Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 - Biarkan tetap seperti itu
Seberkas cahaya menyentuh lembut wajah Lumi. Matanya mulai berkedut. Mata Lumi terbuka perlahan, silau berwarna emas itu membuat mata Lumi menyipit. Telapak tangan Lumi tanpa sadar menghalangi silaunya. Langit - langit yang sudah tidak asing menyambut penglihatan Lumi.
" Sudah lama aku tidak memimpikan kenangan itu. " Gumam Lumi termangu menatap langit-langit kamarnya.
Tangan Lumi kini mulai membantu tubuhnya untuk terbangun. Setengah badannya kini bersandar pada sandaran kasur. Silau keemasan itu kini menyentuh hangat tangannya. Sekilas Lumi teringat kembali dengan mimpi itu. Rasa hangat yang menyentuh kulit Lumi terasa sama.
" Aku merindukanmu. "
" Tak bisakah takdir mempertemukan kita lagi. "
Kecewa bergelayut dalam hati Lumi. Rasanya tidak begitu puas hanya dengan mengucapkannya saja. Helaan nafas ringan keluar begitu saja. Lumi segera beranjak dari kasurnya. Baru saja kaki Lumi mencium lantai. Dia kembali termangu pada jendela kamarnya.
Sudah hampir enam bulan, tirai kamarnya selalu tersibak. Padahal sebelumnya tidak pernah terbuka lebar seperti ini. Tirai itu selalu tertutup tidak pernah terbuka setelah kedua orang tuanya meninggal. Lumi selalu terbangun dalam keadaan gelap yang menyelimuti dirinya. Saat tirai itu terbuka dan cahaya matahari masuk. Lumi merasa ruangan ini sedikit hidup. Rasanya seperti baru dan canggung. Lumi tidak membencinya tapi Lumi belum terbiasa dengan hal itu. Hangat yang menyentuhnya dan juga suasana pagi saat bangun tidur begitu fresh. Lumi masih belum terbiasa. Jadi Lumi hanya membiarkannya saja dan pikir Lumi itu tidak buruk juga.
Lumi kemudian bangkit dari duduknya dan bergegas pergi untuk mandi dan bersiap kerja.
......................
Sudah menginjak lima bulan, semenjak Lana menjadi Caddy Golf. Lumi tidak pernah bertingkah. Tidak ada gangguan dalam pekerjaan Lana. Lumi begitu tenang dan mengikuti alur. Walaupun ekspresi dingin itu tidak pernah pergi dari wajah Lumi. Tapi ini bagus pikir Lana, karena Dia menyukai pekerjaan ini. Gajinya lebih dari cukup, Lana bisa menyisihkannya untuk di tabung.
Selama Lana bekerja sampai saat ini tidak ada hal buruk dalam pekerjaan Lumi. Dia begitu hebat dalam mengaturnya. Dia seperti robot yang tidak kehabisan energi. Terkadang Lana berpikir apakah dalam hidupnya tidak ada hal lain selain bekerja. Lana tidak pernah melihat Lumi menghabiskan waktu sendiri untuk menyenangkan dirinya. Setelah bekerja dia akan mengurung dirinya di kamar. Lana rasa kehidupannya tidak terlalu buruk.
Mobil melaju meninggalkan Lana, punggung mobil kini menjauh dari pandangan Lana. Pintu garasi tertutup. Lana mulai meninggalkan garasi dari pintu lain. Hari ini Lana tidak ada jadwal kelas pagi. Jadi ada sedikit waktu luang untuk Lana menghirup udara segar.
Seperti biasa Lana pergi ke taman samping rumah. Tempat ini menjadi tempat terbaik bagi Lana menenangkan dirinya. Lana mulai menengadahkan kepalanya. Bunga Arum Dalu itu menguncup. Pikiran Lana mulai berkelana.
...Ini belum saatnya, belum waktunya. ...
...Kau memang menyebalkan. ...
...Tapi aku lebih menyebalkan...
...Bisakah aku menemukan sesuatu yang gelap disini?...
...Aku hanya penasaran,...
...jika aku mengetahuinya apakah rasanya akan berbeda. ...
...Aku ingin mencarinya, ...
...tapi aku juga tidak ingin merusak kenangan kita. Rasanya seperti aku memanfaatkanmu....
...Tapi aku tidak bermaksud seperti itu. ...
...Aku bimbang....
...Tapi aku sudah terlanjur masuk....
...Aku hanya perlu mencarinya tanpa kau ketahui dan menghilang begitu saja tanpa kau ketahui. ...
...Aku harus cepat bergerak sebelum sesuatu berubah dan mengacau. ...
...Ingatlah bagaimana kau bisa sampai disini...
...Ayo kita biarkan saja seperti ini, ...
...agar tidak ada yang terluka dan keindahan yang kita jaga tetap indah. ...