MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petaka Pertama
Perahu itu tampak melaju perlahan. Kadang mereka singgah di pinggiran sungai atas petunjuk Asok untuk mengambil daun obat dan membubuhkan nya ke luka Saloka dan Silya yang masih terbaring pingsan serta Asok.
Setelah matahari terbenam barulah mereka tiba di perbatasan desa Mayong dan mulai tampak satu satu cahaya api dari kejauhan di rumah penduduk yang terlihat sangat jauh jaraknya.
"Kita sudah sampai. Lebih baik kita ke rumah kenalan ayah ku dulu. Besok atau lusa baru kita cari rumah orang yang kalian tuju". Seru Asok yang mulai menunjuk ke cabang kecil aliran sungai yang membawa mereka ke kampung Mayong dimana banyak rumah terdapat di situ.
Setelah meminggirkan perahu mereka, Sina mulai membantu Asok naik ke daratan di bantu Sila. Karena perahu yang bergoyang kencang, Silya pun siuman dari pingsan nya dan mengeluh perlahan.
"Kepala ku pusing sekali. Uuuaaakkkhh". Gadis itu pun muntah cairan hijau seperti yang di muntah kan oleh kakak perempuannya tadi sore.
"Syukurlah racunnya sudah keluar. Tinggal tunggu reaksi Saloka". Ucap Asok dalam keremangan malam yang hanya di terangi bulan sepotong.
Setelah meletakkan Asok agak jauh ke daratan, Sina melompat ke dekat perahu dan menggendong Silya turun.
Kemudian Sina dan Sila segera mengangkat Saloka yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri. Wajah dan bibirnya masih membiru meski tak separah siang tadi.
Karena kini Silya sudah hilang pusingnya, dia pun ikut membantu mengangkat Saloka sehingga sebentar saja, mereka semua sudah berada di daratan.
"Sekarang bagaimana? Katamu rumah nya masih jauh?" Tanya Sina pada Asok.
"Kau lurus saja ikuti jalan ini. Di persimpangan nanti, belok kanan. Lihat saja rumah tinggi sebelah kiri. Ajak paman ku kemari". Jelas Asok.
Sina segera berlari menyusuri jalan yang gelap itu. Ketika dia berada di depan rumah yang di tuju, dia segera memanggil paman Asok dan akhirnya, atas bantuan paman nya, Asok dan rombongannya tiba di rumah tersebut.
***~###~***
"Kalian berdua harus tiba disini besok malam. Sekarang pergilah". Terdengar ucapan Dhulaga kepada kedua pria aneh itu.
Kedua nya segera keluar rumah sore itu dan menuju ke utara dengan perahu.
Balu dan Kalu mendapat tugas dari dukun terbesar di kampung tersebut untuk melakukan penculikan tiga orang gadis yang akan menjadi tumbal dalam mengupgrade ilmu perdukunan nya.
Hingga malam tiba keduanya akhirnya tiba di dusun sebelah. Keduanya langsung menguntit rumah rumah yang ada anak gadis nya.
Setelah mencari kesana kemari, akhirnya mereka menandai tiga buah rumah yang menjadi target mereka untuk melakukan penculikan tengah malam nanti.
"Kau tunggu di sini. Aku akan mencari makanan untuk kita". Seru Balu pada adiknya.
Beberapa saat setelah kepergian Balu, tiga orang pemuda melewati perbatasan dusun tersebut dengan kampung Mayong sambil bercakap cakap tentang kedatangan empat orang teman Tuan muda Asok yang dua di antara nya adalah gadis gadis yang sangat cantik sekali.
Mendengar hal itu, hati Kalu merasa penasaran. Setelah hampir tengah malam, kakak nya kembali ke tempat itu sambil membawa makanan yang lezat dan banyak.
"Darimana kau dapatkan makanan ini?" Tanya Kalu.
"Aku curi di rumah hartawan pelit itu. Sudahlah, makan saja". Sahut Balu dengan ketus.
"Hei Balu, tadi aku mendengar di rumah pak kades sini ada wanita cantik. Kata mereka kecantikannya tak ada bandingan. Kita kesana yuk".
"Bagaimana mau kesana, tugas kita saja belum selesai. Dari pada lelaki tua itu marah dan ngomel, kita culik dulu gadis gadis itu".
"Baiklah. Setelah itu kita singgah disana oke?"
Balu terlihat hanya mengangguk setuju sambil makan ayam dan bebek panggang bersama roti besar di campur kuah daging segar.
Lewat tengah malam, keduanya segera bergerak melakukan misinya. Gerakan mereka tampak lincah karena memang perbuatan itu sudah sering mereka lakukan.
Tak perlu waktu lama, tiga orang gadis dalam keadaan terbius sudah di ikat di kepala perahu mereka.
Keduanya pun langsung meninggalkan tempat itu. Setibanya mereka di pertigaan sungai, mereka membelok ke kiri ke arah rumah kepala desa.
Setelah menyimpan perahu berisi tiga gadis pingsan itu, Balu dan Kalu mengendap menuju ke rumah kepala desa dimana Sila dan Silya berada.
Melihat rumah itu dalam keadaan tenang dan sepi, keduanya segera mengintip sana ngintip sini hingga mereka menemukan sebuah kamar tempat dua gadis itu tidur.
Balu segera mengeluarkan sebatang dupa pembius dan membakar nya dibawah lantai kamar yang tinggi itu.
Setelah memastikan asap dupa telah memenuhi ruangan kamar, keduanya menyongket jendela dan masuk kemudian kembali keluar dengan menggendong dua tubuh gadis muda yang terlelap dalam tak sadar.
Cepat mereka berlari sambil membopong tubuh Sila dan Silya menuju ke arah perahu mereka. Setelah sampai ke sana, keduanya segera mengayuh perahu menuju ke timur melewati tempat mereka.
Perahu pun di tambatkan dan keduanya menggendong tubuh para gadis itu ke tengah hutan dimana terdapat gubuk bambu yang dibuat dengan kasar dan memasukkan kelima gadis itu ke dalam bilik bambu tersebut.
Keduanya pun tidur setelah memastikan ikatan kaki dan tangan lima gadis itu sudah sangat kuat.
Sebentar saja Balu sudah terlelap tidur. Kalu yang belum bisa tidur akibat bayangan wajah dan tubuh Sila selalu membayanginya akhirnya bangun perlahan tanpa menimbulkan suara.
Pemuda itu mengambil sebatang dupa bius dan membakarnya kemudian meletakkannya di bawah bilik bambu tersebut sambil membawa tubuh Sila le semak semak samping.
Disana pria yang sudah di amuk birahi itu segera membuka pakaian dan merobek dalaman gadis itu dengan beringas lalu segera dia menggagahi Sila dengan sangat bernafsu.
Hingga hampir pagi perbuatan itu di ulang ulang sampai lututnya lemas bukan main.
Dengan sisa sisa tenaganya, Kalu menyeret tubuh gadis yang hampir telanjang bulat itu kembali ke bilik bambu sedangkan dia keluar lagi setelah melepaskan kain penutup mulut dan hidung lalu tidur begitu saja jauh di depan bilik tersebut.
Hampir serentak Balu terbangun bersama para gadis yang terikat kaki tangannya. Hanya Silya seorang yang masih terlelap tidur meski pengaruh asap bius telah habis.
Teriakan keras Sila membangunkan Kalu pagi itu yang langsung berlari menuju ke bilik yang telah bersih dari asap bius.
"Kurang ajar, lepaskan aku. Kau, kalian bajingan. Ku bunuh kalian". Dengan mata merah menyala diselingi air mata yang mengalir deras Sila menatap dendam ke arah Balu dan Kalu yang baru tiba disitu.
"Kau, dasar". Ucap Balu sambil tersenyum simpul ke arah Kalu.
"Maaf, aku tidak tahan. Sekarang giliran mu. Biar ku bekap dulu mulut si cantik ini, Aihhhh". Baru saja Kalu berjalan ke arah Sila untuk menyumpal mulutnya yang memaki maki mereka, sebuah tendangan hampir saja mengenai tengkoraknya.
Tali pengikat kaki Sila terputus disusul ikatan di kedua tangan nya. Gadis itu langsung bangun menyerang pria itu.
Dengan beberapa elakan, Kalu mampu berkelit. Balu yang melihat hal itu segera turun tangan membantu adiknya mengeroyok gadis bugil yang di amuk amarah itu.
"Bajingan kalian. Aku akan mengadu nyawa. Kalian atau aku yang mati". Gerutu Sila yang masih sempat terdengar di telinga Silya yang terbangun tiba tiba.
"Kakak, apa yang terjadi?" teriak Silya dengan kaget melihat kakaknya dalam keadaan telanjang melawan dua pria aneh itu secara membabi buta.
"Mereka merenggut kesucianku. Memperkosaku". Teriak Sila sambil menangis dan melawan keroyokan kedua manusia iblis tersebut.
Bangkit amarah Silya seketika mendengar teriakan kakaknya yang memilukan itu. Dengan sekuat tenaga dia merenggut lepas tali pengikat tangan dan kakinya.
Entah karena masih lemah akibat luka di tubuhnya atau pusing yang masih di deritanya makanya tenaga gadis itu seperti tak keluar.
Pengeroyokan Balu dan Kalu akhirnya membuahkan hasil ketika pukulan Balu dan tendangan Kalu mendarat dari kiri kanan Sila yang memuntahkan darah segar dan membuatnya terlempar hingga menabrak pecah dinding bambu itu.
"Bersiaplah gadis cantik, kini giliranmu yang harus melayaniku". Dengan senyum menakutkan, Balu mendekati Silya dan mulai membuka baju gadis itu.
Roh iblis tiba tiba merasuki tubuh gadis tersebut yang dalam sekejap mampu memutus tali pengikat dan melakukan pukulan ke arah dada hingga menembus ke punggung Balu.
Tewas lah pria itu dengan jantung masih berdetak di tangan Silya. Mata Kalu terbelalak lebar melihat hal itu.
Dia mengambil pecahan bambu dan memukul ke arah Silya, namun sebuah tendangan membuat nya terlempar dengan dada sesak sejauh lima meter.
Tanpa dapat di tahan lagi, Kalu melarikan diri tunggang langgang tanpa menoleh lagi ke belakang.
Silya yang sedang kerasukan itu mengejarnya dengan cepat. Namun dengan menggunakan perahu, Kalu berhasil menjauhi tempat tersebut dengan bulu kuduk berdiri.
BERSAMBUNG. . .