NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kaulah Yang Hina

Pria itu melanjutkan, "Perkenalkan, namaku Razor. Aku adalah penjaga tempat ini… lebih tepatnya, pintu ini yang menghubungkan ke Hotel Kesialan di Black World."

Bacin masih merasa linglung. "Di mana ini?" tanyanya, pandangannya masih berusaha mencerna lingkungan sekitarnya.

Razor menjawab dengan tenang, "Ini adalah Desa Melati. Aku akan menjadi pengantar pesanmu di sini. Ini nomor teleponku," Razor memberikan sebuah kartu kecil berisi nomor telepon. "Hubungi aku jika kau memiliki pertanyaan."

Bacin mengangguk, masih sedikit tercengang. "Mobilku… berada di Desa Mawar Hitam. Arah mana Mawar Hitam?"

Razor menatap Bacin sejenak, kemudian berkata dengan nada sedikit mengejek, "Gunakan internetmu, bodoh."

Bacin hanya bisa mengangguk, merasa sedikit kesal dengan sikap Razor. Ia melambaikan tangan, mengucapkan, "Sampai nanti," lalu pergi, meninggalkan Razor yang masih berdiri di tempatnya.

Matahari siang membakar kulit Bacin. Debu merah beterbangan di sepanjang jalan setapak yang menghubungkan Desa Melati dengan Desa Mawar Hitam. Ia membuka ponselnya, cahaya layar menerangi wajahnya yang tegang. Peta digital menunjukkan titik biru kecil yang mewakili dirinya, perlahan bergerak mendekati titik yang menandai Desa Mawar Hitam. Satu jam perjalanan kaki, demikian menurut aplikasi. Jarak yang tak begitu berarti bagi Bacin, seorang polisi yang terlatih. Namun, hutan lebat yang membatasi jalan setapak itu menimbulkan rasa gelisah yang baru. Udara terasa lebih dingin di bawah naungan pepohonan rindang, dan sunyi senyap yang mencekam menggantikan kicau burung yang biasanya terdengar di siang hari. Hanya ada derit daun kering di bawah kakinya dan detak jantungnya sendiri yang bergema.

Sekitar lima puluh jiwa, begitulah jumlah penduduk Desa Mawar Hitam yang tertera di internet. Angka itu terasa kecil dan sepi, memperkuat rasa was-was dalam dirinya. Bacin terus berjalan, langkahnya mantap meski keringat dingin mulai membasahi dahinya. Ia sesekali melirik ke kanan dan kiri, mata tajamnya mengamati setiap gerakan, setiap bayangan yang mungkin mengintai di balik pepohonan.

Lalu, ia melihatnya. Di antara pepohonan yang menjulang tinggi, seorang wanita berdiri. Rambutnya hitam panjang, terurai bebas, membuatnya tampak seperti sosok hantu di tengah cahaya redup yang menembus kanopi hutan. Wajahnya, yang samar-samar terlihat dari kejauhan, adalah wajah yang Bacin kenal. Wajah wanita cantik yang telah dilihatnya sebelumnya di Desa Mawar Hitam, sebelum ia tersedot masuk ke dunia gelap itu.

Detak jantung Bacin berdebar kencang. Bukan debaran adrenaline seorang polisi yang siap menghadapi bahaya, tetapi debaran rasa takut yang mencengkeram jiwanya. Suatu rasa takut yang lebih dalam, lebih primal daripada apapun yang pernah dialaminya sebelumnya. Ia terpaku di tempat, langkah kakinya seolah membeku, dikelilingi oleh sunyi senyap yang kini terasa begitu mencekam dan mengancam.

Bacin tetap terpaku. Angin berdesir di antara dedaunan, seolah berbisik-bisik di telinganya, memperkuat rasa takut yang menghimpit dadanya. Wanita itu masih berdiri di sana, tak bergerak, seakan menunggu. Lama-lama, rasa takut itu berubah menjadi rasa penasaran yang memaksa. Siapakah wanita ini sebenarnya? Apakah ia ada hubungannya dengan ibunya? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepalanya, mendesak Bacin untuk melangkah maju.

Dengan hati berdebar-debar, Bacin mulai berjalan mendekati wanita itu. Langkahnya perlahan, setiap langkah diiringi oleh detak jantungnya yang semakin keras. Ia berusaha menjaga agar raut wajahnya tetap tenang, meski di dalam dirinya, kekhawatiran dan ketakutan bercampur aduk.

Saat jarak mereka tinggal beberapa meter, wanita itu mulai bergerak. Ia berjalan mendekat, langkahnya sama perlahannya dengan langkah Bacin. Rambutnya yang hitam berkibar tertiup angin, menutupi sebagian wajahnya sehingga Bacin hanya bisa melihat matanya yang hitam pekat. Mata yang tampak kosong, namun menyimpan kedalaman yang tak terbaca.

Ketika mereka berpapasan, wanita itu berhenti. Ia menatap Bacin dengan tatapan yang menusuk, membuat bulu kuduk Bacin merinding. Suaranya, ketika akhirnya terdengar, lembut namun dingin, seperti bisikan angin malam.

"Kau mencari Ibumu, bukan?" suaranya hampir tak terdengar, namun terasa menusuk hingga ke lubuk hati Bacin.

Bacin tertegun. Bagaimana wanita ini tahu? Ia belum sempat mengucapkan sepatah kata pun. Namun, pertanyaan wanita itu sudah menjawab banyak hal. Ini bukan sekadar pertemuan kebetulan. Wanita ini, entah bagaimana caranya, mengetahui tujuannya.

"Siapa kau?" tanya Bacin, suaranya sedikit gemetar. Ia berusaha untuk tetap tenang, namun rasa takut masih menguasai dirinya. Ia merasakan suatu kekuatan misterius yang terpancar dari wanita tersebut, suatu kekuatan yang membuatnya merasa lemah dan tak berdaya.

Wanita itu tersenyum, sebuah senyum yang tidak mencapai matanya. "Namaku tidak penting. Yang penting, aku bisa membantumu menemukan Ibumu," jawabnya, suaranya masih lembut, namun dengan nada yang sedikit mengancam. "Namun, ada harga yang harus kau bayar."

Hening. Udara di antara mereka terasa berat, dipenuhi oleh ketegangan yang teramat sangat. Bacin merasakan hawa dingin yang menusuk tulang, meskipun matahari masih bersinar terang di atas kepala. Ia menatap wanita itu, mencoba membaca ekspresi wajahnya yang terselubung misteri. Ada sesuatu yang ganjil, sesuatu yang jauh melampaui kemampuannya sebagai seorang polisi yang terlatih untuk membaca orang.

"Harga apa yang kau maksud?" tanya Bacin, suaranya serak. Ia merasakan dadanya sesak, bukan karena rasa takut semata, tetapi juga karena rasa penasaran yang membuncah. Ia ingin sekali tahu lebih banyak tentang wanita misterius ini, tentang rahasia yang mungkin disembunyikannya.

Wanita itu tertawa, suara tawa yang nyaring dan menusuk telinga, bergema di antara pepohonan. Tawa itu terdengar seperti tawa seorang penyihir yang telah berhasil menjebak mangsanya. "Oh, harganya beragam," katanya, setelah tawa itu mereda. "Bisa berupa nyawamu, jiwamu, atau... kenanganmu yang paling berharga." Tatapannya menembus Bacin, seolah membaca isi hatinya.

Bacin terdiam. Perkataan wanita itu menusuk hatinya. Kehilangan ibunya sudah menjadi luka yang menganga di hatinya selama bertahun-tahun. Apakah ia harus rela kehilangan lebih banyak lagi untuk menemukan ibunya? Apakah wanita ini berbohong? Atau apakah ini adalah ujian yang harus ia lalui?

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Bacin, suaranya lirih, penuh keraguan. Ia merasa terjebak dalam permainan yang jauh lebih besar dan berbahaya dari yang pernah ia bayangkan. Perjuangannya untuk menemukan ibunya ternyata jauh lebih rumit daripada sekadar menelusuri petunjuk dan menangkap pelaku kejahatan. Ia telah memasuki dunia yang dipenuhi oleh misteri dan bahaya yang tak terduga. Dan wanita ini, dengan senyuman misteriusnya, memegang kunci dari semua itu.

Wanita itu tersenyum tipis, lalu berkata, "Ikuti aku." Ia berbalik dan berjalan menjauh, menghilang di antara pepohonan lebat, meninggalkan Bacin yang dipenuhi dilema dan rasa tidak pasti. Hanya langkah kaki wanita itu yang terdengar, perlahan menghilang di antara dedaunan, mengundang Bacin untuk mengikuti jejak misterius yang akan membawanya ke takdir yang belum diketahui.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!