*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
"Hh, ternyata. Lo pantes juga ya, jadi JALANG!" seru Malik yang menekankan kata terakhir. Dengan senyum merendahkan.
Deg.
Seketika pergerakkan Naya terhenti. Seperti ada sembilu yang menancap di jantungnya, yang membuat dia terasa sesak seketika. Saat mendengar penuturan Malik yang sangat merendahkannya.
Naya pun hanya bisa menahan emosi, yang membuat wajahnya langsung memerah. Panas, itu lah yang dirasakan Naya.
"Hem, benar yang kakak katakan. Aku memang jalang! Jalang di depan suami nya sendiri, bukan di depan orang lain," sahut Naya santai, yang sudah bisa menguasai emosinya. Tanpa memandang si empunya, yang tak percaya dengan keberanian Naya, membalikkan fakta.
"Hm, oke. Aku suamimu, 'kan? Mari kita bermain sekarang!" balas Malik balik, yang menarik tangan Naya. Sehingga wajah mereka saling berdekatan.
Deg.
Pandangan mereka bertemu sejenak. Hingga saat Naya tersadar, ia pun tersentak langsung mendorong tubuh Malik.
"Anj*ng ...," umpat Malik, yang merasakan sakit di perutnya. Saat Naya mendorongnya sangat kuat. Untungnya Malik, masih berada di atas kasurnya.
"Eh, ma-maaf, Kak. Naya gak sengaja," ucap Naya yang tersadar dengan kelakuannya, dan ingin membantu Malik kembali.
"Udah, awas!" tepis Malik, saat Naya mengulurkan tangannya. Malik pun sudah bisa duduk kembali.
"Lebih baik lo pergi dari hadapan gue. Percuma, kerjaan lo gak pernah ada yang becus!" sarkas Malik. Yang sudah duduk di pinggir ranjang dengan kakinya yang di turun kan ke lantai. Untuk memakai celana tidurnya sendiri, yang sudah disiapkan Naya tadi di sisi ranjang.
"Sss ...," desis Malik, yang menahan sakit, sambil memegangi perut dengan sebelah tangannya.
"Kak, biar Naya aja yang bantu, ya?" ujar Naya lembut, yang memegang tangan Malik, yang sedang menjinjing celana itu.
"Gak perlu! Sss ...." Malik mendorong Naya yang ingin membantunya, alhasi Naya pun jatuh tersungkur di lantai. Sedangkan Malik kembali meringis, merasakan sakit.
Naya yang melihat Malik keras kepala, menahan sakitnya pun. Kembali bangkit, dan menawarkan diri lagi untuk membantu suaminya itu, karena tak tega.
"Kak, please. Biar Naya yang bantu, ya? Luka kakak masih baru, nanti takutnya jahitan lukanya terbuka. Please, biar Naya yang bantu, Kak. Hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih Naya, karena Naya yang telah menyebabkan kakak kayak gini," ungkap Naya memohon, yang tak tega melihat Malik sakit, karena dirinya.
Malik yang masih terduduk di pinggir ranjang pun, masih diam belum merespon.
Namun, tiba-tiba ...
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Siapa?" tanya Malik tegas dari dalam kamarnya.
"Maaf, Den. Ini Bik Nanik. Bibik cuma mau ngasih tau, kalau Dokter yang akan meriksa, Aden. Sudah ada di lantai bawah," terang bik Nanik dari luar pintu.
"Oh, ya sudah. Suruh naik ke atas saja," perintah Malik, yang teriak dari dalam sana.
"Baik, Den," balas Bik Nanik yang langsung turun ke lantai bawah lagi.
"Sudah, cepat pakaikan! Sebelum Dokter itu sampai ke sini," seru Malik, menyuruh Naya segera memakai pakaiannya dengancepat.
"I-iya, Kak." Dengan sigap. Naya pun segera menuruti perintah Malik, tanpa memikir yang aneh-aneh lagi.
Setelah semua telah selesai. Tak lama, suara pintu yang diketuk dari luar lagi pun terdengar.
"Mungkin itu Dokternya, cepat bukakan!" perintah Malik.
"Baik, Kak." Naya pun segera membukakan pintu, dan terlihatlah seorang yang berpakaian jas putih berdiri tegap di ambang pintu. Yang diperkirakan umurnya masih sekitar 30_an.
"Selamat Malam," sapa Dokter tersebut dengan senyum ramah, yang tercetak di bibir indahnya.
"Malam, Dok. Mari, silahkan masuk." Naya pun mempersilakan Dokter itu masuk kamar, di mana Malik berada.
Dokter itu pun segera masuk, dan mendatangi Malik yang berada duduk di atas ranjang.
"Bagaimana, Tuan Malik? Apakah sudah merasa lebih baik berada di rumah?" tanya Dokter itu ramah, yang mengeluarkan alat medisnya.
"Hm, ya begitu lah, Dok. Dan satu lagi panggil saya Malik saja," tutur Malik.
"Hm ... baiklah, Malik. Kita cek dulu keadaan kamu, ya."
Selagi Malik masih di periksa dengan Dokter. Naya pun memilih keluar dari kamar, berinisiatif membuatkan minuman untuk Dokter tersebut.
Namun, saat dia baru saja menuruni anak tangga terakhir. Dia mendengar suara orang yang akan masuk, sambil berbincang. Lalu ketika orang tersebut menampakan dirinya. Naya pun langsung tersentak kaget.
Segera Naya mempercepat langkahnya menuju dapur, sebelum orang-orang tersebut menyadarinya.
"Hai, Kamu!" panggil salah satu orang tersebut, yang mengenali Naya, walau dari balik punggungnya.
'Aduh, mampus! Gimana, ni?' batin Naya bingung, yang diam di tempat.
"Apaan sih, Ndra?" tanya Riski yang belum tau keberadaan Naya, yang sedang dipanggil Andra. Ya, orang tersebut adalah Andra dan Riski, temanya Malik.
"Itu, Bro. Bukannya cewek yang waktu itu, 'kan? Yang di bilang Malik sepupunya," tunjuk Andra kearah dapur.
Naya yang tak mau mendapat masalah dengan Malik pun memilih bersembunyi. Selagi temanya Malik masih berbincang.
"Mana? Tapi gak adanya," balas Riski, saat melihat arah yang di tunjukan Andra. Tidak ada siapa-siapa.
"Loh, kemana cewek itu? Bukannya tadi ada di situ, deh," ucap Andra yang bingung sendiri, sambil mengaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ah, mata lo aja yang siwer kali!" cetus Riski kesal.
"Loh, Aden-Aden ini siapa ya?" tanya bik Nanik yang baru masuk dari pintu samping.
"Saya Andra, Bik, dan ini teman saya Riski, kami temen sekolah Malik," tutur Andra.
"Iya, kami ke sini mau jenguk Malik yang lagi sakit," sambung Riski.
"Oh, temennya den Malik, toh. Yaudah, Den. Langsung Naik di atas aja atau tunggu di ruang tamu? Soalnya Den Malik masih diperiksa sama Dokter," jelas bik Nanik, menawarkan.
"Langsung ke atas aja deh, Bik. Palingan, bentar lagi Dokternya siap meriksa Malik."
'Soalnya, gak akan ada yang betah lama-lama deket Malik, hihi ...,' sambung Andra dalam hatinya.
"Yaudah, Bik. Kita langsung ke atas aja ya. Ini buah kami bawa dari rumah buat Malik. Oh ... iya, Bik. Kalo gak keberatan, buatkan kita minum tambah cemilan juga boleh. Hehe ...," ucap Riski yang cengengesan. Setelah memberikan parsel buah itu, ke tangan pembantu Malik.
"Iya, Den. Pasti bibik buatkan. Nanti Bibik langsung antarkan ke atas," balas bik Nanik.
"Nah, cakep. Yaudah, Bik. Kita tunggu di atas ya." Riski pun segera menarik tangan temannya, mengajak ke atas menuju kamar Malik.
"Eh, tunggu dulu!" ucap Andra yang menghentikan langkah Riski.
"Apaan lagi sih, Ndro?" tanya Riski yang mulai jengah.
"Kita tanya pembantu itu, yuk! Kali aja pembantu itu tau, tentang cewek yang gue liat tadi, memang ada di sini," bisik Andra di telinga Riski.
"Yaudah gi buruan. Tanya sono!" balas Riski.
"Bik, bentar deh," panggil Andra, kepada bik Nanik yang masih akan melangkah pergi.
"Iya, Den. Ada apa? Apa masih ada yang diinginkan?" tanya bik Nanik ramah.
"Eh, enggak-enggak, Bik. Saya mau tanya tentang satu hal, boleh?" tanya Andra balik.
"Iya, Den. Silakan! Selagi bibik bisa jawab, pasti bibik jawab kok," balas bik Nanik tersenyum ramah.
"Em ... gini, Bik. Bibik tau gak? ada cewek masih gadis di rumah ini. Kalo boleh tau namanya siapa ya, Bik?" tanya Andra, menunggu jawaban harap.
"Oh, apa yang di maksud Aden ini ... Non Naya?" balas bik Nanik balik bertanya.
"Oh ... jadi namanya Naya, Ki," tutur Andra memberitahu temannya.
"Iya, gue denger, Ogeb!"
"Jadi benar kan, Bik. Kalo memang cewek itu masih di sini?" tanya Andra lagi, mengorek informasi.
"Iya bener toh, Den. Namanya juga ... Non Naya itu ... "
"Bik!!"
Bersambung ...