itulah mereka mendapat hal yang lebih dari yang mereka harapkan
Mela kembali membuka dan membaca semu file yang sudah dia kumpulkan lalu dia susun. Setiap foto, dokumen dan catatan yang dia buat ditelitinya lalu disusunnya. Mela mencoba mereka-reka potongan yang hilang yang sekiranya bisa menghubungkan semua potongan yang dia miliki supaya menjadi utuh. Sayangnya Mela masih belum menemukan dengan tepat apa yang dibutuhkan.
"Huh" Mela menghela nafas kasar. Beberapa waktu ini dia sudah berhenti untuk mengotak-atik file-file yang tersimpan ini. Tapi melihat Hanif tadi membuatnya rasa penasarannya kembali.
****************
Sementara itu di apartemennya karin sedang menikmati berendam di bathtub. Dering telpon dari Daud tak dihiraukannya. Karin sudah tahu apa yang akan ditanyakan dan diminta Daud. Dan semua itu bisa menunggu. Saat ini Karin sedang memutar kembali detik demi detik perbincangannya dengan Hanif. Meskipun dia bukan orang yang baik, Karin harus mengakui Hanif tak terlihat seperti orang yang berambisi dengan harta. Meskipun mungkin dia sekarang menjadi direktur dan memiliki saham cukup besar ditambah Karin tahu dia punya usaha yang dirintis bersama teman-temannya, tak sedikitpun Hanif memancarkan aura haus akan kekayaan dan kekuasan. Hanif bahkan termasuk sopan dan sejujurnya teman diskusi yang menyenangkan serta seimbang. Dia pintar, dan Karin sudah terlalu lama dikelilingi pria -pria sok pintar tapi bodoh. "Tapi bisa jadi itu cuma kedok". Batinnya. Hanya saja entah kenapa hatinya mulai bimbang
"huupp," Karin menarik nafas lalu menenggelamkan dirinya sebelum kembali muncul dan menghirup udara dengan rakus. "Lebih baik aku tidur" ucapnya pada dirinya sendiri dan mengakhiri sesi berendamnya.