Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.
Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Rahasia Lama Yang Kembali
Anggun menatap cincin di jarinya dengan tatapan kosong. Sumpah pernikahan telah diucapkan, tamu-tamu sudah bertepuk tangan, dan para fotografer sibuk mengabadikan momen pernikahan mereka. Namun, di dalam dadanya, perasaan sesak tak kunjung reda.
Kala menggenggam tangannya erat, mengisyaratkan bahwa pernikahan ini bukan sekadar seremoni. Pria itu tenang, nyaris terlalu tenang, seolah semuanya berjalan sesuai rencananya. Tapi, Anggun tahu ada badai yang siap menerjang.
Ketika mereka berjalan keluar dari aula menuju resepsi, mata Anggun kembali menangkap sosok Radit yang masih berdiri di sudut ruangan. Tatapan lelaki itu gelap, penuh amarah. Bahkan dari kejauhan, dia bisa merasakan kemarahan yang ditahan oleh Radit.
"Aku akan menyesalinya?" kata-kata Radit semalam kembali terngiang di kepalanya.
Namun, sebelum Anggun bisa berpikir lebih jauh, suara seorang wanita menghentikan langkah mereka.
"Kala."
Anggun tersentak saat melihat seorang wanita bergaun merah menyala berdiri beberapa langkah dari mereka. Wanita itu tinggi, anggun, dan wajahnya menunjukkan aura kepercayaan diri yang menakutkan.
Kala yang sejak tadi tenang, kini mengeratkan rahangnya. "Maya."
Anggun mengernyit. Maya? Siapa wanita ini?
Maya menatap Anggun dari ujung kepala hingga ujung kaki sebelum berdecak pelan. "Jadi, ini wanita yang kau pilih sebagai istrimu?"
Anggun bisa merasakan aura dingin dari Maya. Wanita ini jelas bukan tamu biasa. Ada sesuatu di antara mereka, sesuatu yang terasa seperti luka lama yang belum sembuh.
"Aku tidak punya waktu untuk ini, Maya," ujar Kala dengan nada tegas.
"Tentu saja," Maya menyeringai. "Kau selalu begitu, bukan? Membuang sesuatu setelah kau bosan."
Anggun membelalakkan matanya, kini semakin penasaran. "Apa maksudnya?"
Maya menatapnya dengan tatapan penuh belas kasihan. "Oh, dia tidak memberitahumu, ya? Aku ini mantan tunangannya."
Dunia Anggun seakan berhenti berputar. Mantan tunangan? Jadi, Kala pernah bertunangan sebelum ini?
Kala mendesah, matanya menatap Maya dengan tajam. "Jangan buat keributan di sini."
"Terlambat," Maya tersenyum sinis. "Kau sudah membuat pilihan, Kala.Tapi ingat, aku tidak akan diam saja melihatmu bahagia dengan wanita lain setelah kau menghancurkan hidupku." ucap Maya dengan tatapan yang tajam.
Anggun menoleh ke arah Kala, berharap ada penjelasan. Namun, pria itu tetap diam, ekspresinya sulit ditebak.
"Kita pergi," ujar Kala dingin, menarik tangan Anggun menjauh dari Maya.
Anggun bisa merasakan bagaimana jemari Kala menggenggam tangannya dengan erat. Tapi yang lebih mengganggunya adalah kenyataan bahwa pria itu tidak membantah Maya. Jika dia tidak membantah, berarti Maya memang berkata jujur.
Setelah resepsi usai, mereka kembali ke rumah Kala. Anggun berdiri di dekat jendela kamar mereka, masih mencoba mencerna semua yang terjadi hari ini.
"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?" suaranya terdengar lebih pelan dari yang ia inginkan, tetapi jelas menyiratkan kekecewaan.
Kala yang baru saja membuka kancing jasnya, menoleh dengan tatapan tajam. "Mengatakan apa?"
"Bahwa kau pernah bertunangan dengan wanita itu!"
Kala mendesah, melangkah ke arah bar kecil di sudut ruangan dan menuangkan minuman. "Itu masa lalu."
Anggun tertawa sinis. "Masa lalu yang kembali di hari pernikahan kita? Aku rasa itu bukan sekadar masa lalu, Kala!"
Pria itu meneguk minumannya sebelum menatapnya lagi. "Apa yang ingin kau ketahui?"
"Segalanya."
Kala menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya berujar.
"Aku dan Maya memang pernah bertunangan. Tapi aku mengakhiri hubungan kami karena dia mengkhianatiku."
Anggun mengernyit. "Mengkhianatimu?"
Kala berjalan mendekat, lalu bersandar di meja dengan tangan terlipat di dada.
"Maya adalah seseorang yang ambisius. Dia tidak hanya mencintai aku, tapi juga kekuasaan dan harta yang kumiliki. Dia menggunakanku untuk mencapai posisinya di dunia bisnis. Tapi yang lebih parah..." Kala menatap langsung ke mata Anggun, "...dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri."
Anggun menahan napas. Ini lebih buruk dari yang ia kira.
"Dan sekarang dia kembali," gumam Anggun. "Untuk apa?"
Kala menyeringai. "Itu yang akan kita cari tahu."
Sementara itu, di sudut lain kota, Maya duduk di sebuah lounge eksklusif dengan segelas anggur di tangannya. Di depannya, duduk seorang pria yang tak asing lagi.
Radit.
"Aku tidak menyangka kau juga ingin menghancurkan pernikahan mereka," ujar Maya dengan nada santai.
Radit menyesap minumannya sebelum tersenyum sinis. "Aku tidak peduli dengan Kala. Aku hanya ingin Anggun kembali padaku."
Maya tertawa pelan. "Maka kita punya tujuan yang sama."
Radit menatap Maya tajam. "Apa rencanamu?"
Wanita itu tersenyum licik. "Percayalah, kita akan membuat mereka menyesal telah meremehkan kita."
Mereka saling berpandangan, dan kesepakatan berbahaya pun terjalin di antara mereka.
Malam itu, Anggun tak bisa tidur. Terlalu banyak yang harus dipikirkan. Radit kembali dalam hidupnya, Maya muncul dengan ancaman yang belum jelas, dan pernikahan ini semakin terasa seperti jebakan.
Tiba-tiba, Kala yang berbaring di sebelahnya bergumam, "Kau tidak tidur?"
Anggun menghela napas. "Bagaimana bisa aku tidur dengan semua ini?"
Kala menatap langit-langit kamar. "Aku tahu ini sulit. Tapi kita harus bertahan."
Anggun menoleh. "Bertahan dari apa?"
Kala menatapnya dalam-dalam. "Dari mereka yang ingin menghancurkan kita."
Anggun menelan ludah. Untuk pertama kalinya, dia merasa pernikahan ini bukan sekadar kesepakatan. Ini adalah perang. Dan dia tak punya pilihan selain bertahan.