NovelToon NovelToon
Not Life In A Dream

Not Life In A Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Model / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Salsa Salsa

Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.

----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku

masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.

" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

BAB 15

Kami makan bersama dengan hikmat. Ayah dan ibu yang sudah bisa menerima dia di tengah- tengah keluarga kami terlihat santai dan mulai membiasakan diri.

“Kak besok malem kita adain syukuran kecil- kecilan ya”. Kata ibu disela- sela sarapan kami.

“Syukuran apa bu?”.

“Ya syukuran buat kalian lah”. Sahut ayah kali ini.

“Maksudnya. Aku enggak ngerti deh”.

“Ya buat ucapan rasa syukur ibu sama ayah. Anak gadisnya udah ada yang punya biar banyak juga yang doa in kalian berdua. Biar jadi keluarga yang sakinah, mawadah, wa rohmah”. Kali ini ibulah yang menjawab.

Aku tak busa lagi menjawab. Itu seperti sebuah tamparan tanpa tangan yang langsung mengenai sasaran. Tanpa aku cerita aku yakin pasti ibu atau pun ayah tau bahwa hubungan kita belum sedekat yang mereka bayangkan.

“Apa tak masalah bu, saya takut merepotkan”. Kali ini dia mulai ikut dalam pembicaraan.

“Ya gak masalah dong nak Dipta ini kan suatu wujud syukur kami sama kalian”. Kata ayah menanggapi.

“Biar saya saja yang menanggung biayanya ya yah. Ini kan syukuran atas nama kami jadi bagai mana pun juga saya harus ambil adil kan. Dan lagi saya belum ada ngasih seserahan dan sebagainya baik kepada ayah dan ibu juga istri saya sendiri”. Waw aku kaget. Dia bisa seserius itu berhadapan dengan kedua orang tuaku sedangkan kalau bersamaku pasti yang ada aku selalu dibuat sebel olehnya.

Kedua orang tuaku diam sejenak mereka saling bertatapan dengan aku yang terus melihat mereka sedari tadi.

Sepertinya mereka bingung kalimat apa yang tepat untuk menanggapi perkataan kak Dipta yang termasuk berat.

“Nak begini, bukan ayah gak mau menerima bantuan atau apa pun itu tapi ini lebih dari sekedar sebuah syukuran bagi kami. Ini adalah sebuah luapan syukur yang tiada tara. Bukan lagi tentang biaya, hantaran atau apalah itu. Ini lebih dari itu semua”. Jelas ayah perlahan tampak sekali kalo ayah takut malah membuat kak Dipta tersinggung.

“Benar kata ayah nak Dipta ini bukan hanya sekedar syukuran tapi lebih dari itu semua. Memang pertama kali saat ibu diberi tahu ayah tentang kalian ibu begitu terpukul. Ibu berpikir bagai mana nanti pendidikan Aliya kedepannya dengan status baru. Yang pasti akan menjadi beban pikirannya. Entah beban yang buruk atau yang baik. Tapi ibu akhirnya sadar bahwa ini sebuah kebaikan yang begitu besar. Kalian berdua disatukan dengan perantara seorang yang alim. Pernikahan kalian itu penuh berkah. Banyak doa baik dari semua yang hadir. Bayangkan saja. Santri- santri itu adalah orang yang berjihad dan kalian telah mendapatkan doa dari orang yang berjihad itu. Tak hannya satu atau pun dua tapi sampai ribuan. Hanya orang gila nak yang tak mau menerima berkah yang begitu luar biasa ini”. Jelas ibu.

Air mataku tak dapat dibendung lagi. Tumpah begitu saja tanpa permisi. Ibuku orang yang selalu mendengarkan keluh kesahku. Selalu menjadi tempat ternyaman dalam peluknya. Dengan berbesar hati begitu legowo dalam segala situasi.

Kupeluk ibuku erat. Masa bodo dengan makanan dipiringku yang masih tersisa. Saat ini yang kumau hanya memeluk lenteraku ini. Senyum tulus yang tak akan kutemukan pada orang lain di luaran sana.

Aku tau aku belum bisa seikhlas itu seperti ibu. Tapi akhirnya aku yakin untuk lebih bisa menerima ini semua. Untuk lebih bisa menghadapi semua tantangan yang pastinya telah menungguku atau mungkin kami di depan sana. Untuk lebih bisa yakin bahwa laki- laki yang berada di hadapan ayah itu adalah laki- laki yang tepat yang telah Allah kirimkan kepadaku lewat perantara orang yang sama sekali tak kuduga, orang sangat- sangat kami sekeluarga hormati, ta’dhimi.

Ayo diriku berjuanglah mungkin sebenarnya di luaran sana banyak sekali, amat sangat banyak orang yang berharap berada di posisimu saat ini. San aku yakin itu memang benar.

1
Nurul Awula
kak kenapa belum up kk
Nurul Awula
up lagi dong tor ♥️
Nurul Awula
penasaran banget udah ini cerita kamu bikin nagih tor ♥️🤭
Nurul Awula
tor ayo up dong tor😌
Nurul Awula
masih tetap menunggu tor ♥️😊
sabil: ok tunggu ya kak🫶🫶🥰🥰🥰
total 1 replies
sabil
malam ya kak ya.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶
Nurul Awula
aku selalu menunggu nya tor sehari sampe tiga kali cek hp udah up atau belum ♥️🤭
Nurul Awula
up dong tor cinta banget sama alur ceritanya ♥️
sabil: sabar ya kak
total 1 replies
Gái đảm
Nggak percaya aku bisa habisin baca cerita ini dalam sehari!
Yusuo Yusup
Bikin terinspirasi.
sabil: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!