Mencertakan tentang gadis miskin dari desa Senja Rinjani yang menjadi asisten rumah tangga. stelah beberapa tahun bekerja,anak sang majikan Awan Abimana jatuh hati padanya. Cinta mereka sangat manis,meski senja dari kalangan bawah orangtua Awan sangat menyayangi Senja. Apalgi ibu Awan sudah sangat menyayangi Senja sejak awal senja datang kerumahnya sebagai asisten dirumahnya. Nyonya Arumi ibu Awan sangat menginginkan anak perempuan,namun sayang kecelakaan saat Awan masih kecil merenghut rahimnya. itu juga yang menyebabkan awan tidak memiliki saudara. Namun cinta manis mereka tak berlangsung lama setelah Senja melahirkan anak pertamanya Awan bertemu kembali dengan wanita dimasa lalunya. Wanita yang telah menenmani awan sejak lama. Namun mereka harus berpisah saat Awan memutuskan study nya kelyar negri. Wanita bernama Hana itu memilih laki-laki lain yang lebih mapan dan sukses dari Awan. Namun setelah pertemuannya kembali dengan Hana saat Hana menjadi seorang janda hati Awan terus goyah,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Suryandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VIII KEPENTOK
Malam ini semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidur berlayar dalam mimpinya masing-masing. Namun tidak dengan Senja,sejak tadi dia begitu susah memejamkan matanya. Perutnya sedang tak bersahat rasanya begitu lapar.
"kruk...kruk..kruk?bunyi perut Senja.
Dia sedikit mengurut perutnya yang lapar. Itu karena tadi saat makan malam bersama dia sengaja mengambil nasi yang sedikit karena segan dengan semua anggota keluarga sang majikan. Apalgi Awan diam-diam dia selalu memperhatikannya namun senja saat dimeja makan dia berusaha cuek dan pura-pura tidak tau.
"Ya ampun dasar perut laknat,kamu kenapa tidak ada elegan-elegannya sih?"monolog senja.
"Di dalam pasti semua orang sudah tidur kali ya mengingat ini sudah jam 10 malam. Coba masuk saja lah cek kulkas pasti banyak makanan yang bisa buat ganjal perut?" gumam senja.
Akhirnya dia pun keluar kamar menuju dapur rumah utama.
Senja berjalan mengendap-endap,karena takut akan membangunkan semua orang. Lampu juga sudah dimatikan suasana menjadi gelap hanya ada pencahayaan dari lampu teras mansion yang sengaja tidak dimatikan.
Senja menemukan beberapa camilan yang bisa mengganjal perutnya. Dia mengambil beberapa buah-buahan dan makanan ringan.
Tanpa Senja sadari dari arah berlawanan ada Awan yang hendak mengambil minuman. Namun karena gelap hanya bayangan saja.
Senja melihat sekelebat bayangan. Hatinya berdegup kencang karena takut.
" Itu tadi apa? Apa rumah sebagus ini ada hantunya...Atau jangan-jangan ada maling masuk?kata senja lirih.
Senja melihat disudut ruangan ada sapu dan tongkat bisbol lalu dia memilih mengambil tongkat bisbol bersiap-siap memukul jika itu maling.
Bayangan pun semakin dekat,senja bersiaga dan mengendap-endap. Saat bayangan semakin dekat Senja menyergap bayangan tersebut dan memukulnya.
"A...maling..maling?teriak senja sambil memukul sekenanya orang tersebut yang belum dia kethui jika itu adalah Sang Tuan muda.
Naas Awan kena dua pukulan dibagian lengan kirinya.
" Stop..stop ini saya Awan?"teriaknya.
Senja pun langsung melepaskan Awan,lalu membuang tongkat bisbol itu.
"Ma...maaf Tuan Muda saya tidak tau jika itu anda,saya kira orang lain yang berniat tidak baik?" jawab senja takut-takut dan merasa bersalah.
Mata elang Awan nyalang menatap Senja dan mendekat kearah Senja. Karena tadi Senja terburu-buru menyergap awan dia tanpa sengaja menumpahkan minyak yang ada dimeja dapur,yang tanpa senja ketahui sudah bercecer dilantai. Dan kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi.
"Sreet..." Awan terpeleset,dan naasnya lagi tanpa bisa dihentikan tubuh Awan terjatuh menindih tubuh Senja. Bibir mereka saling bertemu,menempel sempurna. Sedangkan tangan Awan tepat didada Senja. Tanpa disadari ada sesuatu yang bangun dibawah sana,Senja pun bisa merasakannya. Begitu besar dan keras,Senja yang masih polos bertanya-tanya benda apa itu. Jantungnya pun seakan berdisko ria tak aman,berdegub begitu kencang. Awan telah mencuri ciuman pertamanya.
Lalu Senja dengan cepat mendorong badan Awan kasar.
"Tuan muda berat sekali,tuan muda sengaja ya mencium saya!" protes senja.
Awan pun segera berdiri,dengan wajah datarnya.
"Enak saja kamu nuduh saya sengaja,lihat kecerobohanmu ini banyak minyak yang tercecer dilantai!" kata awan masih dengan muka datarnya. Seketika Senja melihat kearah lantai dan benar saja ada tetesan minyak disana.
"Aku tidak berminat denganmu,yang wajah pas-pas an apa lagi body aja kayak triplek nggak ada body nya?" Ejek elang.
Wajah Senja pun seketika merah padam merasa sangat malu,karena dia juga sadar tadi Awan juga sempat memegang dadanya.
"Dan ini lihat lengan saya,ini sakit sekali!" ujar awan lagi.
"Sekli lagi saya minta maaf tuan,saya akan memeriksanya?saya akan mengobatinya"
Senja akhirnya mengalah saja,di menuju kotak P3K tersimpan lalu mengambilnya.
Senja pun memeriksa lengan Awan bersyukur tidak ada luka serius disana hanya memar saja.
Dia pun mengompres luka tersebut dengan es,lalu mengoleskan salep yang difungsikan untuk merekan lebam dan bengkak.
Tanpa Senja sadari sejak tadi Awan memandangi wajah senja yang sedang mengobatinya.
"Cantik.." kata Awan dalam hati.
Akhirnya yang dipandangi tersadar pipinya langsung memerah sempurna karena malu. Melihat itu sebenarnya Awan sangat gemas,ingin rasanya melahap habis bibir tipis gadis tersebut. Tapi dia menahannya,selain karena Feli gengsinya masih setinggi gunung untuk mengakui jika dia mulai menyukai senja,dan perlahan menggeser posisi Feli.
Senja cepat-cepat melepas tangannya dari lengan senja dan berdiri beranjak melangkah mengembalikan kembali kotak P3K ditempatnya.
Tanpa kata Awan langsung saja memilih pergi kekamarnya,setelah mengisi tumbler air minumnya dan membawanya kekamar.
"Dasar kulkas 7pintu yang sombong,untung ganteng kalau nggak sudah ku tendang ke neptunus?" ketus Senja.
Setelah membersihkan sisa minyak dilantai dia pun kembali kekamarnya. Membawa camilan dan buah yang tadi sempat tertunda dia makan.
Sedangkan Awan dikamar jangan tanya sedang apa,karena sejak tadi si adik kecilnya berdiri tak mau tidur kembali. Akhirnya dia masuk kamar mandi untuk menuntaskannya. Diakhir aktifitas itu dia sebut nama senja panjang...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi kini sudah tersenyum indah menyapa,sinar matahari mulai menerobos dicelah gorden.
Awan menggeliatkan badannya,dia mengucek matanya dan duduk dikasurnya. Senyumnya mengembang mengingat kejadian tadi malam. Meski harus merasakan sakit dilengannya tapi entah kenapa hatinya sangat bahagia.
Dia melihat bagian lengan yang tadi malam sempat terasa sakit karena pukulan Senja.
"Ah..bisa gila aku,ingat Awn kamu punya Felisya jangan coba-coba menghianatinya dengan menaruh hati pada gadis lain?" gumam Awan.
"Dari pada aku terus begini,mandi saja dulu lah biar otakku tidak terkontaminasi terus. Lagian kenapa sih mommy mengizinkan gadis yang masih muda kerja disini?" keluh Awan dengan diriny sendiri.
Lalu dia beranjak kekamar mandi,sesaat menikmati guyuran air yang membasuh seluruh tubuhnya.
Selesai mandi dia mengambil bajunya,seperti biasa dia memakai setelan kemeja dan jas untuk digunakan kekantor pagi ini.
Jam pun sudah menunjukkan hampir pukul delapan pagi dia turun kelantai satu untuk sarapan bersama. Disana ternyata sudah ada gadis yang terus mengusik fikirannya saat ini.
Siapa lagi kalau bukan Senja,dia duduk di sebelah kiri Nyonya Arumi,tadi Nyonya Arumi memaksanya kembali untuk sarapan bersama.
Senja terlihat sangat cantik,kali ini dia menggunakan drees model overal lucu tanpa lengan berwarna gelap,namun dia padukan dengan tshirt lengan pendek warna putih yang dibagian dada terlihat sangat menonjol seakan ingin berontak. Terkesan sangat segar sekali wajahnya,terlihat juga tas selempang kecil dipundaknya. Rambutnya digerai begitu saja,dengan diujungnya sedikit curly. Wajahnya disapu make up tipis hasil belajarnya dari tante Lita kemarin.
Melihat itu hati Awan semakin tak karuan saja,apa lgi tadi malam di sempat memegangnya terasa begitu kenyal. Untuk meredam gejolaknya dia menghindari tatapan mereka. Nafsu makannya mendadak sirna,diurungkannya untuk sarapan.
"Awan ayo duduk kenap kamu berdiri saja?" nyonya Arumi heran melihat Awan yang diam berdiri saja.
"Mi Awan tidak sarapan sekarang ya,tadi sekretaris Awan menghungi jika ada meeting dadakan?" Awan beralasan.
"Hah...benar saja tidak sarapan?ucap sang mommy.
" Nggak apa-apa mi nanti Awan bisa meminta sekretaris awan memesankan sarapan selesai meeting?"ucapnya.
"Ya sudah kalau memang begitu,kamu bawa senja juga sekarang antar dia kebutik?" ucap nyonya Arumi.
Awan yang mendengar itu seakan tak percaya,niatnya menghindari Senja malah harus semobil gengan gadis tersebut.
Mau tidak mau akhirnya Awan pun berangkat bersama Senja,tak membantah ucapan sang mommy. Pagi ini dia enggan berdebat dengan siapa saja.
"Ayo senja kita berangkat!" kata awan.
Senja hanya menganggukan kepalanya tanda setuju dan mengekori awan menuju mobil.
Setelah membuka pintu mobi Senja hendak duduk dijok belakang Awan langsung menegurnya.
"Kenapa duduk disitu kamu fikir saya sopirmu?" ucap Awan dengan nada ketusnya.
"Tapi tuan...?kata senja
"Cepat duduk didepan!" perintah Awan tegas namun tidak kasar.
Saat hendak masuk dalam mobil karena saking gugupnya kepala Senja kepentok ujung pintu bagian atas. Jangan ditanya bagaimana malunya dia wajahnya kini bak kepiting rebus.
Awan yang melihat itu geli sendiri.
"Dasar gadis ceroboh, dari pada kepentok pintu kan enakan kepentok hatiku saja?"gumam awan dalam hati
"Hus..jangan mulai Awan ingat kamu punya kekasih;" awan masih bermonolog dalam hati,dia menyadarkan diri sendir
Akhirnya Senja duduk dijok depan disamping Awan dengan perasaan campur aduk. Antara malu dan segan menjadi satu tapi berusaha tenang dan menutupinya. Berkali kalai tanpa dia sadari sering sekali dia membenahi posisi roknya yang sudah benar itu.
Mobil pun melaju sedang cenderung cepat,saat ini jalanan tidak terlalu macet. Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Hingga akhirnya sampailah mobil didepan butik,Senja pun turun dari mobil dan tak lupa dia mengucapkan terimakasih kepada Sang Tuan Muda. Namun hanya dijawab dengan suara deheman kecil disertai anggukan kepala saja. Lalu mobil sudah melaju meninggalkan Senja.
"Dasar kulkas dari kutub utara?" keluh Senja.
Lalu dia pun masuk kedalam butik dia pasti sudah ditunggu tutornya dan juga tante Lita.