Cinta Pelangi

Mendengar berita mengejutkan itu membuat mereka kegirangan,namun tidak dengan Pelangi.

Dia merasa ada yang tidak beres dengan pesanan tersebut.

"Pak bagaiman mereka memesan dua macam lauk yang sangat kontras??" tanya Pelangi menyadar kan mereka kembali.

"Benar pak,rendang dan ikan terlihat kurang serasi pak,apalagi ini nasi kotak." Martha membenarkan ucapan Pelangi.

Namun ada juga yang merasa itu tidak menjadi masalah sama sekali.

"Ya terserah si pemesan dong,kita hanya memenuhi permintaan mereka kan?"dia Lina,salah satu teman dekat Chika sewaktu masih bekerja.

"Lagian kalian kok keliatan gak seneng gitu?" pertanyaan Lina semakin menjengkelkan untuk didengar.

"Bukan tidak suka hanya saja..,tapi ya sudah lah." Pelangi tidak ingin lagi melanjutkan keributan itu.

Bagaiman pun dia harus mempersiapkan diri untuk lembur yang akan mereka hadapi.

"Baiklah bagi regu.Sehabis jam pulang tiga orang bertanggung jawab untuk desert,dan lima orang bertanggung jawab untuk ikan,lima orang untuk bertanggung jawab untuk rendang,lalu sisa nya untuk mengemas dan membatu yang kewalahan." Sang Manager membagikan tugas mereka masing-masing.

"Baik pak!!!" seru mereka kompak.

RM Padang yang sibuk pun berlalu,namun berbeda dengan rumah pinggiran yang tersembunyi di belkang gedung kosong.

"Lalu apa rencana mu selanjut nya?" tanya sang paman."Kau tidak berencana untuk memakan itu semua kan?" lanjut nya lagi.

"Tenang dan lihat saja paman,tontonan menarik akan segera tersaji." jawab Andra acuh.

Sang paman hanya melihat Andra sembari menikmati nikotin di tangan nya.Asap rokok membuat pikiran sang paman melang-lang buana kekejadian dua puluh tahun yang lalu.

Dia yang saat itu penuh dengan jiwa pemberontak dan tidak mau tau urusan keluarga,mendadak shok.Saat menerima kematian mendadak sang kakak perempuan.

Satu-satu nya orang yang selalu menjadi pahlawan bagi nya.Jarak usia yang tidak jauh,membuat mereka menjadi dekat.

Malam itu ketika dia baru pulang dari club di salah satu club populer di Amerika,dia menerima panggilan luar negri yang jarang terjadi.

Pasal nya tidak ada keluarga yang menyetujui kepergian nya ke negri PAMAN SAM,itu.

Hanya sang kakak yang selalu memanjakan nya yang mendukung keputusan nya itu.

"Hallo ayah,jika untuk menyuruh ku pulang maka jawaban nya adalah tidak." potong nya langsung sebelum sang ayah berbicara.

"Adnan.." bukan kata-kata kasar yang dia dengar dari sang ayah tapi seruan lemah yang sedikit serak.

Meski terkenal karna kenakalan nya sejak kecil,bukan berarti dia tidak berperasaan.

Meski keluarga mereka kaya dan ayah yang dikenal sangat tegas dan disiplin,tapi mereka juga dididik untuk saling menyayangi.

Sang ayah tidak ingin anak-anak nya kelak rela memusuhi karna harta,jika tidak dididik dari kecil.

Mereka menumbuh kan rasa saling memiliki dan keterikatan yang kuat.

Seperti saat ini,mendengar suara ayah nya yang biasa nya tegas kini terdengar lemah,membuat nya ikut panik.

"Ada apa ayah?" dia bertanya dengan penuh rasa khawatir.

"Sebaik nya kamu pulang,kakak mu Maria,dia.." sang ayah tidak jadi melanjut kan ucapan nya karna sudah terlajur menangis.

Mendengar ayah yang menangis sembari menyebut nama sang kakak yang dia sayangi,membuat hati Adnan tidak karuan.

"Ayah ada apa dengan kakak yah ?" tanya nya.

Tubuh nya segera beranjak menuju lemari mencari paspor,koper dan keperluan lain nya yang akan dibawa pulang ke tanah air.

"Pulang lah nak,kami menunggu mu disini.Nanti kamu juga akan mengetahui nya begitu sampai disini.Hati-hati" peringat sang ayah kemudian menutup panggilan.

Perasaan tidak enak semakin terasa dihati nya,dan malam itu juga Adnan mengambil penerbangan pulang menuju INDONESIA.

Berjam-jam di pesawat membuat dia merasa seperti duduk diatas peniti.

Hati nya gelisah,dia mencoba menghubungi kakak pertama nya namun panggilan nya selalu ditolak.

Sampai saat dia tiba di bandara,perasaan itu semakin kuat melihat pengemudi keluarga yang sudah menunggu nya dengan penampilan yang kuyu seperti tidak tidur dan mata nya sedikit sembab.

"Apa yang terjadi pak?" tanya pada supir keluarga.

"Mari den,sudah ditunggu" tidak ada penjelasan,hanya jawaban yang bukan jawaban yang diterima nya.

Mereka langsung melaju menuju kediaman mewah Gunawan,yang menjadi tempat tinggal kakak nya semenjak resmi menjadi bagian dari keluarga itu.

Sepanjang jalan hati nya yang gelisah semakin menjadi-jadi saja.

"Pak kenapa main rahasia-rahasian sih?" tanya Adnan lagi,namun sang supir hanya diam.

Merasa tidak mendapat jawaban dia pun memilih diam.

Begitu masuk kedalam kawasan kediaman Gunawan hati nya mendadak seperti diremas,pasal nya ada bendera kuning di letakkan dipagar depan rumah nya.

Tanpa menungu mobil berhenti dengan benar,dia langsung melompat dan berlari menuju pintu rumah mewah tersebut.

Didalam dia melihat pemandangan yang menghancurkan hati nya.

Disana kakak kesayangan nya terbujur kaku di dalam peti cantik.Dan keponakan nya yang masih berusia tujuh tahun itu menangis sesenggukan.

Ayah nya yang memandang kosong kearah peti,sementara sang kakak sibuk menenangkan Ibunya yang shok.

Tidak jauh dari situ tuan besar Gunawan terdahulu,kakek dari Andra menunduk di kursi roda nya.

"Tidak tidak" teriak nya menggelegar tubuh letih nya menyerbu kearah peti mati berada.

"Kak apa yang terjadi kak,kenapa bisa begini kak?" raung nya seketika.

"Bukan nya dia baik-baik saja,kenapa begini?" teriak nya entah pada siapa.

Tiba-tiba bahu nya di tepuk dari belakan,dia pun menoleh melihat mata ayah nya yang berkaca-kaca.

Ayah nya yang jarang tersenyum ini sekarang menangis.Maria adalah anak perempuan satu-satu nya,bukan nya menjadi manja.Dia tumbuh menjadi perempuan mandiri dan penyayang.

Sebagai seorang ayah tentu dia sangat terpukul dengan kematian yang mendadak ini.

"Tenang Ad,perhatikan sekeliling mu" peringat sang ayah.

Adnan mengangkat pandangan nya,hati nya terasa ngilu..tidak banyak yang melayat.Padahal mereka keluarga terpandang.

Dan juga..

Benar dia belum melihat keberadaan Bagas.Sebagai suami bukan kah dia seharus nya berada disini?

"Dimana putra mu?" tanya nya pada Tuan besar Gunawan.Namun tidak ada jawaban yang dia terima.

"Dimana anak mu SIALAN" teriak nya sembari menarik kerah baju sepuh tersebut.

"Dia diracun dan tidak bisa berbicara Ad"sang kakak pertama yang mencegah nya berbuat gila."Jangan memper tanyakan yang tidak berada disini." lanjut kakak pertamanya lagi.

"Bagaimana bisa kak,lihat.." dia bahkan tidak mampu melanjut kan ucapan nya.Air mata nya kembali mengalir memikir kan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi.

"Tenang lah mungkin sebentar lagi dia datang" ucap sang kakak sulung.

"Paman.." sebuah tangan mungil menarik kancing jaket yang di kenakan Adnan,membuat kakak beradik itu kompak melihat keponakan mereka.

"Kata ayah aku memiliki seorang kakak laki-laki yang akan menjadi teman bermain ku.Ayah juga berkata aku punya dua ibu sekarang."jelas anak tujuh tahun itu."Tapi aku enggak mau paman,Ibu juga menangis terus" papar nya lagi sembari menghapus air mata nya.

Kata-kata keponakan kecilnya menjawab semua pertanyaan yang bercokol di hati nya.

Pandangan nya menghunus tajam kearah Tuan besar Gunawan,pria sepuh itu terlihat menyedihkan.