Jasmine yang di jual oleh Ibu Tiri nya kepada Madam Grace sang Mucikari, berusaha melarikan diri, dia tidak menyangka hidupnya menjadi luar biasa saat dia berhasil pergi dan menjadi pengemis di jalanan.
Namun, satu bulan berlalu Jasmine sudah tidak tahan lagi hidup dalam pelariannya, di kejar-kejar dan di buru, ia selalu di rundung ketakutan akan tertangkap oleh Madam Grace dan Van Elrond, saat berada di hutan Jasmine menemukan jalan rahasia yang menuju suatu tempat dan ternyata jalan itu membawanya ke sebuah mansion mewah bak kastil besar seperti Istana.
Jasmine menyelinap masuk ke dalam kamar lalu ia mandi dengan di penuhi busa yang sangat banyak, melihat pakaian indah dan mewah Jasmine pun memakai nya dan pada saat yang bersamaan kepala pelayan masuk.
Jasmine terkejut, ia takut dirinya akan di penjara karena menyusup masuk ke dalam mansion.
Namun, kepala pelayan itu justru memanggilnya "Nyonya" dan menundukkan kepala.
Apa yang sebenarnya terjadi di dalam mansion itu? Kenapa Jasmine mendadak menjadi Nyonya di mansion mewah yang sangat besar tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 12
Di Mansion Kota B, Jasmine duduk di ujung meja panjang, di hadapannya di atas meja mewah, sudah tersaji berbagai macam hidangan makan malam.
Segala makanan ada di atas meja, segala buah ada di atas meja, dan segala makanan manis seperti dessert dengan bentuk lucu dan menggemaskan pun juga sudah di hidangkan langsung di atas meja.
Saat itu Jasmine sudah berganti pakaian lagi dengan gaun berwarna merah jambu dan biru laut dengan rambut panjangnya yang halus di tata rapi oleh para pelayan khusus untuk penata rambut, gaunnya pun di pilih dari desainer terkenal di dunia.
Wajah cantik Jasmine yang murni, putih, bersih, sangat membuat Barnett takjub, dia bahkan kagum karena selama hidupnya kecantikan itu baru ia jumpai.
Jasmine yang hanya duduk diam memandangi seluruh makanan terlihat masih sungkan, apalagi Jasmine masih teringat bagaimana dirinya di layani oleh puluhan pelayan hanya untuk mengganti baju dan menata rambutnya.
Meskipun Jasmine menelan ludahnya berkali-kali Jasmine masih ragu untuk mengambil makanan yang sesekali ia lirik dan mengundang air liurnya.
Barnett pun menyuruh para pelayan-pelayan yang berbaris sedang menunggu di setiap kanan dan kiri meja panjang, untuk pergi dengan isyarat tangannya.
"Nyonya makanlah sup ini atau steak daging ini, para chef khusus menyiapkan semua hidangan ini untuk anda." Kata Barnett mengangkat piring yang lebar dan mewah berisi steak daging yang enak ke hadapan Jasmine.
Barnett juga menaruh garpu dan juga pisau di samping piring Jasmine. Setelah itu Barnett mengambil botol Wine besar berwarna hitam yang mewah dan membuka tutup botolnya.
Suara khas wine yang di tuang mengucur di dalam gelas terdengar nyaring, dan aroma wine yang harum menyentak hidung Jasmine.
"Silahkan Nyonya..." Kata Barnett.
Namun saat Jasmine hendak mengangkat tangannya, yang ia sembunyikan di atas pahanya, seseorang berjalan dengan langkah cepat dan membisikkan sesuatu dengan sikap hormat pada Barnett.
"Benarkah!!" Kata Barnett dengan wajah yang sangat bahagia.
"Baiklah kalau begitu, Nyonya anda pasti senang, Tuan Aland sudah kembali, beliau pasti sangat tidak sabar ingin segera bertemu dengan anda, jadi pulang lebih cepat dari jadwal yang di rencanakan. Nyonya bisa makan malam bersama dengan Tuan Aland." Kata Barnett bersemangat.
Kedua bola mata Jasmine mendadak juling, serasa hamparan makanan di depannya itu justru langsung membuatnya mual dan ingin muntah. Tentu saja itu karena Jasmine takut dan jantungnya tak beraturan.
"Mari Nyonya kita sambut Tuan Aland." Ajak Barnett.
"Aa... Aku... Akuu.... " Jasmine mendadak lemah, dan tak bisa berpikir. Jasmine juga tak bisa menolak, tak tahu harus bagaimana, ia pun terseret keadaan, dimana ia kebingungan harus melakukan apa, namun Barnett sudah menunggu nya dengan wajah ramah penuh senyuman dan mempersilahkan Jasmine dengan tangannya.
Jasmine pun perlahan berdiri dengan kedua kaki kecilnya yang gemetaran, dengan keragu-raguan mau tak mau ia harus berdiri karena keadaan sudah menjepitnya. Saat itu mereka berjalan bersama, menuju lobby mansion, ternyata para pelayan dan pengawal sudah berkumpul.
Melihat pemandangan itu, sontak saja ketakutan yang luar biasa menyelimuti seluruh pikiran Jasmine, tubuhnya langsung merespon cepat, keringat terus mengucur dan membasahi dahi serta tubuhnya, kakinya hampir lemas tak mampu berdiri, dan tubuhnya pun gemetaran hebat, Jasmine hampir ingin pingsan, dia tak sanggup lagi.
Kepalanya hanya terus menunduk dan tak berani melihat ke arah manapun.
Saat itu suara langkah kaki seseorang mulai terdengar di telinga Jasmine. Suara sepatu itu seolah adalah suara sang pencabut nyawa yang kian mendekat. Jasmine menelan ludahnya namun tenggorokannya kering, ia tahu dan sudah menduga bahwa kali ini dia pasti akan mati.
Agar tidak terlalu takut, Jasmine kembali memikirkan Van Elrond dan juga Madam Grace.
"Baiklah lebih baik aku mati membusuk di sini daripada kembali tertangkap oleh mereka berdua." Kata Jasmine dalam hati.
Namun, ternyata ketakutannya tak kunjung reda meski ia memikirkan kejahatan Elrond dan Madam Grace, suara langkah sepatu itu seperti menggema di telinga dan juga perutnya yang mulas.
Jasmine mengutukki dirinya kenapa dia harus mengiyakan dan membenarkan saat Barnett memanggilnya Nyonya, kenapa dia mengikuti alur kebohongan yang serba mendadak itu, mengapa ia mengiyakan jika dia adalah istri Aland.
Semua itu terjadi karena perkataan Barnett bahwa Aland tidak pernah pulang ke mansion, Jasmine pun latah dan menjalankan kebohonganya dia pikir Si pemilik Mansion benar-benar tak akan pulang, dia pikir si pria yang dia akui sebagai suaminya tidak akan pernah pulang ke mansion. Jadi, Jasmine mengiyakan perkataan Barnett yang mengira dirinya adalah istri Aland.
"Bahkan ini belum genap satu hari, aku sudah ketahuan." Batin Jasmine menyesal.
Suara sepatu itu semakin mendekat, semua pelayan sudah membungkuk, dan jasmine juga terus menundukkan kepalanya.
Tak berapa lama langkah kaki bersepatu itu berhenti di hadapan Jasmine, Jasmine yang menundukkan kepalanya melihat dengan mata kecil, ia ingin melihat seperti apa bentuk sepatu yang berjalan dengan suara menyeramkan itu.
"Istriku... Suamimu pulang, kenapa kau hanya menundukkan kepala dan tidak menyambut, apa kau sedang menyembunyikan wajahmu yang cantik? Aku ingin melihat wajah cantik istriku ini."
Suara rendah seorang pria itu langsung menembus ulu hati Jasmine, suaranya rendah dan tidak membentak, namun seolah dia sedang menekankan suatu kebohongan yang sedang Jasmine perankan.
"Tuan Aland anda pulang lebih awal?" Tanya Barnett.
Aland hanya diam.
"Istriku... Kau tidak ingin memperlihatkan wajah cantikmu pada suamimu yang sudah lama merindukanmu." Kata Aland lagi dengan suara yang dingin.
Perlahan Jasmine pun mengangkat wajahnya dengan rasa ketakutan luar biasa.
Namun saat wajah itu terangkat dan mereka saling memandang, mata mereka saling terikat, Aland langsung terpaku dan jantungnya mendadak meledak, begitu terasa nyeri namun juga berdebar.
Gadis di hadapannya begitu cantik, meski Barnett mengirimkan beberapa foto kepadanya namun Barnett adalah pria tua yang tak pandai mengambil foto, semua foto yang di kirimkan oleh Barnett buram, tak ada satupun foto yang jelas, dan tak ada satu foto pun yang benar-benar memperlihatkan wajah Jasmine.
Dalam hati Aland bertanya-tanya apakah salah satu malaikat ciptaan Tuhan sedang terjatuh ke bumi.
Aland menelan ludahnya, paras itu benar-benar bening dan bersih, begitu murni dan sangat cantik, hidung mancung dan wajah kecilnya, bibir merah muda yang terlihat kenyal dan lembut, begitu sempurna dengan rambut panjang yang halus tergerai dan di tata rapi.
"Sa... Saa... Saa... Sayang... Ka.. Kau pulang lebih cepat... Ku kira kau... Tidak akan pernah pulang, atau tersesat di luar sana dan lupa jalan pulang... " Kata Jasmine tersenyum canggung dan gemetar.
Harvest yang mendengar itu sontak menahan tawanya.
"Jika aku tidak pulang, apa kau akan senang?" Tanya Aland dengan suara rendah.
Jasmine hanya diam dan tak menyahut, ia benar-benar akan pingsan.
Aland melirik Harvest dan kemudian Harvest pun maju.
"Barnett sudah kau siapkan kamar untuk Tuan Aland dan Nyonya?" Tanya Harvest.
"Sudah saya siapkan semuanya sesuai permintaan Tuan Aland." Kata Barnett.
Harvest mengangguk.
Bersambung\~
untuk moey,,, sumpah lu g tahu malu bangett sumpah gedek bangey sama lu ,,, g ada harga dirinya sama sekaliii