Dua orang remaja yang bertemu di bangku SMA, pertemanan menyatukan keduanya kemudian naik level menjadi jatuh cinta.
Banyak rintangan yang harus di lewati untuk mencapai kata BERSAMA, hingga salah satu dari mereka dipaksa untuk pergi.
Apakah perjuangan cinta mereka akan berakhir indah layaknya senja dan langit biru? Mau menjadi saksi perjuangan cinta mereka?
Baca disini‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15: Senja dan Kenangan
Cika dan Antony memandang Akia dan Denika yang sedang bermain air dari kejauhan.
"Gue baru lihat, ternyata Akia bisa tersenyum selebar itu." Kata Antony pada Cika disampingnya.
"Iya gue juga baru tahu." Kata Cika sambil mengusap air matanya yang menetes.
"Lo nangis?." Kata Antony memandang wajah Cika.
"Enggak." Kata Cika.
Akia memang sangat jarang tersenyum ketika kesenangan menimpanya, dia tersenyum secukupnya. Tapi entah kenapa sejak kedatangan Denika, Akia terlihat lebih bahagia dari sebelumnya.
Banyak hal yang dipikul oleh Akia tanpa diketahui oleh orang lain.
"Biar nggak sedih, gue traktir." Kata Antony bangkit dari duduknya dan memberikan tangannya pada Cika.
"Apa?." Kata Cika sambil mengusap bajunya yang dipenuhi pasir.
"Jagung bakar?" Kata Antony.
"Gas." Kata Cika.
"Denika!."
"Akia!." Panggil Antony.
"Kenapa ton?." Kata Akia dari kejauhan.
"Mau jagung bakar?." Teriak Antony.
"Boleh dia yaa." Kata Akia dan dibalas anggukan oleh Antony.
...----------------...
"Denika sini duduk dulu." Kata Akia.
Denika dan Akia duduk berdampingan sambil menatap matahari yang mulai terbenam.
"Itu kesukaan kamu kan?." Kata Denika menunjuk ke arah senja di depan matanya dan dibalas anggukan oleh Akia.
"Selera kamu emang nggak pernah salah." Kata Denika.
"Aku pernah cari orang tua aku." Kata Akia tiba-tiba.
Keduanya bertatapan lalu Akia mengalihkan tatapan matanya.
"Ketemu?." Tanya Denika.
"Ketemu, tapi,,." Kata Akia terpotong.
Keduanya terdiam beberapa saat hingga Denika mulai berbicara.
"Berat ya? Gapapa kok nggak semuanya harus di ceritain. Tapi kalau terlalu berat buat ditanggung sendiri harus di ceritain biar nggak berat dikepala." Kata Denika.
"Orang tua aku, mereka bukan nggak anggap aku ada."
"Aku ada atas dari ketidaksengajaan." Kata Akia lalu menitikkan air mata.
"Kamu ada karena tuhan mau kamu ada, keberadaan kamu adalah anugrah bagi orang lain Ki. Mungkin kamu bukan anugrah bagi orang tua kamu, tapi bisa aja kan kamu anugrah untuk aku dan orang lain." Kata Denika.
"Maksih ka." Kata Akia tersenyum pada Denika.
Setelah percakapan tersebut, Antony dan Cika tampak mendekat dengan membawa jagung bakar pesanan Akia dan Denika.
"Nih jagungnya." Kata Cika memberikan jagung bakar pada Akia.
"Ki lo nangis? Kenapa?." Kata Cika khawatir.
"Engga ini tadi kena air laut aja, jadi merah matanya." Kata Akia.
"Oh Denika! Awal lo kalau Akia kenapa-napa!." Kata Cika melotokan matanya ke arah Denika.
Denial tampak terkejut dengan sikap Cika yang cenderung berlebihan.
"Iya enggak, gue mana berani nyakitin Akia." Kata Denika.
"Ton sini." Kata Denial hendak berbisik.
"Lo serius suka sama orang galak kayak gitu?." bisik Denial Alda Antony.
"Lo diem!." Kata Antony lirih.
"Lo bedua ngomongin gue?!." Kata Cika menekankan tiap kalimatnya.
"Sorry gak penting." Kata Antony membuat Cika diam.
"Eh Ke, tau nggak Akia suka banget loh sam senja." Kata Antony.
"Udah tau dari lama." Kata Denika sambil memakan jagung di tangannya.
"Oh udah tau, berarti Akia udah cerita banyak hal dong ke lo." Kata Antony dengan tatapan penuh ejekan.
"emm iya." Kata Denika dengan pipi merah.
"Ihh pipinya merah, seorang Denika?!." Kata Antony tertawa terbahak bahak.
Akia yang melihat wajah Denika memerah tampak tersenyum.
"Lo lagi senyum?!." Kata Antony dengan wajah seolah terkejut sambil menutup mulutnya yang menganga dengan tangan.
"Udah deh jadian aja." Kata Antony cengengas.
"Ih apaan si ton." Kata Akia dengan wajah memerah padam.
"Kann." Kata Antony diiringi tawa.
Cika yang merasa Antony mulai melewati batas memberi kode supaya Antony diam, tetapi tak di abaikan oleh Antony.
"Eh ki gue beli minum dulu ya, haus gue." Kata Cika bangkit dari duduknya.
"Yu ton." Kata Cika mengajak Toni yang masih tertawa.
"Udah ayo!." Kata Cika pelan sambil menarik baju Antony.
"Hehe beli minum dulu ya ka." Kata Cika cengengesan.
Cika dan Antony tampak menjauh dari Akia dan Denika.
"Ton, lo yang peka dong, jangan buat mereka canggung gitu." Kata Cika berbisik sambil berjalan menjauh.
"Hehe lagian gue gemes mereka kan saling suka kenapa nggak jadian aja." Kata Antony cekikikan.
"Ya sabar belum jadian, kita tunggu aja." Kata Cika masih berbisik.
"Lo kenapa si bisik-bisik kita udah jauh." Kata Antony.
"Lo anu deket-deket gue ya?." Kata Antony ikut berbisik.
"Heh." Kata Cika menjauh dengan wajah terkejut dengan perkataan Antony.
"Eh jangan jauh-jauh sini." Kata Antony melambai pada Cika diiringi tawa.
"Kita mau kemana si Cik?." Kata Antony heran seja tadi mereka berjalan tanpa tujuan.
"Udah ngejauh aja dulu, biarin mereka berdua. Siapa begitu kita balik mereka udah jadian kan?." Kata Cika.
"Wihh pinter juga Lo." Kata Antony.
...----------------...
Situasi Akia dan Denika sangat canggung, mereka diam seribu bahasa.
"Jangan gugup, santai aja." Batin Denika mengambil nafas.
Denika lalu duduk mendekat di samping Akia.
"gila, gila gue nggak bisaa." Batin Akia berteriak dalam hati.
"Maafin Antony ya ka, bercandanya keterlaluan." Kata Akia diiringi senyum di wajahnya.
"Gapapa kok emang gitu kenyataannya." Kata Denika spontan.
"Apa gue bilang? Kenyataan. Emang udah gila!." Batin Denika menyesal atas perkataan nya
"Hah gimana?." Kata Akia memastikan.
"Emm itu maksudnya kenyataan kan kamu udah cerita banyak hal ke aku." Kata Denika Dnegan keringat yang bercucuran di dahinya.
"Kamu sakit?." Kata Akia melihat banyak keringat di dahi Denika.
Denika merasa mulutnya kering akibat terlalu gugup.
"Enggak, agak panas aja." Kata Denika mengusap keringat di dahinya.
Keduanya terdiam beberapa saat sambil menatap ke arah matahari yang sudah hampir seluruhnya tenggelam.
Denika lalu memberanikan diri menanyakan Hala yang membuatnya penasaran mengenai Akia.
"Selain senja kamu suka apa lagi ki?." Tanya Denika.
"Kamu." Kata Akia menatap wajah Denika.
"Hah aku?!." Kata Denika dengan wajah yang sangat terkejut.
Akia yang melihat respon Denika kemudian tertawa.
"Engga ka, aku bercanda." Kata Akia diiringi tawa.
"Yahh gue kira beneran." Batin Denika.
"Bunga lavender." Kata Akia.
"Oh bunga lavender yang ungu-ungu itu kan?." Kata Denika.
"Iya." Kata Akia singkat sambil menatap pasir dibawah kakinya.
"Kenapa?." Kata Denika.
"Aku dulu pas masih bayi di buang di taman bunga lavender." Kata Akia.
"Ah sialan gue salah tanya lagi." Batin Denika.
"Maaf ki, aku nggak tau." Kata Denial menyesal dengan pertanyaan yang diajukannya.
"Ih gapapa santai aja. Harusnya kamu tanya kenapa aku dibuang disana, coba tanya kenapa." Kata Akia tersenyum.
"Kenapa?." Kata Denial ragu.
"Biar nggak digigit nyamuk mungkin, nyamuk kan nggak suka bau bunga lavender." Kata Akia diiringi tawa.
Denika hanya tersenyum mendengar jawaban Akia. Dimata Denika, Akia adalah gadis yang paling tegar tampak banyak beban yang dipikul oleh Akia tetapi dia tetap bersikap positif dan selalu tersenyum.
Bersambung,,,