NovelToon NovelToon
Legenda Pedang Surgawi

Legenda Pedang Surgawi

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Dendam Kesumat / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: HaiiStory

Di puncak Gunung Kunlun yang sakral, tersimpan rahasia kuno yang telah terlupakan selama ribuan tahun. Seorang pemuda bernama Wei Xialong (魏霞龙), seorang mahasiswa biasa dari dunia modern, secara misterius terlempar ke tubuh seorang pangeran muda yang dikutuk di Kekaisaran Tianchao. Pangeran ini, yang dulunya dipandang rendah karena tidak memiliki kemampuan mengendalikan Qi surgawi, menyimpan sebuah rahasia besar: dalam tubuhnya mengalir darah para Dewa Pedang Kuno yang telah punah.
Melalui sebuah pertemuan takdir dengan sebilah pedang kuno bernama "天剑" (Tian Jian - Pedang Surgawi), Wei Xialong menemukan bahwa kutukan yang dianggap sebagai kelemahannya justru adalah pemberian terakhir dari para Dewa Pedang. Dengan kebangkitan kekuatannya, Wei Xialong memulai perjalanan untuk mengungkap misteri masa lalunya, melindungi kekaisarannya dari ancaman iblis kuno, dan mencari jawaban atas pertanyaan terbesarnya: mengapa ia dipilih untuk mewarisi teknik pedang legendaris ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cermin yang Retak 破碎的镜子

Hujan turun di atas puing-puing Kuil Seribu Bayangan, membasahi tubuh Wei Xialong yang masih berlutut di tanah. Di hadapannya, pedang Tian Jian tertancap dalam posisi yang hampir identik dengan mimpi yang selalu menghantuinya—mimpi tentang seorang ksatria yang mengorbankan segalanya demi sebuah janji.

"Kau tidak perlu melakukan ini," suara Tianfeng terdengar dari belakangnya. Kakaknya itu masih terluka parah setelah pertarungan dengan Kaisar, tapi setidaknya pengaruh Kaisar Ular telah sepenuhnya hilang dari matanya.

"Tidak ada pilihan lain," Xialong menjawab tanpa menoleh. Tangannya menggenggam erat Pedang Bulan Perak—warisan terakhir dari ibunya yang kini telah menjadi satu dengan energi surgawi. "Seseorang harus masuk ke dalam Cermin Seribu Jiwa untuk menghentikan proses ini."

Di kejauhan, langit malam dipenuhi oleh pusaran energi hitam yang semakin membesar. Meski mereka telah berhasil mengalahkan Kaisar, konsekuensi dari ritual yang terganggu masih mengancam akan menghancurkan keseimbangan tiga alam.

"Tapi kau tahu apa yang akan terjadi jika kau masuk ke dalam cermin itu," Tianfeng bersikeras. "Tidak ada yang pernah kembali dari sana. Bahkan para Dewa Pedang sekalipun."

Xialong akhirnya berdiri, membalikkan tubuhnya untuk menatap kakaknya. Ada sesuatu yang berbeda dalam matanya—sebuah ketenangan yang lahir bukan dari ketidaktahuan, melainkan dari pemahaman penuh akan konsekuensi dari pilihannya.

"Justru itu intinya," ia tersenyum tipis. "Para Dewa Pedang tidak pernah kembali bukan karena mereka tidak bisa, tapi karena mereka memilih untuk tidak kembali."

Sebelum Tianfeng bisa membantah, sebuah suara yang familiar bergema dalam benak mereka: "Dia benar."

Sosok transparan guru mereka muncul, tapi kali ini ada yang berbeda. Alih-alih satu sosok, yang muncul adalah dua bayangan yang tumpang tindih—satu memancarkan cahaya keemasan, satu diliputi kegelapan.

"Cermin Seribu Jiwa," sosok terang mulai menjelaskan, "adalah artefak yang diciptakan jauh sebelum era para Dewa Pedang."

"Tujuannya bukan untuk menyimpan atau mengurung jiwa," sosok gelap melanjutkan, "melainkan untuk memurnikan esensi spiritual seseorang dengan memaksanya menghadapi seluruh kemungkinan diri yang ada."

Xialong mengangguk. "Seperti yang dialami Kaisar—atau lebih tepatnya, Pendekar Pedang Ungu. Dia masuk ke dalam cermin mencari kesempurnaan..."

"...dan yang ia temukan justru membuatnya gila," Tianfeng menyelesaikan, memahami untuk pertama kalinya mengapa guru mereka yang agung bisa berubah menjadi sosok yang terobsesi dengan kekuatan absolut.

"Tapi ada yang berbeda denganmu, Xialong," sosok terang menatapnya dengan bangga. "Kau tidak mencari kesempurnaan."

"Tidak," Xialong menggeleng. "Yang kucari adalah... kebenaran."

Tepat saat kata terakhir itu terucap, pusaran energi di langit mendadak bergetar hebat. Dari dalamnya, suara raungan Kaisar Ular terdengar—bukan lagi suara makhluk tunggal, melainkan paduan suara dari ribuan jiwa yang terperangkap dalam obsesi akan kesempurnaan.

"KALIAN TIDAK AKAN BISA MENGHENTIKAN INI!" suara-suara itu menggetarkan tanah. "APA YANG TELAH DIMULAI HARUS DISELESAIKAN!"

Dari pusaran itu, sosok-sosok gelap mulai turun—manifestasi dari setiap jiwa yang pernah tersesat dalam pencarian akan kekuatan absolut. Masing-masing membawa sebilah pedang yang memancarkan aura tidak alami.

"Mereka..." Tianfeng menghunus pedang gelapnya, "...para kultivator yang gagal dalam ujian Cermin Seribu Jiwa."

"Ya," sosok guru mereka membenarkan. "Jiwa-jiwa yang terjebak dalam lingkaran obsesi tanpa akhir."

Xialong menatap Cermin Seribu Jiwa yang melayang di tengah kuil—artefak kuno yang tampak seperti pecahan kaca raksasa yang tersusun dalam formasi spiral. Setiap pecahan memantulkan versi berbeda dari dirinya, seolah menunjukkan semua kemungkinan jalan yang bisa ia pilih.

"Aku mengerti sekarang," ia berkata pelan, mengangkat Pedang Bulan Perak yang mulai beresonansi dengan energi cermin. "Ibu memecah jiwa reinkarnasku bukan untuk melemahkanku atau melindungiku..."

"...melainkan untuk mengajariku bahwa tidak ada yang namanya 'diri sejati' yang tunggal," ia melanjutkan, matanya menatap jauh. "Kita adalah kumpulan dari semua pilihan yang kita buat, semua jalan yang kita ambil dan tidak ambil."

"OMONG KOSONG!" suara-suara dari pusaran energi semakin keras. "HANYA ADA SATU KEBENARAN—KEKUATAN ABSOLUT!"

Sosok-sosok gelap itu semakin mendekat, pedang mereka terangkat dalam formasi yang familiar—teknik-teknik kuno yang telah diselewengkan oleh obsesi akan kesempurnaan.

"Xialong," Tianfeng melangkah maju, berdiri di samping adiknya. "Jika kau tetap akan masuk ke dalam cermin itu... biarkan aku yang menahan mereka."

"Tidak, Kak," Xialong menggeleng. "Kita berdua tahu bahwa kau tidak bisa melawan mereka sendirian. Tapi ada cara lain..."

Dengan gerakan yang mengejutkan, ia menghunus Tian Jian dari tanah dan menyerahkannya pada Tianfeng. "Pedang ini memilihku bukan karena aku spesial, tapi karena ia tahu bahwa suatu hari akan ada saat di mana kita berdua harus berbagi kekuatannya."

"Tapi..." Tianfeng menatap pedang legendaris itu dengan ragu. "Aku sudah memiliki pedang gelapku..."

"Dan itulah yang membuatmu sempurna untuk ini," Xialong tersenyum. "Karena kau sudah memahami bahwa kegelapan bukan sesuatu yang harus dikalahkan, melainkan diterima sebagai bagian dari diri."

Seolah merespons kata-kata itu, Tian Jian dan pedang gelap Tianfeng mulai beresonansi dalam harmoni yang aneh namun indah. Cahaya keemasan dan bayangan kelam berputar bersama, menciptakan spektrum energi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Ini..." Tianfeng tergagap, merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya.

"Inilah yang seharusnya terjadi sejak awal," sosok guru mereka mengangguk puas. "Bukan penyatuan yang dipaksakan, melainkan harmoni yang lahir dari penerimaan."

Namun waktu mereka semakin menipis. Pusaran energi di langit semakin membesar, mengancam akan menelan seluruh dunia dalam kegelapan obsesi akan kesempurnaan.

"Dengar," Xialong menatap kakaknya dengan serius. "Aku tidak tahu apa yang akan kutemukan di dalam cermin itu. Tapi aku berjanji akan kembali."

"Bagaimana aku bisa yakin?" Tianfeng bertanya, suaranya bergetar.

"Karena kali ini," Xialong tersenyum, mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya—sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit, pemberian ibunya saat ia masih kecil, "aku punya alasan untuk kembali."

Ia menyerahkan kalung itu pada Tianfeng, yang menerimanya dengan tangan bergetar. "Jaga ini untukku, Kak. Dan..." ia menatap sosok-sosok gelap yang semakin mendekat, "...jaga dirimu sendiri."

Dengan kata-kata terakhir itu, Xialong berbalik menghadap Cermin Seribu Jiwa. Pedang Bulan Perak di tangannya mulai bersinar semakin terang, beresonansi dengan energi cermin dalam frekuensi yang membuat udara bergetar.

"Wei Xialong," suara guru mereka memanggilnya untuk terakhir kali. "Ingatlah: dalam cermin itu, kau akan menghadapi semua versi dirimu yang mungkin ada. Beberapa akan mencoba menipumu dengan janji-janji akan kekuatan. Yang lain akan mencoba membuatmu tenggelam dalam penyesalan dan keraguan."

"Aku mengerti," Xialong mengangguk. "Tapi ada satu hal yang mereka tidak miliki..."

"Apa itu?"

"Pengalaman menjadi tidak sempurna," ia tersenyum, sebelum melangkah maju dan menghunuskan Pedang Bulan Perak ke dalam permukaan cermin.

Dunia seolah membeku saat tubuh Xialong mulai terserap ke dalam cermin. Yang terakhir Tianfeng lihat dari adiknya adalah senyum yang anehnya tenang—senyum yang mengingatkannya pada kata-kata terakhir ibu mereka.

"Rahasia terbesar bukan terletak pada siapa kita," Tianfeng berbisik, menggenggam erat kalung pemberian adiknya, "tapi pada apa yang menjadi pilihan kita."

Saat sosok Xialong sepenuhnya menghilang ke dalam cermin, pertempuran sesungguhnya baru akan dimulai. Di satu sisi, Tianfeng dengan dua pedang yang memancarkan harmoni antara terang dan gelap. Di sisi lain, ratusan sosok gelap yang membawa obsesi akan kesempurnaan.

Dan di suatu tempat di dalam Cermin Seribu Jiwa, Wei Xialong memulai perjalanan untuk menghadapi versi terdalam dari dirinya sendiri—sebuah perjalanan yang akan menentukan tidak hanya nasibnya sendiri, tapi juga keseimbangan seluruh dunia kultivasi.

1
إندر فرتما
masa jendral dan prajurit kerajaan gak ada yg nongol, apalagi raja nya sendiri,
muhammad haryadi: makasih buat masukannya, nanti coba aku koreksi lagi di bab selanjutnya
muhammad haryadi: Ini kan intrik kluarga jadinya yang nongol rajanya langsung
total 2 replies
Husna
Membaca yang menghibur
muhammad haryadi: Terimakasih semoga terhibur dengan novel aku
total 1 replies
Levi Ackerman
Teruslah menulis, kami semua menantikan kelanjutan cerita yang seru ini!
muhammad haryadi: Terimakasih selamat membaca
total 1 replies
Hạ Khiếtttt
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
muhammad haryadi: Terimakasih semoga terhibur dengan novel aku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!