Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Tak terasa 5 hari berlalu, dan selama itu pun, Rein sudah pergi melamar pekerjaan baik di kafe, perusahaan namun belum juga mendapatkan panggilan.
Rein mendudukkan dirinya di sofa kecil di kontrakan nya. "Kemana lagi gue nyari kerja, waktu nya tinggal 2 hari lagi!" gumam nya frustasi.
"Gimana gue bisa bayar spp sama kontrakan gue. Apa gue minta sama mereka aja," lanjut nya.
Rein menggeleng, dia tidak akan sudi kembali pada mereka, yang sudah tega meninggalkan nya.
"Hallo bunda ku sayang, lagi ngapain sih?" tanya Ami tiba-tiba.
Rein berjingkrak kaget, matanya menatap Ami dan Davin yang memasuki kontrakan nya.
"Eh masuk-masuk," ucap nya kikuk.
Kenapa sahabat nya ini tidak memberitahu dirinya kalau mereka akan berkunjung, untung saja kontrakan nya bersih.
Kedua nya mengangguk. "Silahkan duduk, mau minum apa?" tanya Rein.
"Gue ju-"
"Air putih saja," potong Davin saat Ami ingin meminta yang aneh-aneh.
"Tunggu sebentar," Rein langsung berlalu menuju dapur nya yang sangat jauh berbeda dengan dapur milik kedua tamu nya itu.
Rein terkekeh kecil, mendengar Ami yang menggerutu kesal pada Davin.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, dan kedua tamu tak di undang itu juga belum ada tanda-tanda ingin pulang.
Rein kembali menghela nafas untuk yang kesekian kali nya, membuat Ami dan Davin langsung menatap nya.
"Lo kenapa sih Rein, lagi ada masalah?" tanya nya.
Rein menggeleng pelan, dia sudah cukup merepotkan Ami.
Jadi mungkin dia tidak usah bercerita tentang masalah nya ini.
"Nggak papa kok, kalian belum lapar?" tanya Rein.
Davin memandang Rein, ia tahu ada yang di sembunyikan sahabat anak nya ini. Mungkin nanti akan ia tanyakan.
"Lapar, lo mau masak ya? Kalau gitu makasih banget ya Rein. Asal lo tahu, lo tuh udah cocok banget jadi bunda dan istri daddy gue. Nikah aja deh sama dad-"
"Berisik Ami!" tukas Davin sambil menatap tajam Ami yang cengengesan tidak jelas. Ia sebenarnya malu saat anak nya memanggil Rein seperti itu, tapi di sisi lain, sesuatu dalam dirinya berdesir hebat.
"Kalian mau makan apa, biar saya masakan?" tanya Rein.
"Tidak usah tak-"
"Daddy malu-malu segala. Apa aja yang lo masakin kita makan kok hehe." Davin menatap Ami tajam, kalau bisa dia ingin ganti anak.
Rein tertawa kecil melihat perdebatan anak dan ayah di depannya. Seingat nya dia merasakan hal seperti itu saat masih SMP, namun saat memasuki bangku SMA semua nya berubah.
"Bentar ya saya ke dapur dulu," pamit Rein.
"Kamu bantuin Rein sana," ujar Davin pada Ami.
"Daddy mau, dapur Rein kebakaran?" tanya Ami sambil cengengesan.
Davin mengusap wajah nya kasar, sumpah anak nya ini kalau bisa di lelang akan ia lelang saja.
***
Rein berkutat dengan peralatan dapur, tangan nya dengan lincah membalikan ikan yang ia goreng, tanpa takut terkena cipratan minyak.
"Untung sudah masak nasi," gumam nya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Davin, membuat Rein berjingkrak kaget. Refleksi Spatula yang ia pegang di todongan pada Davin, membuat pria itu mundur kebelakang.
"Eh maaf om." ucap Rein sambil menurunkan Spatula nya.
"Iya nggak papa. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Davin sekali lagi. Ia masih tahu diri, mereka seperti nya merepotkan wanita di hadapan nya ini.
"Om bisa kupas bawang? Kalau bisa itu bawang nya ada di sana, minta tolong kupaskan" tunjuk Rein pada beberapa butir bawang yang sudah ia ambil.
"Oke."
Davin tanpa aba-aba mengambil bawang itu lalu mengusap nya.
Hingga beberapa menit kemudian Rein mendengar seseorang terisak pelan.
"Om kenapa? Tangan nya kena pisau?" tanya Rein khawatir sambil mengecek tangan Davin.
"Bukan hiks, bawang nya yang buat saya nangis," ujar Davin menjelaskan sambil mengangkat tangan nya ingin mengusap air matanya.
"Jangan om, nanti tambah perih lagi," cegah Rein.
Wanita itu dengan cepat mengambil tisu lalu menyeka air mata Davin. Rein dengan telaten menghapus air mata Davin, ia tidak menyadari bahwa Davin sedari tadi memandang nya dengan jantung berdebar kencang.
Ami yang akan menyusul di dapur terhenti, mata nya memandang kedua orang itu dengan berbinar. "Aww ternyata daddy mau romantis-romantisan sama Rein, dengan alasan bantu masak! Cie uhuyyy..." goda Ami, membuat kedua nya langsung menengok dan salah tingkah.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Davin kesal.
"Oh jadi daddy mau aku pergi, nggak mau di ganggu gitu, oke aku pergi." Ami dengan senyum Pepsodent nya melangkah pergi menjauh dari area dapur.
"Astaga anak itu, saya jual juga lama-lama," gerutu Davin.
"Jangan om, gitu-gitu dia anak om loh," celetuk Rein yang mendengar gerutuan Davin.
Davin menggaruk tengkuknya. "Om duduk saja, biar saya yang masak," ujar Rein.
"Oke, maaf saya malah ngerepotin kamu."
"Nggak kok."
***
Tok tok
"Rein, buka pintu nya!"
Rein, Davin dan Ami yang sedang makan langsung terhenti, ketika mendengar ketukan pintu dan suara wanita yang memanggil Rein dengan keras.
"Rein, keluar kamu!"
Ami menatap Rein yang tampak menegang. "Itu siapa Rein?" tanya Ami, membuat Rein langsung menoleh padanya.
"Bukan siapa-siapa. Bentar gue buka pintu dulu, kalian lanjut makan aja." Rein dengan cepat berlalu dari sana. Ia tahu itu suara pemilik kontrakan ini. Bukan nya ia masih mempunyai 2 hari lagi, untuk melunasi tunggakan kontrakan nya.
"Akhirnya keluar juga kamu!" tukas nya ketus.
"Maaf bu, ada apa ya?" tanya Rein sopan, ia hanya berharap semoga wanita ini tidak menagihnya sekarang.
"Nggak usah pura-pura lupa kamu. Cepat bayar tunggakan kamu!" ujar nya.
"Bukan nya saya masih punya waktu 2 hari lagi ya bu?" jelas Rein.
"Terserah saya mau tagih sekarang atau nanti, ujung-ujungnya kamu bayar, jadi cepat bayar sekarang!"
"M-maaf bu, uang nya belum ada," ujar Rein sambil menunduk.
"Kamu itu gimana sih? Kalau nggak mampu bayar kontrakan nggak usah sok-sokan ngontrak. Cepat kamu keluar dari kontrakan saya!" teriak nya, membuat Rein tersentak.
"Maaf ada apa ya bu?" Rein tersentak pelan, kemudian dengan cepat membalikkan tubuhnya. Ia mendapati Davin dan Ami sedang berdiri sambil menatap nya.
"Kamu siapa nya? Pacar nya? Kalau gitu bayar kontrakan pacar kamu, sudah nunggak 2 bulan," tutur wanita itu sambil menatap Davin.
"Dia bukan pac-"
"Berapa bu?" sela Davin cepat. Rein menggeleng sambil menatap Davin.
"1 juta."
Davin mengangguk, ia mengeluarkan sebuah cek kemudian menulis kan nominal nya, dan memberikan cek pada wanita itu.
"Gini dong, punya pacar kaya kok nggak kamu porotin. Oh iya, kamu nanti keluarin semua barang kamu ya, hari ini ada yang mau tempati kontrakan ini."
"Nggak bisa gitu dong bu, kan saya masih ngontrak di sini!" protes Rein Tak terima.
"Ini kontrakan saya, jadi terserah saya. Satu lagi, makasih ya uang nya," sehabis mengatakan itu, wanita itu langsung pergi, meninggalkan ketiga nya yang masih berdiri di situ.
TBC...
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..