Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 (Menjelang perceraian 2)
Teresa mengerjapkan matanya perlahan. Ia melihat ruangan serba putih, tidak ada suara apapun disini. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada siapapun di ruangan yang cukup besar ini. Lalu matanya melihat peralatan khas rumah sakit, dan disitu ia sadar bahwa ia berada di rumah sakit.
Ingatan tentang kejadian kekerasan itu kembali berputar di otaknya, kejadian itu mendadak membuatnya sakit kepala. Teresa memegang luka di kepalanya, tapi luka itu sudah ditutupi oleh sesuatu.
Lalu Teresa penasaran, ia penasaran tentang siapa yang membawanya ke rumah sakit. Karena saat ia memanggil seseorang di telepon, matanya tidak cukup jelas untuk melihat nama itu.
Teresa melihat jam yang berada di dinding di depannya, jam menunjukan pukul tiga pagi. Tak berselang lama, pintu terbuka. Ia melihat Wiliam yang masuk ke ruangannya.
“Kau sudah sadar rupanya” ucapnya sembari melepaskan jas miliknya.
“Kenapa kau disini?” Ucap Tere.
“Rumah sakit ini dekat dengan kantorku, aku bisa berkunjung sebentar” ucapnya.
“Jam tiga pagi?” Ucap Tere.
“Kau harus berhenti bicara sekarang” ucap Wiliam.
Teresa yang mendengar itu langsung menutup mulutnya. Ia menatap sebal kearah pria bernama Wiliam itu. Lalu Tere memutuskan untuk menghadap kearah lain, ia tidak mau menatap kearah Wiliam.
“Sejak kapan kau mendapatkan perlakuan seperti itu?” Ucap Wiliam.
“Sejak dulu” ucap Tere singkat.
“Kenapa tidak melaporkannya ke polisi?” Ucap Wiliam.
“Entah, mungkin aku bodoh saat itu” ucap Tere.
“Kau bisa melaporkannya saat persidangan nanti” ucap Wiliam.
“Tidak, menurutku itu hanya akan menambah masalah baru. Jika pria itu di penjara, maka sudah bisa dipastikan bahwa saat ia keluar, dia akan mengejarku untuk membalaskan dendam” ucap Tere.
“Kau masih mencintainya bukan?” Ucap Wiliam.
“Tidak!” Ucap Tere tegas.
“Apapun keputusanmu aku menghargai itu. Hanya saja, kau harus lebih menjaga dirimu sendiri. Karena sebentar lagi kau akan di perkenalkan sebagai bagian dari keluarga Antonio” ucap Wiliam.
Teresa yang mendengar itu seketika matanya langsung segar. Ia kembali bersemangat saat Wiliam mengatakan itu padanya. Dibalik kesedihannya sekarang, ternyata akan ada kebahagiaan yang akan datang menghampirinya.
Tere berbalik dan menatap kearah Wiliam. Ia tersenyum manis kepada Wiliam yang sedang melihat kearah iPad nya. Mata Teresa sangat berbinar sekarang, ia melupakan rasa sakit ditubuhnya untuk sesaat.
Wiliam yang merasa dirinya sedang ditatap itupun langsung menatap balik Teresa. Ia menatap datar Tere yang sedang tersenyum lebar kearahnya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Ucapnya.
“Aku sedang melihat ua-“
“Ah maksudku aku sedang melihat calon suamiku” ucap Tere.
“Teruskan saja ucapan pertamamu itu. Kau melihatku sebagai uang bukan?” Ucap Wiliam.
“Maafkan aku” ucap Tere sembari memaksakan senyumannya.
“Sebaiknya kau istirahat lagi. Jika besok keadaanmu membaik, kau sudah bisa pulang” ucap Wiliam.
“Persidangan akan dilakukan satu hari lagi, kau bisa tinggal di apartemenku sekarang” ucap Wiliam.
Teresa yang mendengar itu matanya langsung terbelalak. Ia bangun dari posisi tidurnya, dan melepas infus yang berada ditanganya. Wajahnya yang masih pucat, tapi senyum lebar terukir dibibirnya.
“Kenapa kau me-“
“Terimakasih” ucap Tere yang memotong ucapan Wiliam. Ia memeluk Wiliam erat.
Wiliam hanya diam saat Tere memeluknya. Tanganya masih tetap terdiam ditempatnya, ia tidak membalas pelukan Teresa. Baginya, Teresa bukanlah siapa-siapa. Ia hanya partner kerjasamanya.
Setelah Teresa melepaskan pelukannya, lalu matanya menatap kearah mata Wiliam. Lalu disaat itu juga Wiliam menggeser tubuhnya untuk sedikit menjauh dari Tere.
“Jangan jatuh cinta padaku” ucap Wiliam, ucapan itu membuat Teresa terdiam.
“Jangan pernah jatuh cinta padaku, seumur hidupmu” ucap Wiliam, dengan wajah dinginnya.
“Kau bisa tenang, karena aku tidak jatuh cinta padamu” ucap Tere.
Tatapan mata itu, Teresa bisa melihat keseriusan disana. Tidak ada keraguan dimatanya, Wiliam benar-benar tidak ingin Tere mencintainya. Ucapan dan tatapan mata itu, semakin membuat Teresa penasaran. Sebenarnya ada apa dengan seorang Wiliam.
“Apakah dia gay? Mungkin tebakanku benar?” Batin Teresa.
“Atau kah dia sudah ada wanita lain yang dicintainya? Tapi jika memang keadaanya seperti itu, lalu mengapa Wiliam malah menikah denganku?” Batin Teresa lagi.
Teresa mulai menjauhkan posisi duduknya dari Wiliam. Matanya menatap kosong kedepan, ia semakin penasaran dengan Wiliam. Ia tidak tau apapun tentang pria yang akan menjadi suaminya.
......................
Tidak berselang lama, pintu ruangan Teresa terbuka. Disana sudah ada Thomas yang datang sembari membawa bunga ditanganya. Teresa yang melihat itu langsung panik karena disini masih ada Wiliam.
“Maaf menganggu nyonya pagi-pagi begini” ucapnya.
“Apa!! Nyonya???” Ucap Tere terkejut.
“Nyonya Wiliam, saya membawakan bunga ini” ucap Thomas dengan sangat sopan.
Teresa yang melihat itu langsung menatap Wiliam. Ia seolah bertanya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi sekarang. Wiliam yang paham dengan tatapan Tere langsung membantunya berbicara.
“Terimakasih Thomas. Aku sudah pernah mengatakan padamu bahwa Teresa adalah calon istriku bukan?” Ucap Wiliam.
Teresa yang mendengar itu langsung menatap Wiliam tak percaya. Ia mengira bahwa selama ini Wiliam pernah mengatakan padanya bahwa ia tidak akan memperkenalkan dirinya sebelum sidang itu selesai. Tapi kenapa sekarang malah berubah seperti ini?
“Ah benar! Pa Wiliam sudah memperkenalkannya saat itu” ucap Thomas.
Thomas tidak ada pilihan lain selain menerima fakta itu. Ia tidak ingin berebut wanita dengan bos nya sendiri. Karena ia sadar, dari segi wajah dan kekayaan dia sudah kalah telak.
“Nyonya tidak usah bekerja hari ini. Karena saya sudah memberikan izin libur” ucap Thomas.
“Jangan panggil saya nyonya Pa! Panggil Teresa saja seperti biasa!” Ucap Tere.
“Dia sebentar lagi akan keluar, dia tidak akan bekerja lagi” ucap Wiliam.
“Dia hanya akan melaksanakan kewajibannya sebagai menantu keluarga Antonio” ucap Wiliam lagi.
“Tapi aku masih ingin bekerja, bukanya pekerjaan rumah tidak seberat itu?” Ucap Tere.
“Apa kau tau bagaimana kehidupan wanita yang sudah menjadi menantu keluarga Antonio? Disana kau akan tinggal di kediaman utama, lebih tepatnya di sebuah mansion besar milik keluargaku. Disana kau akan sibuk mengerjakan banyak hal, jangan samakan keluargaku dengan keluarga biasa pada umumnya” ucap Wiliam.
“Benarkah? Aku belum pernah mendengarnya” ucap Tere.
“Kau akan segera mengetahuinya nanti” ucap Wiliam menatap Tere dengan penuh arti.
Teresa yang melihat tatapan itu membuatnya sedikit ketakutan. Sebenarnya apa saja peraturan dan kebiasaan keluarga konglomerat itu. Tere tidak pernah mengetahui hal ini sebelumnya, tapi Tere yakin! Bahwa ia mampu menghadapi semuanya.
“Thomas? Kau bisa kembali terlebih dahulu sekarang. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Tere” ucap Wiliam.
Thomas yang mendengar itu langsung permisi dan keluar dari ruangan rawat Teresa. Wiliam langsung menatap wajah Teresa, ia melihatnya sedikit lebih lama.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Ucap Tere.
“Dengan wajah dan sifat rubahmu itu, kurasa kau bisa bertahan lama tinggal di kediaman keluargaku” ucap Wiliam.
“Jangan pernah percaya pada siapapun disana. Jangan tertipu dengan sikap baik seseorang, karena itu mungkin sebuah tipuan. Hanya aku lah yang pantas kau percaya disana” ucap Wiliam lagi.
“Apa disana sangat berbahaya?” Ucap Tere.
“Sangat! Kau harus lebih waspada pada Sean” ucap Wiliam.
“Ibumu?” Ujar Tere.
“Dia ibu tiriku, ibuku adalah ibu Mona” ucap Wiliam.
Tere yang mendengar itu langsung mengerti akan sesuatu. Ia menebak bahwa Wiliam disini adalah putra kedua dari Antonio dan mempunyai kakak bernama Julian. Tapi antara Wiliam dan juga Julian, mereka berbeda ibu, tapi tetap satu ayah.
“Aku sedikit bisa menebak sesuatu. Kurasa aku sudah paham, aku akan berhati-hati saat tinggal di kediaman Antonio nanti” ujar Tere sembari memaksakan senyumanya.
“Aku akan ikut denganmu saat persidangan perceraianmu nanti” ucap Wiliam.
Teresa tidak bisa menahan senyumannya saat mendengar Wiliam mengatakan hal itu padanya. Teresa berpikir, bahwa seorang Wiliam, sebenarnya tidak seburuk yang ia pikirkan.
lanjutttttt
lanjutttttttt