Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Mentari tidak ada di kamar." Viola mengabari Fajar.
Dia panik karena Mentari tidak ada di tempat tidur saat dia terbangun pagi harinya.
Sudah di cari kemana-mana tidak juga di temukan. Tapi aneh, ponselnya tergeletak di kasur.
"Apa yang terjadi?" Fajar datang dengan wajah cemas.
"Aku juga bingung. Tari tidak ada di mana-mana. Padahal seingat ku, kami tertidur setelah mengobrol sampai malam."
Fajar memegang keningnya.
"MApa mungkin dia keluar untuk membeli sesuatu, bisa saja kan dia sungkan membangunkan mu." ia mencoba menghibur diri.
"Tapi apa iya ponselnya juga di lupakan?"
"Alfan...!" ucap mereka bersamaan.
"Aku yakin ini perbuatan Alfan.siapa lagi orang gila' yang mampu melakukan ini kecuali dia." Fajar memeriksa ponsel Mentari. ia berharap mendapat petunjuk dari sana.
"Lihat, benar saja, nomor Alfan lah yang terakhir menghubungi mentari." Fajar begitu geram.
Nomor itu menghubungi Mentari tepat pukul sebelas malam.
"Kau benar, kami mengobrol sampai jam sepuluh tiga puluh."
"Hai, kau mau kemana?"
"Aku mau kerumah Alfan untuk memberinya pelajaran." jawab Fajar sambil berlari penuh emosi.
**"
"Alfan, keluar kau..! kau harus bertanggung jawab dengan perbuatanmu."
Tanpa menunggu jawaban, Fajar langsung masuk dan menuju kamar Alfan.
Bu Karsih yang tidak mengerti apa-apa bingung melihatnya. Dia berusaha mencegah Fajar.
"Kau tidak tau sopan santun, berteriak-teriak di rumah orang seenaknya."
"Jangan bicara soal sopan santun."
Bu Karsih terdiam dia heran apa yang sebenarnya terjadi.
Dia membuntuti Fajar yang berjalan ke kamar Alfan.
Namun sial, saat pintu terbuka bukannya Alfan, malah Raya yang baru selesai mandi dan masih menggunakan piyama."
"Ada apa, Om teriak-teriak disini? ayah tidak pulang semalaman." ucapnya ketus.
"Katakan dimana Alfan berada..!"
"Aku tidak tau, aku tau sekalipun tidak akan ku beritahu. Apa untungnya?" gadis itu begitu tenangnya. Berbalik dengan Fajar yang mulai tidak sabar.ia khawatir dengan keadaan Mentari di tangan Fajar.
"Raya, jangan bertele-tele. Tolong katakan dimana Alfan saat ini. Dia sudah menculik Mentari."
"Menculik Mentari...?" justru Bu Karsih yang kaget.
Berbeda dengan mertuanya, Raya sama sekali tidak terkejut.
"Lalu?" tanyanya sambil menyisir rambutnya.
"Jangan main-main, jangan uji kesabaranku juga. Ke apa kau begitu tenang mendengarnya?" selidik Alfan.
"Aku sudah tau kalau ayah masih suka pada ibu." jawabnya singkat
Fajar tercengang. Dia tidak tau harus bereaksi seperti apa.
"Jadi intinya kau tidak tau kemana dia membawa Mentari?"
Raya hanya menggeleng samar. Hal tu membuat Fajar berlaku dengan kecewa.
"Raya, jadi benar Alfan menculik Mentari?"
Bu Karsih masih belum percaya.
"Itulah yang terjadi." jawab Raya.
"Lalu kemana Alfan membawa Mentari ?"
"Aku juga tidak tau, kita tidak bisa berbuat apat, jadi tunggu saja perkembangannya." jawab Raya begitu tenangnya.
Suami terkena masalah kok dia setenang itu?
Pikir Bu Karti. Dia meninggalkan Raya yang acuh sambil mengoles bedak di wajahnya. tatapannya kosong tanpa gairah.
Fajar kebingungan mencari dimana keberadaan Alfan. Nomornya pun tidak bisa di hubungi. hal itu semakin memperkuat alibinya bahwa Alfan lah penculiknya.
Di tengah keputus asaannya, dia menerima telpon dari Viola bahwa Alfan di temukan tengah mabok di sebuah kafe.
Dengan cepat dia menuju lokasi.
Saat Fajar tiba. Alfan sudah sadar dari maboknya.
"Dimana kau sembunyikan Mentari?" Fajar mencengkram kerah bajunya
"Apa tidak salah? Bukannya kalian mau menikah hari ini? kemana Mentari meninggalkanmu?" ledek Alfan.
"Sudah ku bilang, kalian tidak cocok. Mentari itu jodohku.sampai kapan pun.."
Fajar semakin naik pitam.
Dia memukul mantan suami Mentari yang sekaligus sahabatnya itu.
Alfan tersenyum kecut sambil mengelap darah di sudut bibirnya.
"Mau kau pukul aku sampai mati pun aku tidak akan memberi tau dimana Mentari." jawabnya menyeringai.
Fajar kembali memukulnya tapi kali ini Alfan tidak tinggal diam. terjadi baku hantam yang cukup seru. Beberapa orang berusaha melerai tapi tidak bisa.
Entah darimana Alfan mendapatkan pisau. Dia berusaha menyerang Fajar. Untung Fajar menguasai sedikit ilmu bela diri.
Kejadian itu kebetulan berlangsung di lantai atas. Alfan sangat bernafsu menghabisi Fajar.
Hingga akhirnya dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari lantai atas itu.
Alfan terkapar dengan kepala bersimbah darah.
Ambulance segera datang untuk membawanya. Sedang Fajar kekantor polisi untuk menjelaskan yang terjadi.
"Satu-satunya kunci tentang keberadaan Mentari hanyalah Alfan. Dan sekarang dia terbaring koma. Aku bingung sekali, Vi.."
Viola sangat iba melihat kejadian yang menimpa Fajar.
Bagaimana dia tidak terluka, di hari pernikahannya calon istrinya menghilang tanpa berita.
Bu Karsih menangis sedih melihat keadaan anaknya. Tidak pernah menyangka ini yang akan terjadi. Dia pikir setelah mengambil Raya dan mendapat seorang cucu, semua akan baik-baik saja. Tapi ternyata semua di luar harapannya. Raya yang berdiri di sampingnya hanya terpaku tanpa ekspresi. diam- diam Bu Karsih merasa heran.
"Terbuat dari apa hati anak ini? Melihat suaminya koma dia masih bisa tenang seperti ini..?" pikirnya.
"Raya, kenapa kau tidak sedih sama sekali?
"Alfan itu suami mu..." sergah Bu Karsih dengan gemasnya.
"Jangan ingatkan hal itu Nek. Aku dan semua orang tau kalau aku sudah menikah dengan ayah dan mengkhianati ibu yang sudah merawat ku."
Bu Karsih terbelalak.
"Kau bicara apa? Ini rumah sakit. Nanti ada yang dengar."
"Lah, memang itu kenyataan nya.. Kenapa harus malu mengakuinya?"
Raya benar-benar berubah di mata Bu Karsih, dia bulan Raya yang lugu yang selalu mengiyakan semua perkataannya.
***
Aku tersadar saat merasakan perih di pergelangan kaki Ju.
Di mana ini dan kenapa semuanya gelap?
Aku coba menggerak kan tangan dan kaki ku tapi terikat.
Astagfirullah.. Apa yang terjadi padaku? Mau berteriak minta tolong tapi mulutku di sumpal.
Setelah lelah berusaha. Aku pasrah sambil mengingat apa yang terjadi semalam.
Aku ingat sudah terlelap dengan Viola di sampingku saat sebuah sentuhan terasa di kaki ku. keadaan yang temaram menyulitkan mataku melihat sesuatu.
Aku bangkit hendak menyalakan lampu utama, tapi sebelum bisa menyadari sesuatu . tiba-tiba sebuah tangan membekap ku.
Dan aku baru sadar saat sudah berasa di tempat ini.
Dimana aku dan siapa yang melakukan ini?
Besok adalah hari pernikahan ku dengan Fajar. aku tidak tau apakah ini sudah pagi atau kah masih malam. Semua sama bagi ku.
Pergelangan kaki ku semakin perih.. mungkin juga terkilir. Aku mendesis karena kesakitan.
Terdengar langkah-langkah berat mendekat. Aku menelengkan telinga berusaha menyimak di sekitarku.
Langkah itu berhenti tepat di depan ku.
Entah siapa pemilik langkah berat itu. dia membuka kain di mulutku.
"Siapa kau? Kenapa membawaku kesini?" tanyaku dengan marah.
Dia tidak menjawab. Hanya menyuapkan sesuatu ke dalam mulutku.
Aku membuangnya dengan kasar.
"Buka penutup mataku. Kau jangan pengecut..!" aku menghardiknya dengan amarah yang meluap-luap. Tapi dia tetap bungkam.
Dia kembali memaksaku menelan makanan yang dia masukkan ke mulutku tanpa bicara sepatah katapun.
Siapa dia sebenarnya, dan apa maksudnya menculik ku?"
Fajar.. aku jadi teringat sahabatku Fajar. Mungkin saat ini dia sedang panik karena mengetahui aku menghilang dengan tiba-tiba.
.